Share

Bab 4

Author: Matahariku
Entah karena alasan apa tiba-tiba saja Winda merasa ada sesuatu yang aneh, dia pun menatap perut Clara dengan penuh rasa curiga dan bertanya, “Sudah tiga bulan lebih tapi perutnya masih nggak kelihatan kayak lagi hamil. Apa anaknya nggak apa-apa?”

Mendengar itu, Clara langsung panik dan tidak berani menatap Winda. Dia hanya mencengkeram tangan James dan berkata lirih, “James, aku ngerasa nggak enak badan. Aku mau istirahat sebentar di kamar.”

Meskipun James sendiri masih curiga dan tidak senang dengan apa yang Luna lakukan, untuk sementara waktu dia mengesampingkan semua itu demi anak yang ada di dalam perut Clara sekarang.

“Luna, bawa mama kamu ke kamar untuk istirahat. Terus telepon dokter minta dia untuk datang sekarang juga,” perintah James.

“Papa kenapa malah membela Luna?” tanya Winda.

“Kalau bukan gara-gara kamu sendiri yang bikin kesalahan dari awal, masalahnya nggak bakal jadi separah ini.”

“Oh, bahkan Luna mau ngejebak aku pun masih tetap aku yang salah?”

“Mama tiri kamu sekarang lagi hamil. Sekarang siapa yang salah nggak penting, cukup sampai di sini dulu.”

Walau sudah menduga ayahnya pasti akan lebih membela Luna daripada dirinya, tetap saja Winda merasa sangat kecewa saat mendengarnya langsung. Ternyata posisi Winda di hati ayahnya masih lebih rendah daripada seorang anak haram yang terlahir dari wanita simpanan. Sungguh menggelikan.

“Kalau begitu berharap saja dia ngelahirin anak cowok!” kata Winda sambil menatap sinis ayahnya.

James bertingkah seolah tidak mendengar apa yang Winda ucapkan tadi, dan dia hanya berkata, “Malam ini ulang tahun adik kamu acaranya di Wharton Hotel, kamu harus datang.”

Winda sudah menduga ini semua pasti adalah kemauannya Clara. Walau tidak bisa dengan terang-terangan mengakui Luna sebagai penerus keluarga, setidaknya dia harus membuat orang lain tahu bahwa keluarga Atmaja masih memiliki seorang anak perempuan selain Winda. Maka itu Clara memanfaatkan kehamilannya untuk membujuk James mengadakan pesta ulang tahun dengan tujuan memperkenalkan Luna secara resmi.

“Oke, aku pasti datang,” jawab Winda.

James cukup terkejut dengan jawaban Winda yang semudah itu menyetujui permintaannya. Dia ingin mengatakan sesuatu, tapi segera menariknya kembali dan naik ke lantai atas untuk memeriksa kondisi Clara.

Dalam perjalanan Winda pulang ke rumah, dia menyempatkan diri untuk menghubungi Hengky.

“Ada apa lagi?” tanya Hengky dengan nada yang dingin.

“Sayang, papaku bilang hari ini Luna ulang tahun di Wharton Hotel, kamu ….”

“Aku nggak ada waktu,” balas Hengky.

Ketika Winda baru saja mau berbicara, teleponnya sudah ditutup oleh Hengky. Dia pun hanya menghela napasnya sambil menatap layar ponsel. Selama perjalanannya ke rumah sakit, Winda juga terus memikirkan cara bagaimana dia harus membujuk Hengky nanti untuk ikut dengannya. Waktu Winda sudah tidak banyak, masih ada beberapa hal yang perlu dia urus sebelum menghadiri acara ulang tahun nanti malam.

Malam harinya di Wharton Hotel ….

Luna sibuk menyambut para tamu yang datang sambil menggandeng lengan ayahnya.

“Pak James, ini yang namanya Winda? Cantik banget, ya,” ujar salah seorang teman James yang bernama Gino.

Senyuman di wajah Luna langsung sirna dan tergantikan dengan raut wajah kesal, tapi dengan segera dia menutupi perasaan kesalnya dan tersenyum ramah, “Pak Gino salah paham. Aku Luna, anak kedua.”

“Ooh, ternyata kamu adiknya, ya. Maaf, ya,” kata Gino, dengan sorot mata menghina.

