Sebelum Hengky menyelesaikan ucapannya, Winda dengan cepat memotong, “Nggak!”“Dari dulu nggak pernah!”Dengan suara dingin Winda menambahkan, “Aku sudah menikah dan hubunganku dengan suamiku sangat baik. Tolong jangan ganggu aku lagi.”“Aku nggak percaya,” gumam Jefri dengan hati terasa sakit.“Bi Citra, antar tamunya!” seru Winda dengan suara serak.Bi Citra mendekat dan berkata pada Jefri, “Pak, silakan keluar.”Jefri menatap Winda dengan mata memerah. Terlihat juga dari mata lelaki itu bahwa selama beberapa hari terakhir dia kurang beristirahat.“Meski kita sudah kenal begitu lama, kamu tetap nggak bisa bantu aku? Tolong lepaskan Gunawan Group, bisa?” tanya Jefri dengan suara memelas.Dia tidak pernah menyangka bahwa ada masa dimana dia menunduk pada seorang perempuan. Dia menurunkan egonya di hadapan seorang perempuan. Winda yang malas meliriknya lagi berkata, “Nggak bisa. Tolong segera angkat kaki dari rumahku! Kalau nggak aku akan panggil satpam!”Jefri menatapnya tidak percaya
Jefri pikir semua ini ulah James, ternyata Winda lah yang menjadi dalangnya. Perempuan itu sungguh kejam sekali hingga ingin membuat keluarga Gunawan hancur. Kalau begitu, Jefri juga tidak akan mempertimbangkan banyak hal lagi.Luna meletakkan tangannya di atas tangan Jefri ketika melihat raut gelap lelaki itu. Dia menghela napas berat dan berkata, “Kak Jefri, aku sudah dari awal bilang kalau Kakak terlihat baik tetapi aslinya dia kejam. Begitu dia benci denganmu, maka kamu bukan apa-apa di matanya.”Ucapan itu bagaikan memercikkan kobaran api yang membuat raut wajah Jefri semakin keruh. Luna menggenggam tangan lelaki itu dan mendekat dengan perlahan sambil berkata, “Sebenarnya aku merasa di hati Kakak masih ada Kak Jefri. Lihatlah setelah pernikahan selama dua tahun, dia nggak jatuh cinta dengan Hengky. Dia nggak mungkin berpindah hati dalam waktu singkat.”Bukan hanya Luna yang curiga, Jefri juga ragu. Kenapa Winda dalam waktu singkat berubah seperti orang lain. Sikapnya sangat berbe
Meski apa yang Luna katakan masih masuk akal, Jefri tetap merasa ada yang salah. Perempuan itu terlalu cerdik sekali. Dia seperti membuat cerita agar Jefri menyerang Hengky. Sesungguhnya yang dari awal mengusik Winda dan menyinggung Hengky dikarenakan dia membantu Luna.Sampai detik ini dia baru menyadari sosok Luna tidak sepolos yang dia bayangkan. Perempuan itu seperti sedang memperalat dirinya.Melihat Jefri yang terus menatapnya, Luna merasa ragu. Dia mencoba mengendalikan ekspresinya dan tidak menunjukkan perasaannya. Dengan hati-hati dia bertanya, “Apa yang diragukan oleh Kak Jefri? Memangnya Kak Jefri takut dengan Hengky?”Mata hitam lelaki itu menatap Luna dalam-dalam dan berkata, “Aku mau dengar kalimat jujur, kamu sungguh mau membantuku atau ada tujuan lain?”Dalam benaknya ada sebuah pemikiran yang selama ini tidak bersedia untuk dia akui. Dia berharap semoga tebakannya salah. Jika benar, berarti Luna sudah menjebaknya sejak perempuan itu mendekatinya pertama kali. Jika bena
