Seluruh emosi Winda yang telah dipendam sejak lama akhirnya meledak. Dia menatap Hengky dengan putus asa dan sedih.“Kamu nggak pernah mau percaya padaku, nggak pernah sekali pun!” ujarnya dengan suara serak, sambil menangis dan terisak-isak.Air mata terus mengalir di wajahnya yang cantik itu, mengaburkan pandangannya. Hatinya terasa seperti diremas. Dia merasa terkekan, bahkan ingin berbalik badan dan melarikan diri.Namun, dia tidak bergerak. Dia hanya menatap pria yang duduk di sofa itu, lalu mengangkat tangannya untuk menghapus air mata dari wajahnya.Kemudian, dia membungkuk dan mengambil surat cerai itu dari meja, lalu menatap Hengky dengan mata merah dan berkata dengan keras kepala, “Kecuali kalau kamu memberitahuku sekarang bahwa kamu nggak memiliki perasaan apa pun terhadapku, kamu nggak akan pernah jatuh cinta padaku selama hidup ini. Kalau kamu mengatakannya, aku akan langsung menandatangani surat cerai ini. Kalau nggak, aku nggak akan pernah mau menandatanganinya.”Setelah
Bi Citra tidak tenang melihat keadaan Winda, jadi dia terus mengikuti wanita itu masuk ke dalam vila. Ketika melihat Winda naik ke atas, dia ragu-ragu dan tidak berani mengikutinya.Setelah memikirkannya, Bi Citra akhirnya menelpon Hengky. Namun, pria itu tidak menjawab.Memikirkan kondisi Winda barusan, Bi Citra menghela napas dengan berat. Dia tidak mengerti bagaimana semuanya bisa menjadi seperti ini.Sekembalinya ke dalam kamar, Winda duduk di samping tempat tidur sambil menatap kosong sobekan kertas yang berserakan di lantai. Dia bangkit dan berjalan ke arah meja, mengambil surat cerai yang masih utuh, lalu merobeknya dengan ganas, seolah ingin melampiaskan amarahnya. Dia merobek kertas itu sampai tak berbentuk, lalu membuangnya ke tempat sampah.Setelah melakukan itu, dia merasa emosi di hatinya sedikit berkurang.Karena Hengky menolak mengatakan hal yang dia minta tadi, dia tidak akan pernah menandatangani surat cerai itu. Dia mau Hengky mengatakannya sendiri. Dia baru bisa meny
Ekspresi di wajah Winda sedikit berubah. Dia mengerutkan kening dan berkata, “Dia lagi nggak di Jenela?”“Iya ....” Lani tidak berani menatap wajah Winda, lalu berkata dengan canggung, “Pak Hengky memesan penerbangan pagi untuk pergi ke luar negeri. Sekarang dia sudah berada di pesawat, tapi saya nggak tahu persis ke mana dia pergi. Pak Santo yang mengurus semuanya.”Winda tidak menyangka. Hengky tidak hanya meninggalkan Jenela, tapi bahkan pergi ke luar negeri supaya tidak perlu bertemu dengannya.Senyuman pahit muncul di wajahnya. Dia merasa sedikit tertekan dan panik.“Bu, apa Ibu baik-baik saja?”Winda mengangkat kepalanya dan menatap wajah Lani yang terlihat khawatir. Dia memaksakan senyum dan menggelengkan kepalanya.“Apa kamu tahu kapan mereka akan kembali?”“Pak Hengky nggak memberikan instruksi khusus apa pun ketika dia pergi, tetapi kudengar dari Pak Santo, setidaknya selama setengah bulan ....”Winda akhirnya paham maksud Hengky sesaat sebelum pergi tadi malam. Pria itu berh
“Bos, apa dia menyadari kita sedang mengikutinya? Apa kita masih mau mengikutinya?”Mereka kurang lebih sudah tahu ke mana saja Winda pergi hari ini, dan wanita itu jelas mau pulang ke rumah sekarang. Namun, wanita itu tiba-tiba berubah arah sekarang, jadi pasti ada yang tidak beres.Pria yang duduk di kursi penumpang berpikir sejenak dan kemudian mengambil keputusan, “Jangan mengikutinya lagi dan terus melaju ke depan saja. Lagi pula, dia juga mau pulang. Kalau sampai dia sadar kita mengikutinya, kita akan sulit mengikutinya lagi ke depannya.”“Oke, bos.” Setelah mengatakan itu, si pengemudi menginjak pedal gas dan terus melaju di sepanjang jalan tersebut.Winda terus melihat ke kaca spion dan menghela napas lega saat melihat mobil itu tidak mengikutinya lagi.Dia berbalik arah di persimpangan di depan, lalu pulang ke vila.Kamarnya sudah dibersihkan. Winda istirahat sebentar, lalu pergi ke bandara. Sebelum naik ke pesawat, dia menelepon Hengky dan Santo lagi, tapi tidak ada yang menj