Hal semacam ini lazim terjadi dalam pergaulan masyarakat kelas atas. Anak yang terlahir bukan dari istri pertama tidak akan pernah dipandang sederajat dengan anak pertama. Luna tidak suka mendapatkan perlakuan seperti itu, tapi dia mau tidak mau tetap memasang wajah senyum ramah. Tidak mudah baginya meminta sang ayah mengadakan acara ulang tahun di hotel besar untuk memperkenalkan dirinya kepada banyak orang, dan Luna tidak ingin semua itu rusak hanya karena masalah kecil.

“Pa, tamu-tamunya sudah pada datang. Kita mulai saja acaranya sekarang?” tanya Luna.

James melihat jam di arlojinya dan mengangguk dengan berat hati. Sepertinya James salah telah menaruh harapan kepada Winda. Padahal tadi pagi Winda sudah berjanji akan datang, tapi sampai sekarang batang hidungnya saja masih belum terlihat. James pun menggandeng Luna naik ke podium diikuti oleh Clara yang berada di sebelah kanannya.

“Terima kasih kepada para hadirin yang sudah menyempatkan waktunya untuk datang ke acara ulang tahun anakku ….”

Tiba-tiba pintu aula terbuka lebar, membuat sambutan James terhenti seketika.

“Kayaknya aku datang terlambat, nih.”

Semua orang menengok ke arah asal suara itu dan melihat wajah yang luar biasa jelita. Kulitnya pun putih seputih salju dipadu dengan alis mata yang tebal. Kedua bola matanya pun memancarkan cahaya kekuningan seperti batu perhiasan. Mermaid dres warna hijau yang dia kenakan juga semakin menonjolkan keelokan tubuhnya yang ramping, dan rambut lebatnya dibiarkan terurai sampai ke bahu.

Dalam sekejap mata, suasana aula yang semula ramai langsung sunyi senyap hingga suara napas terdengar jelas. Perhatian semua orang tertuju ke Winda yang baru saja tiba di lokasi. Winda berjalan dengan santai ke tengah-tengah aula menuju panggung yang ada di depan matanya.

Tiba-tiba Luna merasa ada rasa takut yang muncul dalam dirinya ketika melihat tatapan mata Winda yang dingin itu, dan tanpa sadar dia pun menggenggam tangan Clara semakin erat.

Dengan tinggi badan sekitar 170 cm, Winda berdiri persis di hadapan Luna sambil memancarkan auranya yang sangat mencekam.

“Kamu takut?” tanyanya.

“Akhirnya Kakak datang juga.”

“Ada banyak orang yang lihat, jangan bikin onar kamu,” ujar James mengingatkan.

“Selamat ulang tahun, ya, ‘adikku sayang’!” tutur Winda menegaskan setiap kata yang dia ucapkan sembari mengangkat gelasnya. Kemudian dia meneguk habis minumannya dan kembali menatap Luna.

Luna melambaikan tangannya meminta pramusaji untuk membawakan segelas minuman untuknya, dan ketika pramusaji datang, dia dengan sengaja menumpahkan wine ke gaun Clara.

“Ah!”

Luna berseru kaget dan buru-buru mengelap noda yang menempel di gaun ibunya. Clara mengenakan gaun putih, tumpahan wine yang menempel di gaunnya tidak bisa dilap sampai bersih. Justru makin dilap yang ada hanya akan makin kotor.

Winda hanya diam saja melihat sandiwara murahan sepasang ibu dan anak ini. Dalam hati dia sungguh menyesal kenapa waktu itu dia bisa termakan oleh jebakan mereka.

“Sudah, jangan dilap lagi. Ganti gaun lain saja,” kata James yang jadi sedikit kesal dengan Luna akibat kecerobohannya. “Winda, antar mam kamu ke ruang ganti.”

Winda sempat menatap sekilas wajah Luna dengan tatapan yang mencurigakan, kemudian barulah dia menghampiri Clara dan menuntunnya pergi.

