Carol langsung mencibir dan menatap Winda dengan tatapan merendahkan lalu berkata, “Memangnya dia pikir siapa dia? Apa dia pikirnya bisa seenaknya saja bertemu sama Master Moka ketika dia mau? Dasar nggak tahu diri!”Carol tidak lupa memberikan tatapan sinis dan penuh permusuhan ketika melontarkan kalimat terakhirnya.Winda langsung mengernyitkan dahinya seraya menatap jijik ke arah Carol. Yolanda akhirnya melangkah maju dan mencoba berbicara kepada Lucy, “Halo, Lucy! Namaku Yolanda dan kita juga pernah bertemu sebelumnya. Apa kamu masih ingat?”Lucy memperhatikan Yolanda dari atas sampai bawah lalu tatapannya langsung tampak berubah. Dia jelas mengenali sosok Yolanda yang ada hadapannya saat ini. “Halo, Bu Yolanda.”“Sebelumnya aku sempat meneleponmu dan ini adalah teman yang aku ceritakan melalui telepon sama kamu. Dia benar-benar ingin bertemu Master Moka. Bisa tidak kamu tolong kami untuk tanyakan kepada Master Moka tentang kedatangan kami?” tanya Yolanda dengan nada sedikit memo
Namun, Carol justru menghempaskan tangan Luna lalu berkata, “Kamu ngapain sih narik-narik tanganku? Nggak apa-apa kok kalau kamu nggak mau bantuin aku. Pokoknya hari ini aku nggak akan pergi dari sini sebelum bisa menemui Master Moka.”Bahkan perempuan kurang ajar seperti Winda saja bisa bertemu dengan Master Moka. Jadi, bagaimana mungkin seorang Carol Gunawan tidak bisa menemuinya? Bagaimana mungkin dirinya bisa kalah dari seorang perempuan kurang ajar seperti Winda?Carol benar-benar merasa iri dan marah dengan kejadian ini. Semua emosinya terpancar jelas dari wajahnya. Di sisi lain, Luna terlihat kesal dan jijik dengan sikap Carol. Akhirnya, dia menyingkir dan tidak lagi berusaha menghentikan Carol. Yolanda menatap Carol dengan tatapan penuh permusuhan. Kemudian dia menarik tangan Winda dan berjalan masuk ke dalam ruangan. Carol juga melangkah maju berniat untuk ikut masuk ke dalam ruangan setelah melihat Lucy yang hendak berjalan masuk. Namun, Lucy langsung menghentikannya. “Sil
Moka mengangkat bahunya dengan ekspresi menyesal di wajahnya lalu berkata, “Sayangnya, saya tidak bisa menyetujui permintaanmu.”“Sekarang saya sudah sangat jarang mengambil alih pengerjaan perhiasan, terlebih lagi hasil desain orang lain. Jadi, mohon maaf saya tidak bisa menyetujuinya.”Moka melontarkan kata-katanya sambil menatap Winda dengan tatapan penuh penghargaan sekaligus penyesalan. Andai saja penawaran ini terjadi 2 tahun yang lalu, mungkin Moka akan menyetujuinya. Karena dia sangat mengapresiasi hasil karya dari para desainer muda. Namun, sekarang dia sudah hampir pensiun. Jadi, dia tidak lagi ingin memproduksi hasil karya dari orang lain. “Saya mengerti kalau saya kurang sopan dengan meminta Master Moka untuk memproduksi hasil desain saya. Tapi hal ini sangatlah penting dan saya harus mencobanya,” ujar Winda sambil tersenyum tenang. “Ada banyak desainer lainnya yang terkenal di industri ini. Kenapa kamu ingin saya yang melakukannya?” tanya Moka tampak tertarik dengan pern
“Saya kembali ke negara saya bukan semata-mata karena saya akan menikah dengannya. Tapi saya tetap merasa pilihan saya untuk kembali adalah pilihan terbaik bagi saya,” jawab Winda. Ayah mertuanya sempat datang menemuinya di Fontana untuk meminta Winda agar tetap bersedia memenuhi pertunangannya dengan Hengky. Winda sempat merasa ragu selama satu hari penuh. Namun, akhirnya dia membeli tiket untuk kembali ke negaranya dan pergi ke makam ibunya untuk duduk di sana sepanjang malam. Sampai akhirnya dia merasa yakin dan memutuskan untuk memenuhi pertunangannya. Bagaimanapun juga, ini adalah permintaan terakhir ibunya sebelum meninggal. Jadi, Winda harus memenuhi apa yang ibunya minta. Namun, proses pernikahannya tidak berjalan mulus. Saat itu, orang pertama yang menolak pernikahannya adalah ayahnya sendiri. Karena ayahnya ingin Luna yang menikah dengan Hengky. Selain itu, nenek dan bibi dari keluarga Pranoto juga menolak pernikahan mereka. Karena semua penolakan inilah, pernikahan mereka
