“Bos, apa dia menyadari kita sedang mengikutinya? Apa kita masih mau mengikutinya?”Mereka kurang lebih sudah tahu ke mana saja Winda pergi hari ini, dan wanita itu jelas mau pulang ke rumah sekarang. Namun, wanita itu tiba-tiba berubah arah sekarang, jadi pasti ada yang tidak beres.Pria yang duduk di kursi penumpang berpikir sejenak dan kemudian mengambil keputusan, “Jangan mengikutinya lagi dan terus melaju ke depan saja. Lagi pula, dia juga mau pulang. Kalau sampai dia sadar kita mengikutinya, kita akan sulit mengikutinya lagi ke depannya.”“Oke, bos.” Setelah mengatakan itu, si pengemudi menginjak pedal gas dan terus melaju di sepanjang jalan tersebut.Winda terus melihat ke kaca spion dan menghela napas lega saat melihat mobil itu tidak mengikutinya lagi.Dia berbalik arah di persimpangan di depan, lalu pulang ke vila.Kamarnya sudah dibersihkan. Winda istirahat sebentar, lalu pergi ke bandara. Sebelum naik ke pesawat, dia menelepon Hengky dan Santo lagi, tapi tidak ada yang menj
Sopir menurunkan Winda dan pergi.Winda membuka pintu dan masuk ke dalam, merasa familiar dengan seisi rumah itu. Perabotan di dalam rumah masih sama sepertinya ketika dia meninggalkannya tiga tahun lalu. Tidak berubah sama sekali.Rumahnya dijaga sangat bersih, dan pelayan bahkan sengaja menyiapkan bunga untuk menyambutnya.Winda membawa kopernya ke kamar, memasukkan barangnya sebentar ke lemari, lalu masuk ke kamar mandi sambil membawa ponselnya.Dia menelepon Yolanda sambil mandi, untuk memberi tahu wanita itu bahwa dia sudah sampai dengan selamat.Kemudian, dia beristirahat sepanjang malam dengan nyenyak.Keesokan paginya, Winda menelepon Lucy untuk membuat janji, tapi jawaban yang diterimanya adalah Master Moka untuk sementara tidak menerima tamu.Winda berpikir sejenak, lalu langsung naik taksi menuju studionya Master Moka.Lucy sangat terkejut saat melihatnya datang. “Bu Winda, saya kaget sekali melihat Ibu ada di sini. Saya pikir Ibu sudah menyerah.”Saat Winda menelepon, Lucy
Hengky memejamkan mata dengan perasaan menderita, dan kejadian yang tidak bisa dia lupakan dan menyakitkan itu langsung muncul di benaknya.“Pa.” Dia berkata dengan suara serak, “Aku ....”Ketika dia mengucapkan dua kata itu, seorang pelayan masuk dan berkata, “Pak, ada seorang yang bernama Bu Winda di luar, yang mengaku sebagai menantu Bapak. Dia bilang dia datang ke sini untuk mengunjungi Bapak. Apa Bapak mau mempersilakannya masuk?”Sejak kecelakaan waktu itu, Winda tidak pernah lagi masuk ke Pranoto Garden. Jadi, wajar saja jika para pelayan di vila tidak mengenalinya.Anton melirik ke arah Hengky dengan heran, mengerutkan kening dan berkata, “Winda juga ada di Fontana. Kenapa kamu nggak memberitahuku?”Hengky tersenyum sinis dan berkata dengan dingin, “Kurasa dia nggak ingin aku tahu tentang hal ini.”Bagaimanapun juga, wanita itu datang ke sini untuk pria itu.Anton mengerti maksud perkataannya, tapi tidak mau mengatakan apa-apa lagi pada putranya itu saat ini. Dia segera memerin
Anton mengamati raut wajah Winda sekilas, lalu tertawa terbahak-bahak, “Winda, kenapa kamu tiba-tiba datang ke Fontana tanpa memberitahu Papa terlebih dahulu? Kamu sekarang tinggal di mana? Apa kamu mau pindah dan tinggal di rumah saja, di rumah ada pelayan yang bisa membantumu, kamu nggak perlu susah payah di luar sendiri.”Winda mengedip-ngedipkan matanya, berusaha untuk menutupi kejadian yang sebenarnya dari Ayahnya.Setelah berpikir beberapa saat, Winda akhirnya berkata, “Nggak apa-apa Pa, sekarang aku tinggal di rumah Mama yang sebelumnya. Aku ke sini karena ada beberapa urusan yang harus diselesaikan, begitu selesai aku akan langsung pulang.”“Apa Hengky tahu kamu ke Fontana?”Winda menggelengkan kepala, berusaha berkata dengan ceria, “Hengky sedang dinas, aku nggak ada memberitahunya kalau aku lagi ke Fontana.”Sepasang alis Anton sedikit berkerut mendengar hal ini, lalu bertanya menyelidiki, “Aku sudah tahu hal yang terjadi antara kamu dengan Hengky di Balai Lelang Astro. Orang