Related chapters

  • Perjalanan Waktu Nona Pewaris   Bab 5

    Ditatap seperti itu oleh Winda membuat Luna merinding dan merasa tidak aman seolah Winda mengetahui sesuatu. Bahkan Luna sampai berpikir untuk mencegah ibunya diantar ke ruang ganti oleh Winda.Aula ini memiliki dua lantai. Kamar rias dan ruang istirahat berada di lantai atas yang bisa diakses dengan menaiki tangga spiral. Dari lantai atas Winda memantau acara yang berlangsung di bawah. Dia merasa sedikit kecewa karena tidak menemukan Hengky di antara para tamu. Sepertinya Hengky tidak akan datang untuk hari ini. Akan tetapi ….Dari sudut matanya Winda bisa melihat Clara. Meski dari luar sekilas masih terlihat tenang, ekspresi di wajah Clara menunjukkan sebaliknya. Meski begitu, Winda tidak begitu peduli dan hanya fokus mengantar Clara ke ruang istirahat.Guna mempermudah mereka dalam menjaga Clara yang sedang hamil, keluarga Atmaja membawa kedua pelayan mereka di rumah kemari. Seketika melihat Winda dan Clara masuk, mereka pu langsung membawakan pakaian ganti untuknya.“Aku sudah sel

  • Perjalanan Waktu Nona Pewaris   Bab 6

    “Dengar-dengar si Winda ini memang kurang bagus kelakuannya. Sebelumnya dia banyak bertingkah cuma demi seorang cowok. James sampai kecewa banget sama Winda, makanya James punya anak baru. Pesta ulang tahun ini juga sebenarnya buat membekali anak tirinya.”“Ckckck, ternyata si Winda orangnya kayak begitu. Pantas saja dia tega nyakitin mama tirinya. Mungkin Pak James dari awal sudah tahu kelakuan anaknya begitu, makanya dia cari anak baru.”Kritikan demi kritikan terus masuk ke telinga Winda, tapi Winda tidak menunjukkan ekspresi apa pun di wajahnya. Di mata orang lain terlihat seperti dia pasrah menerima semua kritikan itu. Alhasil, Luna pun merasa bangga pada dirinya sendiri merasa telah menang dari Winda. Mulai malam ini, hanya akan ada satu anak perempuan, yaitu Luna! Reputasi Winda akan hancur dan tidak dianggap lagi oleh keluarganya.“Kakak sungguh mengecewakan. Kenapa Kakak sekejam itu?” tanya Luna sambil menaruh tangan di depan mulut untuk menutupi senyum liciknya.“Kejam?” Wind

  • Perjalanan Waktu Nona Pewaris   Bab 7

    Di titik ini James tidak tahu lagi dia harus marah karena telah dibohongi atau harus marah karena dikecewakan. Betapa syoknya dia menyadari selama ini dirinya telah dibohongi oleh Clara!“Gimana kamu mau menjelaskan semua ini?” seru James meminta jawaban seraya melemparkan laporan itu ke wajah Clara.“James, dengar dulu penjelasanku. Ini nggak seperti yang kamu pikirin …,” tutur Clara sambil menarik-narik celana suaminya.“Pa, pasti Kakak yang nyogok Dokter Joe buat bilang begitu! Masa Papa lupa? Kan Papa pernah mememani Mama ke rumah sakit. Dokter Joe sendiri yang periksa. Waktu itu jelas banget Dokter Joe bilang Mama hamil,” ujar Luna.“Aku mengaku waktu itu aku terima uang suap dari Bu Clara untuk bikin laporan kehamilan palsu. Kalau bukan berkat Winda yang menyadarkanku, mungkin aku bakal terus berbohong,” kata Joe seraya mengambil sebuah kartu dari saku dan menyerahkannya ke Luna, “Ini uangnya, aku kembalikan ke kalian.”“Dokter Joe, kita jadi orang harus jujur! Sejak kapan aku pe

  • Perjalanan Waktu Nona Pewaris   Bab 8

    “Kurang ajar, ngomong apa kamu?”Dengan ganasnya Clara menyambar pelayan itu, tapi James berhasil menahan Clara tepat waktu dan menampar wajahnya.“Masih nggak cukup kamu mempermalukan diri sendiri?!” bentak James, “Dari dulu aku selalu memperlakukan kalian berdua dengan baik, tapi kalian malah berbuat kayak begini. Kalian benar-benar bikin aku kecewa! Besok kalian berdua angkat kaki dari rumahku!”Kenapa malah jadi begini? Berdasarkan rencana yang sudah dibuat oleh Clara dan Luna, yang seharusnya diusir dari rumah adalah Winda. Kenapa sekarang malah jadi mereka berdua yang diusir? Tidak … Luna tidak akan bisa bertahan hidup tanpa identitasnya sebagai putri keluarga Atmaja!“Pa! Aku salah! Tolong jangan usir aku dari rumah!” pinta Luna sambil sembah sujud di hadapan James, “Aku sama Mama selalu hidup susah. Dari kecil aku nggak pernah ngerasain punya papa. Tolong jangan usir aku!”Clara pun ikut bersujud di depan James sambil menarik-narik tangannya, “James, aku ngaku salah. Aku nggak

