“Dasar anak nggak tahu tata krama! Luna, kasih fotonya ke Winda. Coba kita lihat masih bisa alasan apa lagi dia kali ini!” seru James.Luna bertingkah seolah dengan berat hati mengeluarkan ponselnya, tapi dalam hati sebenarnya dia merasa sangat senang. Dia sudah mempersiapkan semua ini dari awal, makanya dia berani berbicara seperti tadi di depan ayahnya. Dengan adanya foto sebagai bukti konkrit, dia mau lihat sejauh mana Winda bisa membela diri.Seraya membuka foto yang telah dia siapkan, Luna memberikan ponselnya kepada Winda, “Kemarin aku dapat foto ini nggak lama setelah kau pergi. Kakak nggak benar-benar tidur sama Jefri, ‘kan?”Winda meraih ponsel tersebut, memperbesar fotonya agar bisa terlihat lebih kelas dan tersenyum menyeringai.“Cewek yang ada di foto ini bukan aku!” kata Winda, lalu dia menyerahkan ponselnya ke sang ayah dan berkata, “Pa, masa Papa bahkan nggak bisa ngenalin anak sendiri?”Dibandingkan putri sulungnya yang binal dan suka membangkang, James lebih percaya k
Entah karena alasan apa tiba-tiba saja Winda merasa ada sesuatu yang aneh, dia pun menatap perut Clara dengan penuh rasa curiga dan bertanya, “Sudah tiga bulan lebih tapi perutnya masih nggak kelihatan kayak lagi hamil. Apa anaknya nggak apa-apa?”Mendengar itu, Clara langsung panik dan tidak berani menatap Winda. Dia hanya mencengkeram tangan James dan berkata lirih, “James, aku ngerasa nggak enak badan. Aku mau istirahat sebentar di kamar.”Meskipun James sendiri masih curiga dan tidak senang dengan apa yang Luna lakukan, untuk sementara waktu dia mengesampingkan semua itu demi anak yang ada di dalam perut Clara sekarang.“Luna, bawa mama kamu ke kamar untuk istirahat. Terus telepon dokter minta dia untuk datang sekarang juga,” perintah James.“Papa kenapa malah membela Luna?” tanya Winda.“Kalau bukan gara-gara kamu sendiri yang bikin kesalahan dari awal, masalahnya nggak bakal jadi separah ini.”“Oh, bahkan Luna mau ngejebak aku pun masih tetap aku yang salah?”“Mama tiri kamu sek
Ditatap seperti itu oleh Winda membuat Luna merinding dan merasa tidak aman seolah Winda mengetahui sesuatu. Bahkan Luna sampai berpikir untuk mencegah ibunya diantar ke ruang ganti oleh Winda.Aula ini memiliki dua lantai. Kamar rias dan ruang istirahat berada di lantai atas yang bisa diakses dengan menaiki tangga spiral. Dari lantai atas Winda memantau acara yang berlangsung di bawah. Dia merasa sedikit kecewa karena tidak menemukan Hengky di antara para tamu. Sepertinya Hengky tidak akan datang untuk hari ini. Akan tetapi ….Dari sudut matanya Winda bisa melihat Clara. Meski dari luar sekilas masih terlihat tenang, ekspresi di wajah Clara menunjukkan sebaliknya. Meski begitu, Winda tidak begitu peduli dan hanya fokus mengantar Clara ke ruang istirahat.Guna mempermudah mereka dalam menjaga Clara yang sedang hamil, keluarga Atmaja membawa kedua pelayan mereka di rumah kemari. Seketika melihat Winda dan Clara masuk, mereka pu langsung membawakan pakaian ganti untuknya.“Aku sudah sel
“Dengar-dengar si Winda ini memang kurang bagus kelakuannya. Sebelumnya dia banyak bertingkah cuma demi seorang cowok. James sampai kecewa banget sama Winda, makanya James punya anak baru. Pesta ulang tahun ini juga sebenarnya buat membekali anak tirinya.”“Ckckck, ternyata si Winda orangnya kayak begitu. Pantas saja dia tega nyakitin mama tirinya. Mungkin Pak James dari awal sudah tahu kelakuan anaknya begitu, makanya dia cari anak baru.”Kritikan demi kritikan terus masuk ke telinga Winda, tapi Winda tidak menunjukkan ekspresi apa pun di wajahnya. Di mata orang lain terlihat seperti dia pasrah menerima semua kritikan itu. Alhasil, Luna pun merasa bangga pada dirinya sendiri merasa telah menang dari Winda. Mulai malam ini, hanya akan ada satu anak perempuan, yaitu Luna! Reputasi Winda akan hancur dan tidak dianggap lagi oleh keluarganya.“Kakak sungguh mengecewakan. Kenapa Kakak sekejam itu?” tanya Luna sambil menaruh tangan di depan mulut untuk menutupi senyum liciknya.“Kejam?” Wind