Di bawah dinding yang penuh oleh bunga mawar itu, seorang gadis kecil mengangkat kamera dan berteriak memanggil seorang anak laki-laki yang duduk tidak jauh dari sana, “Kak Hengky, Kak Hengky, tolong bantu foto aku ….”Gambar di dalam benak kepala Winda berganti dengan adegan yang lain, terlihat gadis kecil itu tengah mengenakan gaun berwarna putih dan juga sepotong kain kasa putih di kepalanya. Gadis tersebut menggenggam tangan anak laki-laki itu dan berkata dengan polos, “Kak Hengky, setelah besar nanti aku ingin menjadi pengantinmu ….”Kepala Winda tiba-tiba terasa sangat sakit, rasa pusing yang sangat hebat mendera kepalanya. Perempuan itu mengulurkan tangan dan memegang kepalanya, berusaha untuk mengurangi rasa sakit tapi pandangannya pelan-pelan menjadi kabur.“Winda? Winda!”Terdengar suara panik dari pria yang berdiri di sampingnya, Winda menarik napas dalam-dalam, akhirnya dirinya bisa tenang kembali.Winda menengadahkan kepala, menatap raut wajah Anton yang khawatir dan juga
Benda itu adalah sebuah foto album yang lama.Ketika melihat benda itu, sebuah perasaan sedih bercampur aduk di hatinya dan sulit untuk diungkapkan. Setelah berusaha menenangkan diri selama beberapa detik, barulah hati Winda bisa lebih terkendali.Perempuan itu mengulurkan tangan mengeluarkan album foto dari kotak tersebut dan membukanya. Sepasang foto Ibu dan anak langsung masuk ke dalam penglihatannya.Melihat perempuan muda yang lembut dan hangat itu, mata Winda pun menjadi basah.Winda kembali membalik halaman di dalam album foto itu. Sepasang matanya tertuju kepada salah satu foto, potongan-potongan ingatan kembali masuk ke dalam benaknya dengan cepat, beberapa memori muncul kembali di kepalanya.Waktu itu, kedua keluarga mereka menghadiri sebuah pernikahan. Setelah melihat pengantin di atas pelaminan, Winda langsung mengatakan ingin menikahi Hengky begitu sekembalinya di rumah. Kemudian gadis kecil itu menarik Hengky ke taman bunga dan memaksanya berdiri di bawah dinding mawar da
“Bagaimana dengan kabar pertunangan antara Roma dan Shania?”Begitu Winda mengungkit hal ini, Yolanda langsung menghela napas lega dan berkata dengan nada riang gembira, “Gara-gara kejadian di Balai Lelang Astro kemarin, Shania langsung menolak untuk menikah dengan Roma apa pun yang terjadi. Hingga akhirnya keluarga Purnawa nggak bisa berbuat apa-apa dan memutuskan pertunangan dengan keluarga Dirawa.”“Aku juga dengar kabar, katanya begitu pertunangan ini diputuskan, Ferdinand Dirawa langsung membawa pulang istri dan anak haramnya yang selama ini tinggal di luar. Ferdinand bahkan mengakuisisi sebagian besar saham milik Roma. Sepertinya hari-hari Roma berikutnya di keluarga Dirawa nggak akan mudah dilewati.”Semua orang yang berada di industri hiburan tahu bahwa Ferdinand mempunyai seorang anak haram laki-laki berusia belasan tahun. Kabarnya Ferdinand sangat menyayangi putranya ini, walaupun selama ini dia tidak membawa pulang putranya ke rumah, tapi Ferdinand selalu mendidiknya dengan
Suara itu terdengar familier, tapi Winda tidak dapat mengingat siapa orang itu.Sampai akhirnya, dia mendengar suara Jefri yang tak berdaya dari telepon, “Bu, biarkan saja. Aku akan menjelaskannya padanya.”“Kalau mau tunggu kamu menjelaskannya, adikmu harus menderita seberapa banyak lagi!” Marina berkata dengan marah, “Apakah kamu masih menyukai wanita yang nggak tahu malu itu? Mama kasih tahu kamu, ya. Selama Mama dan Papa masih hidup, jangan harap dia bisa jadi menantu keluarga Gunawan!”Setelah mengatakan itu, suara Marina jadi terdengar jelas di seberang telepon, “Winda, ini Marina. Aku peringatkan kamu, sebaiknya lepaskan putriku sekarang. Kalau nggak, aku nggak akan membiarkanmu begitu saja. Apa kamu mendengarku?”Winda mendengarpercakapan Marina dan Jefri barusan dengan jelas. Sekarang, ketika mendengar nada memerintah Marina yang arogan, dia tidak bisa menahan diri untuk tidak tertawa dingin.“Maaf, kamu siapa?” Winda berkata sinis, “Apa aku kenal denganmu?”Sikap meremehkan i