  • Perjalanan Waktu Nona Pewaris   Bab 9

    Pantulan cahaya di bola mata Winda membuatnya terlihat begitu lugu dan tak bersalah. Alhasil, Hengky tidak tega untuk memarahinya, dan hanya melepaskan Winda dari tangannya.“Kamu yang suruh pelayan buat ngomong kamu nggak enak badan? Mau kamu apa mancing aku masuk ke kamar mandi?”“Kalau aku nggak ngomong begitu, memangnya kamu bakal masuk ke dalam? Aku cuma mau kamu, itu saja.”Winda mengulurkan tangannya bermaksud memeluk pinggang Hengky, tapi Hengky langsung mundur secara mendadak dan tidak memberikan kesempatan bagi Winda untuk menyentuhnya.“Kalau kamu sudah nggak apa-apa, aku keluar dulu.”“Tunggu! Sayang, kakiku keseleo,” kata Winda seraya meluruskan kaki kanannya yang ramping itu ke Hengky.Hengky menggenggam pergelangan kaki Winda dan membalikkan badannya.“Sayang … sakit …,” ujar Winda memelas manja dan senyumannya yang menggoda.Hengky mengalihkan matanya dari wajah Winda ke pergelangan kaki yang dia genggam.“Bilang saja, apa lagi yang kamu mau sekarang?”“Apa masih kurang

  • Perjalanan Waktu Nona Pewaris   Bab 10

    Hengky hanya mengenakan jubah mandi longgar yang memperlihatkan dada bidangnya. Rambutnya yang hitam tebal pun dibiarkan terurai sampai leher. Belum pernah sebelumnya Winda melihat penampilan Hengky seperti ini. Dia jadi terlihat jauh lebih seksi dan menggoda.“Bangun. Balik ke kamar kamu sendiri,” kata Hengky dengan nada bicara yang datar dan cuek seperti biasanya.Winda terdiam sesaat sebelum akhirnya dia bangkit dari kasur dan memperlihatkan pergelangan kakinya yang terluka. Lantas, dia mengeluarkan minyak yang dia ambil dari Bi Citra dan berkata, “Sayang, bisa tolong olesin minyak buat aku?”Tanpa banyak bicara, Hengky menuangkan minyak gosok ke telapak tangan, lalu mengusapkan kedua tangannya agar terasa sedikit hangat dan menempelkannya ke kaki Winda. Dengan gerakan yang halus dan tenaga yang pas, dia mengusapkan tangannya di permukaan kulit kaki Winda.Winda tak bisa menahan senyumannya melihat Hengky begitu serius. Aroma sabun yang bercampur dengan bau obat bercampur menjadi sa

  • Perjalanan Waktu Nona Pewaris   Bab 11

    Winda tersenyum masam dan berkata, “Iya, aku juga nggak nyangka.”Dulu Jefri adalah sumber semua perasaan bahagia dan emosi serta kesedihannya. Winda tidak menyangka dia akan merasa sedih hanya karena satu kalimat Hengky.Willy menatap Winda dengan tatapan dan ekspresi penuh arti. Melihat lelaki itu menatapnya, mendadak sebuah pemikiran terlintas di kepala Winda. “Hengky yang telepon kamu buat datang?”Hengky sudah berpesan padanya untuk tidak memberi tahu perempuan itu. Dengan datar dia menjawab, “Bukan.”Mata Winda berubah sedikit redup. Mungkin karena Bi Citra khawatir padanya dan menghubungi Willy. Dulu ketika dia sakit, lelaki ini yang memeriksanya juga. Semuanya hanya pemikirannya saja, dia yang terlalu berharap.“Kamu jadi repot-repot ke sini. Aku nggak apa-apa, hanya sedikit masuk angin saja.”Willy hanya melirik melihat wajah Winda yang pucat pasi dan berkata, “Aku sudah datang, biar aku periksa saja.”“Terima kasih,” jawab Winda sambil menggeser tubuhnya dan membiarkan Willy