Luna langsung tersenyum lalu menyerahkan kertas desain yang ada di tangannya kepada Winda seraya berkata, “Kak, ini punyamu.”Winda benar-benar muak dengan kepura-puraan yang ditunjukkan oleh Luna. Dia buru-buru mengulurkan tangannya dan mengambil desain cincin dari tangan Luna. Kemudian memasukkan desain itu ke dalam tasnya. “Yolanda, ayo pergi ....”Namun, Carol tiba-tiba saja menahan Winda ketika Winda belum sempat menyelesaikan kalimatnya sambil berkata dengan penuh kebencian, “Kamu nggak bisa pergi semudah itu dari sini! Kamu harus berlutut di hadapanku sambil teriak kalau kamu adalah perempuan jalang dan nggak tahu diri! Setelah itu, baru akan biarin kamu pergi dari sini!”Winda langsung mencibir dan menarik tangan Yolanda untuk pergi bersamanya. Carol benar-benar kesal dengan sikap Winda yang kembali mengabaikannya. Dia menggertakkan giginya penuh amarah lalu menarik Yolanda dari belakang. Kemudian buru-buru menyerang Winda. Walaupun Winda sudah mewaspadai serangan Yolanda, d
Jantung Jefri berdetak sangat cepat sampai hampir melompat keluar ketika dia datang dan melihat Winda yang hampir menabrak pilar. Dia bergegas menghampiri Winda dan hendak menariknya. Namun, dia terlambat. Dia kembali menarik tangannya yang terulur ketika melihat sosok Hengky yang berhasil menangkap tubuh Winda. “Winda, kamu nggak apa-apa, kan?” tanya Jefri cemas ketika melihat wajah pucat Winda. Winda sempat membuka mulutnya dan ingin menjawab pertanyaan Jefri. Namun, laki-laki yang menyelamatkannya terlihat memeluk Winda semakin erat. Hengky menatap Jefri dingin. Kemudian dia menunduk dan melontarkan kata-kata menyindir ke telinga Winda, “Winda, kamu benar-benar hebat, ya!”Perempuan ini benar-benar hebat. Beraninya dia bertemu dengan laki-laki lain di saat dia belum resmi bercerai dari Hengky. Winda ingin menjelaskan kesalahpahaman ini. Namun, dia melihat sosok Carol yang berjalan menghampiri Jefri sebelum Winda sempat memberikan penjelasan kepada Hengky. “Kak, perempuan jalan
“Carol, hentikan omong kosongmu itu!” seru Yolanda geram.Kemudian dia berjalan menghampiri Carol lalu menariknya seraya berkata dengan sinis, “Kamu nggak bisa lihat bagaimana kakakmu itu? Dia itu nggak bisa dibandingkan sama Pak Hengky. Mana mungkin Winda mau melepaskan laki-laki sehebat Pak Hengky cuma demi orang kayak kakakmu itu.”Carol langsung mengangkat tangannya hendak menampar Yolanda setelah mendengar cemoohan perempuan itu tentang kakaknya. Namun, Carol buru-buru menurunkan tangannya kembali setelah Luna menatapnya seakan memberikan peringatan padanya. “Terserah sih kalau kamu nggak mau mengakuinya. Tapi aku yakin Pak Hengky juga pastinya tahu kalau perempuan ini pernah tergila-gila sama kakakku,” balas Carol sambil mencibir.Kemudian dia menatap ke arah Hengky sambil tersenyum seraya berkata, “Aku sih cuma mau kasih nasihat saja sama Pak Hengky. Pak Hengky tuh nggak seharusnya sama perempuan ini. Bisa saja perempuan kayak Winda tuh suka menggoda laki-laki lainnya di sana s
“Winda ....”“Pak Jefri, tolong panggil saya Ibu Winda,” ujar Winda menyela perkataan Jefri.Kemudian Winda kembali berkata dengan tatapan kesal, “Saya pernah kasih tahu Bapak sebelumnya untuk mengendalikan adik Bapak yang liar itu. Dia sudah berkali-kali mencari masalah sama saya. Jadi, memang sudah sepantasnya dia dihukum atas ulahnya itu.”Hengky langsung mengangkat alisnya dengan wajah datar setelah mendengar ucapan Winda. Wajah Jefri langsung berubah pucat dengan tubuh yang terguncang setelah mendengar perkataan Winda. “Memangnya kamu nggak ingat dengan perasaanmu dulu padaku?” tanya Jefri dengan raut wajah sedih. “Di antara kita berdua tidak pernah ada perasaan apa pun dari dulu sampai sekarang,” jawab Winda tegas. “Kamu ....”“Kak, Kakak nggak perlu memohon sama dia! Lagi pula, aku juga yakin dia nggak akan bisa melakukan apa pun sama aku,” ujar Carol menyela perkataan kakaknya sambil menatap penuh kebencian ke arah Winda. “Jangan banyak bicara! Kamu ini ....”Winda sudah t