“Baik,” jawab pengawal itu cepat lalu mengambil ponselnya dan bergegas menelepon Santo. Tiba-tiba saja dering ponsel terdengar dari ujung koridor tepat ketika si pengawal menelepon ponsel Santo. Hengky berbalik dan menemukan Winda serta Santo yang sedang mengobrol sambil berjalan menuju ke arahnya. Winda segera menoleh dan menemukan sepasang mata yang sedang menatapnya dingin dan dalam. Winda tersentak diikuti dengan senyuman yang membeku di wajahnya. Selain itu, ada juga raut wajah bersalah yang sedikit terlihat di wajah cantik Winda. Winda berjalan cepat menghampiri Hengky lalu berusaha untuk memegang lengan laki-laki itu seraya berkata, “Sayang, kamu sudah kembali ….”Namun, Hengky langsung meraih lengan Winda dan menariknya masuk ke dalam ruang rawat tanpa menunggu Winda menyelesaikan kalimatnya. Bisa terlihat dengan jelas kalau Hengky sedang benar-benar marah. Kedua pengawal yang berada di sekitar mereka berdua juga langsung melangkah mundur karena takut terkena amarah dari a
Senyuman di wajah Winda langsung membeku setelah mendengar jawaban dingin Hengky. Namun, dia berusaha untuk menahan rasa sakit di hatinya lalu memeluk pinggang Hengky seraya berkata, “Kapan aku bilang kalau aku setuju untuk bercerai?”Hengky langsung mengerutkan keningnya. Kemudian menatap Winda dalam dan berusaha menemukan jejak kebohongan di wajah Winda. Namun, dia tidak menemukannya sama sekali. Winda bergegas membenamkan kepalanya dalam pelukan Hengky setelah menyadari kalau Hengky sedang menatapnya seraya berkata, “Hengky, aku nggak mau bercerai sama kamu. Apa kita bisa tetap kayak dulu? Aku tahu kok kalau kamu sudah mulai suka sama aku, tapi kamu nggak mau mengakuinya.”Hengky langsung mengerjapkan matanya setelah mendengar perkataan Winda. Dia menatap perempuan yang berada di pelukannya dengan tatapan muram dan hati bergetar. Namun, Hengky bergegas menahan getaran yang terjadi di dalam hatinya. “Winda, aku kan sudah bilang jangan terlalu percaya diri. Kamu pikir aku suka sama
Hengky berusaha menahan getaran di hatinya lalu berkata, “Aku akan suruh Santo untuk temani kamu di rumah sakit sampai kamu sembuh. Kamu bisa bilang sama Santo kalau ada urusan yang harus kamu urus. Jangan sampai aku dengar kamu pergi dari rumah sakit ini diam-diam.”Kemudian Hengky berbalik dan pergi dari ruang rawat Winda tanpa memedulikan perkataan perempuan itu. Winda ingin menyusul Hengky, tapi para pengawal langsung menghentikannya. “Bu Winda, silakan kembali ke ruang rawat Ibu. Nanti akan ada suster yang membantu Ibu berganti pakaian,” ujar salah seorang pengawal. Winda menatap punggung Hengky yang semakin jauh dari pandangannya. Kekecewaan bisa terlihat jelas dari raut wajahnya. Akhirnya dia memilih untuk berbalik dan kembali ke ruang rawatnya. Di kediaman keluarga Dirawa. Dania melipat tangannya sambil duduk di sofa yang berada di ruang keluarga yang luas. Dia sedang menatap tajam ke arah perempuan yang sedang berlutut di hadapannya seraya berkata, “Kamu bersihkan di sini
Ferdinand bergegas mendorong Dania dengan kedua tangannya sampai Dania terpental dan menabrak vas yang ada di belakangnya. Seketika, wajah Dania memucat karena kesakitan. Namun, Ferdinand sama sekali tidak merasa bersalah. Dia justru menunjuk ke arah Dania seraya berkata, “Cuma seorang ibu kayak kamu yang membesarkan seorang putra sampai menjadi pemberontak dan selalu saja mencari masalah.”Dania adalah ibu yang sangat menyayangi putranya Roma. Jadi, amarahnya langsung bertambah besar ketika mendengar Ferdinand memaki putranya sendiri. “Si perempuan jalang yang bernama Mina itu ya yang ngomong begitu sama kamu?” tanya Dania sambil mencibir. Kemudian Dania kembali berkata dengan nada sinis, “Ferdinand, kamu harus melepaskan semua pemikiran kotormu itu. Karena aku nggak akan membiarkan perempuan jalang itu mendapatkan satu pun aset milik keluarga Dirawa selama aku masih hidup.”Raut wajah Ferdinand terlihat semakin gelap. Kemudian dia menunjuk ke wajah Dania sambil menggertakkan gigin