  • Perjalanan Waktu Nona Pewaris   Bab 12

    Hari ini Winda sudah gila karena berani berbicara seperti itu dengan Hengky. Dasar perempuan tidak berpendidikan! Tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan Luna.Kalau bukan karena dia ingin membantu Luna, Jefri tidak akan memedulikan Winda. Tiba-tiba ponselnya berdering. Jefri mengira Winda yang menghubunginya lagi sehingga seulas senyum puas menghampiri bibirnya. Dengan santai dia mengambil ponselnya, tetapi nama yang ada di layar ponsel membuatnya tercenung seketika.Luna? Bukan Winda?Kening Jefri berkerut dan sebersit kekecewaan menghampirinya. Dia menekan tombol hijau dan menempelkan ponselnya.“Halo, Kak Jefri,” sapa Luna dengan suaranya yang terdengar manja.“Luna.” Suara Jefri terdengar sangat lembut. Berbeda jauh ketika dia sedang berhadapan dengan Winda.“Kak Jefri, Kakak sudah telepon Kak Winda? Dia masih marah sama aku?” tanya Luna dengan suara hati-hati. Terdengar jelas perempuan itu tengah sedih dan membuat hati Jefri seperti diremas.“Waktu itu aku duluan pergi kare

Latest chapter

  • Perjalanan Waktu Nona Pewaris   Bab 597

    Hengky mengerti maksud Winda, tapi dia berpura-pura bersikap dingin dan membalas, “Kamu sudah nggak sabar mau ketemu dia? Aku kasih tahu, ya, kamu nggak akan pergi ke mana pun sampai kamu sembuh!”Kata-kata itu bagaikan belati dingin yang menancap jantungnya. Dia menatap Hengky dengan penuh rasa kecewa dan berkata, “Hengky, kamu jelas-jelas tahu aku cuma ….”“Cuma apa? Kamu baik-baik saja di sini. Aku nggak mau kejadian tadi terulang lagi!”“Aku ….”Winda ingin mengatakan sesuatu, tapi melihat tatapan Hengky yang begitu dingin, dia menelan kembali kata-katanya. Hengky pun hanya menatapnya sekilas, tapi ketika dia hendak pergi, dia merasakan hawa dingin yang menempel ke tangannya dari tangan Winda.“Bisa, nggak, kamu jangan pergi dulu?”Kehangatan yang terpancar dari telapak tangan Hengky menyapu bersih hawa dingin yang ada di tubuhnya. Hengky menoleh dan melihat tangan mereka yang sedang saling bertautan, lalu dia beralih melihat tatapan mata Winda yang sedang memohon kepadanya. Ucapan

  • Perjalanan Waktu Nona Pewaris   Bab 596

    Ketika baru saja keluar dari lift rumah sakit, Hengky melihat sudah ada kerumunan orang yang berdiri di depan kamar Winda. Mereka semua tampak lega melihat kedatangannya.Dokter segera menyambutnya dan berkata, “Pak Hengky datang juga akhirnya. Bu Winda mengurung diri di kamar. Lukanya harus cepat diobati.”“Oke, aku ngerti,” jawab Hengky, lalu dia bergegas mengetuk pintu kamar dan berkata, “Winda, ini aku, buka pintunya.”Perlahan Winda mengangkat kepalanya saat mendengar suara Hengky. Dari matanya tebersit ekspresi kebahagiaan dan turun dari ranjangnya untuk membuka kunci pintu. Mata Winda langsung memerah ketika dia melihat sosok yang tak asing baginya di balik pintu. Dia pun langsung melemparkan tubuhnya sendiri ke dalam pelukannya.Namun Hengky tidak membalas pelukannya. Dia hanya menatap sinis Winda dan menegurnya, “Winda, ngapain lagi kamu?”“Tadi aku mimpi kamu kena tembak tepat di jantung …. Hengky, aku takut.”Tubuh Hengky sempat bergidik sesaat dan detak jantungnya mulai ber