Sopir menurunkan Winda dan pergi.Winda membuka pintu dan masuk ke dalam, merasa familiar dengan seisi rumah itu. Perabotan di dalam rumah masih sama sepertinya ketika dia meninggalkannya tiga tahun lalu. Tidak berubah sama sekali.Rumahnya dijaga sangat bersih, dan pelayan bahkan sengaja menyiapkan bunga untuk menyambutnya.Winda membawa kopernya ke kamar, memasukkan barangnya sebentar ke lemari, lalu masuk ke kamar mandi sambil membawa ponselnya.Dia menelepon Yolanda sambil mandi, untuk memberi tahu wanita itu bahwa dia sudah sampai dengan selamat.Kemudian, dia beristirahat sepanjang malam dengan nyenyak.Keesokan paginya, Winda menelepon Lucy untuk membuat janji, tapi jawaban yang diterimanya adalah Master Moka untuk sementara tidak menerima tamu.Winda berpikir sejenak, lalu langsung naik taksi menuju studionya Master Moka.Lucy sangat terkejut saat melihatnya datang. “Bu Winda, saya kaget sekali melihat Ibu ada di sini. Saya pikir Ibu sudah menyerah.”Saat Winda menelepon, Lucy
Hengky memejamkan mata dengan perasaan menderita, dan kejadian yang tidak bisa dia lupakan dan menyakitkan itu langsung muncul di benaknya.“Pa.” Dia berkata dengan suara serak, “Aku ....”Ketika dia mengucapkan dua kata itu, seorang pelayan masuk dan berkata, “Pak, ada seorang yang bernama Bu Winda di luar, yang mengaku sebagai menantu Bapak. Dia bilang dia datang ke sini untuk mengunjungi Bapak. Apa Bapak mau mempersilakannya masuk?”Sejak kecelakaan waktu itu, Winda tidak pernah lagi masuk ke Pranoto Garden. Jadi, wajar saja jika para pelayan di vila tidak mengenalinya.Anton melirik ke arah Hengky dengan heran, mengerutkan kening dan berkata, “Winda juga ada di Fontana. Kenapa kamu nggak memberitahuku?”Hengky tersenyum sinis dan berkata dengan dingin, “Kurasa dia nggak ingin aku tahu tentang hal ini.”Bagaimanapun juga, wanita itu datang ke sini untuk pria itu.Anton mengerti maksud perkataannya, tapi tidak mau mengatakan apa-apa lagi pada putranya itu saat ini. Dia segera memerin
Anton mengamati raut wajah Winda sekilas, lalu tertawa terbahak-bahak, “Winda, kenapa kamu tiba-tiba datang ke Fontana tanpa memberitahu Papa terlebih dahulu? Kamu sekarang tinggal di mana? Apa kamu mau pindah dan tinggal di rumah saja, di rumah ada pelayan yang bisa membantumu, kamu nggak perlu susah payah di luar sendiri.”Winda mengedip-ngedipkan matanya, berusaha untuk menutupi kejadian yang sebenarnya dari Ayahnya.Setelah berpikir beberapa saat, Winda akhirnya berkata, “Nggak apa-apa Pa, sekarang aku tinggal di rumah Mama yang sebelumnya. Aku ke sini karena ada beberapa urusan yang harus diselesaikan, begitu selesai aku akan langsung pulang.”“Apa Hengky tahu kamu ke Fontana?”Winda menggelengkan kepala, berusaha berkata dengan ceria, “Hengky sedang dinas, aku nggak ada memberitahunya kalau aku lagi ke Fontana.”Sepasang alis Anton sedikit berkerut mendengar hal ini, lalu bertanya menyelidiki, “Aku sudah tahu hal yang terjadi antara kamu dengan Hengky di Balai Lelang Astro. Orang
Di bawah dinding yang penuh oleh bunga mawar itu, seorang gadis kecil mengangkat kamera dan berteriak memanggil seorang anak laki-laki yang duduk tidak jauh dari sana, “Kak Hengky, Kak Hengky, tolong bantu foto aku ….”Gambar di dalam benak kepala Winda berganti dengan adegan yang lain, terlihat gadis kecil itu tengah mengenakan gaun berwarna putih dan juga sepotong kain kasa putih di kepalanya. Gadis tersebut menggenggam tangan anak laki-laki itu dan berkata dengan polos, “Kak Hengky, setelah besar nanti aku ingin menjadi pengantinmu ….”Kepala Winda tiba-tiba terasa sangat sakit, rasa pusing yang sangat hebat mendera kepalanya. Perempuan itu mengulurkan tangan dan memegang kepalanya, berusaha untuk mengurangi rasa sakit tapi pandangannya pelan-pelan menjadi kabur.“Winda? Winda!”Terdengar suara panik dari pria yang berdiri di sampingnya, Winda menarik napas dalam-dalam, akhirnya dirinya bisa tenang kembali.Winda menengadahkan kepala, menatap raut wajah Anton yang khawatir dan juga