Mina terlihat sedang mengembangkan senyuman di wajahnya ketika dirinya mendengarkan pertengkaran Ferdinand dan Dania secara diam-diam. Dia juga terlihat membawa seorang remaja laki-laki bersamanya untuk mendengarkan pertengkaran itu. Di sisi lain, para pengawal Hengky tidak berani melawan perintah atasannya itu. Mereka terus menjaga Winda dan tidak mengizinkan Winda pergi ke mana pun sesuai dengan perintah Hengky. Bahkan Santo dan para pengawalnya akan berbondong-bondong mengikuti Winda ketika perempuan itu pergi ke taman bawah untuk menikmati sinar matahari pagi. Mereka akan mengikuti Winda ke mana pun Winda pergi. Winda jarang sekali melihat Hengky di rumah sakit di pagi dan siang hari. Namun, Hengky akan kembali ke rumah sakit pada malam hari dan pergi lagi di pagi hari. Bahkan Winda saja sampai tidak sempat melihat Hengky ketika dia membuka mata di pagi hari. Karena Hengky sudah pergi sejak pagi-pagi sekali. Winda sebenarnya ingin memperbaiki hubungan mereka berdua agar menjadi
“Kak Winda, aku kan pernah bilang kalau Kakak bisa dapat laki-laki yang lebih baik daripada dia. Pak Hengky nggak menghormatimu sebagai istrinya. Mana mungkin laki-laki kayak dia layak untuk jadi suamimu?” ujar Martin sambil menatap Winda. Hengky langsung memicingkan matanya lalu berkata sambil mencibir, “Berani sekali kamu ngomong begitu di hadapanku?”Martin menatap Hengky seakan siap menantangnya lalu berkata, “Sekarang dia memang masih menjadi istrimu. Tapi sebentar lagi dia tidak akan lagi menjadi istrimu.”Kemudian Martin berjalan mendekati Hengky lalu berkata dengan nada dingin, “Apa kamu masih bisa melarangku untuk bertemu dengannya kalau kalian berdua sudah bercerai?” Winda tersentak ketika mendengar kata bercerai. Dia langsung menoleh ke arah Hengky yang masih bersikap acuh tak acuh. Kemudian Winda menatap Martin seraya berkata dengan tegas, “Terima kasih atas perhatianmu. Tapi kami berdua tidak akan bercerai.”Mata dingin Hengky seketika terlihat sedikit menghangat ketika
“Cemburu? Nggak ada alasan lain yang ada di pikiranmu selain itu?” balas Hengky sambil mencibir. “Gimana aku bisa tahu kalau kamu saja nggak mau ngomong sama aku?” gumam Winda pelan. Winda menyadari kalau ada yang aneh dengan Martin. Namun, dia tidak memiliki bukti apa pun. Selain itu, beberapa orang asing yang menyerangnya juga mengakui kalau Romalah yang melakukannya. Namun, bagaimanapun juga kemunculan Martin yang sangat kebetulan saat itu sudah berhasil menyelamatkan nyawanya. Lagi pula, Winda juga tidak mengerti kenapa Hengky sangat benci dengan Martin. Padahal Matin sudah berkali-kali berhasil menyelamatkannya dan sama sekali tidak pernah menyakiti Winda.“Kamu itu nggak sadar atau memang menikmati dikejar sama laki-laki kayak dia?” tanya Hengky sinis. Kemudian Hengky kembali berkata dengan nada penuh ancaman, “Pokoknya kamu nggak akan bisa keluar dari sini kalau kamu nggak menuruti semua perkataanku!”Winda langsung menarik tangan Hengky lalu berkata dengan serius, “Kamu jan
“Saya akan mengurus semua masalah ini sendiri. Jadi, dia tidak perlu tahu,” jawab Hengky singkat. Santo langsung mengerutkan keningnya lalu kembali berkata, “Tapi sepertinya Bu Winda salah paham dengan Bapak ….”Hengky dengan cepat menatap Santo tajam yang berhasil membuat Santo menutup mulutnya rapat-rapat, bahkan sebelum dia sempat menyelesaikan kalimatnya. Kemudian Hengky memalingkan wajahnya dan mulai berjalan seraya bertanya, “Apa ada tindakan yang dilakukan keluarga Dirawa akhir-akhir ini?”“Pak Ferdinand tidak melakukan tindakan apa pun. Tapi sekarang istrinya yang banyak membuat ulah. Sepertinya istri dari Pak Ferdinand tidak akan membiarkan masalah ini berlalu begitu saja,” jawab Santo sambil mengikuti Hengky di belakangnya. Semua orang di Kota Jenela juga tahu kalau Dania jauh lebih menyayangi putranya Roma daripada dirinya sendiri. Jadi, wajar saja kalau dia tidak bisa bersikap tenang ketika suatu hal buruk terjadi kepada putranya. “Kamu nggak perlu mengkhawatirkan perem