  • Perjalanan Waktu Nona Pewaris   Bab 595

    “Bu Winda balik ke ranjang dulu. Sebentar lagi dokter datang,” kata si pengawal dengan kepala basah kuyup akibat keringat dingin.Walau begitu, Winda hanya menggelengkan kepalanya dan berulang kali berkata, “Aku mau ketemu Hengky!”“Tapi Pak Hengky lagi nggak di rumah sakit. Ibu ….”Sebelum pengawal itu selesai berbicara, dokter dan perawat yang sedang bertugas datang ke kamarnya Winda.“Ada apa?” tanya si dokter. Lantas, dokter melihat ada bercak darah di lantai, serta tangan Winda yang bersimbah darah. Dokter pun segera berkata, “Ada apa, Bu Winda? Kenapa jarum infusnya dicabut?”Si perawat juga menghampiri Winda dan berkata, “Bu, ayo saya bantu naik lagi ke ranjang. Saya balut dulu lukanya.”Tanpa melakukan perlawanan, Winda mengikuti arahan si perawat untuk diantar kembali ke ranjang. Si perawat pun merasa lega, tapi ketika dia baru ingin membalut lukanya, tiba-tiba Winda menghindar dan dengan matanya yang merah menatap si pengawal, “Aku mau ketemu Hengky. Kalau dia nggak datang, a

  • Perjalanan Waktu Nona Pewaris   Bab 594

    Hengky menggerakkan bola matanya sekilas dan kembali berkata kepada Winda dengan sinis, “Kalaupun aku mat, aku tetap nggak mau kamu nolong aku.”Raut wajah Winda langsung pucat mendengar itu. Matanya mulai memerah dan dia hendak membuka mulut untuk mengatakan sesuatu, tapi Winda sudah tidak bisa lagi menahan tangisannya. Melihat mata Winda memerah, Hengky jadi merasa gusar dan berpesan kepadanya untuk cukup beristirahat saja. Kemudian Hengky pun berbalik dan keluar dari kamarnya Winda.Winda ingin menahan Hengky untuk tetap berada di sisinya, tapi pintu sudah tertutup rapat sebelum dia sempat berbicara. Kini suasana di kamar jadi tenang. Winda masih tak bisa menahan luapan perasaan dan air mata pun mengalir deras. Dia menggigit bibirnya sendiri dengan keras untuk meredam suara tangisannya, dan menelan semua emosi itu sendirian.Hengky yang baru menutup pintu juga berhenti di depan dan melihat ke dalam melalui kaca kecil. Dia dengan jelas melihat Winda menangis, tapi dia tidak mengeluar

  • Perjalanan Waktu Nona Pewaris   Bab 593

    “Kenapa bisa jadi begini …,” ujar Winda terkejut. Dia mengira dengan kuasa yang dimiliki keluarga Pranoto, mencari seseorang bukanlah hal yang sulit, lagi pula orang yang dicari juga begitu terkenal,rasanya mustahil tak ditemukan.“Ada seseorang yang hapus semua jejaknya sebelum aku mulai nyari. Semua petunjuk yang ada dipatahkan sama dia,” kata Hengky.Kalau saja pada saat itu Winda tidak menyadari ada sesuatu yang aneh pada mobil itu, mungkin sekarang Hengky …. Sudahlah, Winda tidak mau memikirkannya lebih jauh, dia takut kehilangan Hengky.Mobil Jeep hitam itu tidak mengikuti mereka sampai ke bandara. Mobil itu tiba-tiba muncul dan langsung menodongkan pistol ke arah Hengky tanpa ragu, yang jelas berarti mereka dari awal sudah ada niat untuk membunuhnya. Pertanyaannya, sebenarnya siapa yang bisa melakukan itu?Winda merasa misteri ini jadi makin dalam saja, dan lagi setiap kejadian selalu ada hubungannya dengan dia dan juga Hengky. Winda belum mengalami ini di kehidupan sebelumnya.

  • Perjalanan Waktu Nona Pewaris   Bab 592

    “Bu Winda, sungguh baik secara kamu sudah terbangun,” ujar Fran melangkah masuk dengan terkejut dan mengulurkan tangannya untuk memeriksa Winda. Dia yang melihat ruangan penuh dengan orang asing, wajahnya menjadi geram dan mengulang, “Aku ingin bertemu dengan Hengky, gimana keadaan dia?”Dokter Fran terdiam sejenak dan berkata, “Pak Hengky tidak terluka. Aku sudah menyuruh perawat untuk memanggil ....”Sebelum Dokter Fran sempat menyelesaikan perkataannya, Hengky dan Santo bergegas datang ke ruangan itu. Melihat Winda yang sudah terbangun, wajah Hengky terlihat tenang, akan tetapi beban di hatinya langsung hilang.“Pak Hengky, Nyonya Winda sedang mencarimu,” ujar Fran.Tertutupi oleh orang-orang di sekitar, Winda tidak dapat melihat Hengky. Dia ingin sekali melihatnya dengan mata kepalanya sendiri kalau pria itu baik-baik saja, jadi dia memaksa mengangkat badannya untuk duduk di ranjang.Tetapi luka di tubuhnya terlalu menyakitkan, hingga membuat dia kliyengan ketika bergerak. Ketika d