Di titik ini James tidak tahu lagi dia harus marah karena telah dibohongi atau harus marah karena dikecewakan. Betapa syoknya dia menyadari selama ini dirinya telah dibohongi oleh Clara!“Gimana kamu mau menjelaskan semua ini?” seru James meminta jawaban seraya melemparkan laporan itu ke wajah Clara.“James, dengar dulu penjelasanku. Ini nggak seperti yang kamu pikirin …,” tutur Clara sambil menarik-narik celana suaminya.“Pa, pasti Kakak yang nyogok Dokter Joe buat bilang begitu! Masa Papa lupa? Kan Papa pernah mememani Mama ke rumah sakit. Dokter Joe sendiri yang periksa. Waktu itu jelas banget Dokter Joe bilang Mama hamil,” ujar Luna.“Aku mengaku waktu itu aku terima uang suap dari Bu Clara untuk bikin laporan kehamilan palsu. Kalau bukan berkat Winda yang menyadarkanku, mungkin aku bakal terus berbohong,” kata Joe seraya mengambil sebuah kartu dari saku dan menyerahkannya ke Luna, “Ini uangnya, aku kembalikan ke kalian.”“Dokter Joe, kita jadi orang harus jujur! Sejak kapan aku pe
“Kurang ajar, ngomong apa kamu?”Dengan ganasnya Clara menyambar pelayan itu, tapi James berhasil menahan Clara tepat waktu dan menampar wajahnya.“Masih nggak cukup kamu mempermalukan diri sendiri?!” bentak James, “Dari dulu aku selalu memperlakukan kalian berdua dengan baik, tapi kalian malah berbuat kayak begini. Kalian benar-benar bikin aku kecewa! Besok kalian berdua angkat kaki dari rumahku!”Kenapa malah jadi begini? Berdasarkan rencana yang sudah dibuat oleh Clara dan Luna, yang seharusnya diusir dari rumah adalah Winda. Kenapa sekarang malah jadi mereka berdua yang diusir? Tidak … Luna tidak akan bisa bertahan hidup tanpa identitasnya sebagai putri keluarga Atmaja!“Pa! Aku salah! Tolong jangan usir aku dari rumah!” pinta Luna sambil sembah sujud di hadapan James, “Aku sama Mama selalu hidup susah. Dari kecil aku nggak pernah ngerasain punya papa. Tolong jangan usir aku!”Clara pun ikut bersujud di depan James sambil menarik-narik tangannya, “James, aku ngaku salah. Aku nggak
Pantulan cahaya di bola mata Winda membuatnya terlihat begitu lugu dan tak bersalah. Alhasil, Hengky tidak tega untuk memarahinya, dan hanya melepaskan Winda dari tangannya.“Kamu yang suruh pelayan buat ngomong kamu nggak enak badan? Mau kamu apa mancing aku masuk ke kamar mandi?”“Kalau aku nggak ngomong begitu, memangnya kamu bakal masuk ke dalam? Aku cuma mau kamu, itu saja.”Winda mengulurkan tangannya bermaksud memeluk pinggang Hengky, tapi Hengky langsung mundur secara mendadak dan tidak memberikan kesempatan bagi Winda untuk menyentuhnya.“Kalau kamu sudah nggak apa-apa, aku keluar dulu.”“Tunggu! Sayang, kakiku keseleo,” kata Winda seraya meluruskan kaki kanannya yang ramping itu ke Hengky.Hengky menggenggam pergelangan kaki Winda dan membalikkan badannya.“Sayang … sakit …,” ujar Winda memelas manja dan senyumannya yang menggoda.Hengky mengalihkan matanya dari wajah Winda ke pergelangan kaki yang dia genggam.“Bilang saja, apa lagi yang kamu mau sekarang?”“Apa masih kurang
Hengky hanya mengenakan jubah mandi longgar yang memperlihatkan dada bidangnya. Rambutnya yang hitam tebal pun dibiarkan terurai sampai leher. Belum pernah sebelumnya Winda melihat penampilan Hengky seperti ini. Dia jadi terlihat jauh lebih seksi dan menggoda.“Bangun. Balik ke kamar kamu sendiri,” kata Hengky dengan nada bicara yang datar dan cuek seperti biasanya.Winda terdiam sesaat sebelum akhirnya dia bangkit dari kasur dan memperlihatkan pergelangan kakinya yang terluka. Lantas, dia mengeluarkan minyak yang dia ambil dari Bi Citra dan berkata, “Sayang, bisa tolong olesin minyak buat aku?”Tanpa banyak bicara, Hengky menuangkan minyak gosok ke telapak tangan, lalu mengusapkan kedua tangannya agar terasa sedikit hangat dan menempelkannya ke kaki Winda. Dengan gerakan yang halus dan tenaga yang pas, dia mengusapkan tangannya di permukaan kulit kaki Winda.Winda tak bisa menahan senyumannya melihat Hengky begitu serius. Aroma sabun yang bercampur dengan bau obat bercampur menjadi sa