  • Perjalanan Waktu Nona Pewaris   Bab 591

    Santo terlihat tertekan dan berkata, “Mereka selalu selangkah lebih cepat dibanding kita dan bisa melenyapkan semua bukti. Kalau mereka bukan yang mengetahui kita dengan baik, tidak mungkin mereka bisa melakukannya dengan rapi.”Hengky menjawab dengan dingin, “Biarkan Howard melanjutkan investigasinya!”“Pak Hengky ....” Santo sejenak ragu-ragu lalu berkata, “Sekarang di luar negeri tidak aman, dan juga tidak menjamin kalau mereka tidak akan menyerangmu lagi. Apa mungkin kamu ingin aku persiapkan pesawat khusus untuk memulangkan kamu ke kampung halaman?”Walaupun dia tahu kalau kondisi istrinya tidak bisa bergerak, kekuatan dari pihak lawan sangatlah besar dan sepertinya tidak menjamin keselamatan mereka jika tinggal lebih lama di Fontana.Santo di lain sisi tidak memikirkan hal itu, tugas dia hanya untuk menjamin keamanan dari Hengky. Urusan yang lainnya bisa ditunda terlebih dahulu.“Tidak perlu,” tegas Hengky menolak. Dia menoleh untuk melihat Winda yang masih terbaring di ruang pe

  • Perjalanan Waktu Nona Pewaris   Bab 590

    “Aku bisa bantu menghapus masalah ini, tapi kamu lebih baik lebih jujur ke aku. Kalau kamu membuat masalah sekecil apa pun, kamu mati sendiri saja nanti,” jawab Kakek, setelah selesai bicara dia langsung mematikan teleponnya.Pria itu tersenyum menyeringai sambil mengunci layar teleponan, lalu dia menyimpan teleponnya ke dalam sakunya.Joji yang melihatnya langsung bertanya, “Gimana? Kakek berkenan untuk membantu?”“Dia harus bantu walaupun dia juga tidak berkenan membantu kita. Karena dia lebih takut kalau aku ketangkap Hengky daripada diriku sendiri. Selama aku menyimpan rahasia dia balik kejadian hari itu, Kakek harus tetab membantuku menyelesaikan ekor masalah ini,” jawab pria itu menyeringai.Mendengar itu Joji mendesau dengan lega, lalu mengembalikan senapannya ke pria itu dan berkata, “Bagaimanapun juga kita harus tetap berhati-hati untuk sekarang ini. Meskipun dengan bantuan kakek, kita juga tidak boleh menganggap enteng masalah ini.”“Aku mau menghubungi Winda secara langsung,

  • Perjalanan Waktu Nona Pewaris   Bab 589

    Joji merasa pesimis dengan rencana pria itu. Dia belum belum pernah berhubungan dengan Hengky secara langsung, jadinya dia tidak tahu betapa menakutkan orang itu. Jika Hengky mengetahui kalau ini merupakan perbuatan mereka, sepertinya Hengky tidak akan melepaskan mereka, walaupun dengan bantuan Kakek juga.“Kita diskusikan masalah ini nanti. Sekarang, paling penting yaitu menyelesaikan masalah ini dulu,” ujar Joji.“Oke, aku akan menelpon kakek sekarang,” jawab pria itu mengambil telepon seluler dari kantongnya dan segera menelepon kakek dari buku kontak pada telepon.Teleponnya berdering selama kurang lebih sepuluh detik sebelum diangkat. Suara yang berat dan penuh keagungan terdengar dari teleponnya dan dari suaranya dia merendahkan suaranya dan berkata dengan ketidakpuasan, “Bukannya aku sudah bilang untuk tidak meneleponku jika tidak ada urusan yang penting?”Pria itu menyeringai, matanya terlintas penuh dengan kebencian dan menjawab, “Kalau ga ada urusan penting, tentu aku nggak a

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status