Yanti tertawa kecil dan berkata, “Tentu saja Non nggak perlu laporan, tapi kalau mau ketemu dengan orang yang nggak harus ditemui, maka saya harus sampaikan pada Nyonya dan Den Hengky.”Yanti tidak kenal dengan Jefri, tetapi dia pernah mendengar nama tersebut. Awalnya dia tidak yakin, tetapi setelah mendengar percakapan mereka berdua, Yanti merasa tebakannya benar. Jefri yang datang ke rumah hari ini adalah simpanannya Winda.Bisa-bisanya perempuan itu bawa simpanannya ke rumah, benar-benar tidak tahu malu! Perempuan bersifat jelek seperti itu masih memiliki wajah bersikap angkuh di hadapannya? Nanti dia akan kasih tahu Hengky hal ini agar lelaki itu mengusir Winda dari rumah!“Apa maksudmu?!” tanya Winda dengan dingin.“Non tahu sendiri maksud ucapan saya. Perlu saya jelaskan hubungan Pak Jefri dengan Non?” jawab Yanti dengan membusungkan dada dan mengangkat dagu.Gosip tentangnya dan Jefri sudah tersebar luas. Dulu dia memang tidak peduli dan mengabaikannya. Namun ternyata justru men
Perempuan itu berani membawa lelaki itu ke rumah mereka. Benar-benar kurang ajar!Yanti melihat raut Hengky dengan rasa puas di hati. Dia kembali menuangkan minyak di atas kobaran api, “Saya juga nggak menyangka. Hari ini Non Winda sakit sampai nggak bisa bangun dari kasur, begitu Jefri datang dia langsung sembuh. Siang harinya dia bahkan nggak bisa makan, sekarang justru bisa jalan-jalan keluar. Pak Jefri ini lebih ampuh dari obat apa pun.”Hengky mengepalkan telapak tangannya. Dia melangkah ke arah vas bunga yang ada di lantai dan menendangnya hingga pecah dan hancur berantakan. Emosi di hatinya sudah mencapai batas maksimal. Hengky memegang pegangan tangga dan melayangkan kepalannya pada pegangan tangga tersebut.Apakah Jefri begitu penting bagi perempuan itu? Sakit pun dia bangun demi bertemu dengan lelaki itu. Lalu dia bagaimana? Kalimat yang diucapkan oleh Winda beberapa hari ini apa artinya?Bi Citra terkejut karena suara pecahan vas bunga dan bergegas berjalan keluar dari dapur
Yang membuat Winda terkejut adalah Yanti tidak mencari gara-gara dengannya, melainkan berbalik pergi. Dia menatap punggung perempuan itu dengan sebersit perasaan tidak enak.Bi Citra mendekat dan mengingatkan Winda dengan suara berbisik, “Bu, Bapak tahu kalau hari ini Pak Jefri datang. Saya nggak tahu apa yang disampaikan Yanti pada Pak Hengky dan sepertinya beliau sangat marah. Nanti Ibu jelaskan baik-baik pada Pak Hengky dan jangan sampai salah paham.”Winda sudah tahu kalau Yanti pasti akan berulah. Akan tetapi dia tidak tahu ini maksud Nenek atau Yanti pribadi. Oleh karena itu Winda tidak berani langsung mengusirnya. Akan tetapi kalau Yanti berani merusak hubungan dia dengan Hengky, maka Winda tidak akan mempertahankan perempuan itu di rumahnya.Winda menaiki tangga dan melangkah ke arah kamar tamu. Dia mengetuk pintu dengan perlahan sambil bertanya, “Sayang, aku boleh masuk?”Tidak ada orang yang menjawabnya. Winda ragu sejenak dan memutuskan untuk membuka pintu secara perlahan. K
Winda merasa pergelangan tangannya seperti nyaris remuk. Keringat dingin mengalir dengan deras karena menahan rasa sakit tersebut.“Sa-sakit ….” Winda merintih sambil menatap mata menyeramkan milik lelaki itu. Winda bisa merasakan kalau lelaki itu sedang marah pada dirinya. Winda senang karena setidaknya Hengky masih peduli dengan dirinya. Jika tidak, lelaki itu tidak akan peduli dengan Jefri yang datang ke rumah.Hengky tidak melonggarkan cengkeramannya karena mendengar rintihan perempuan itu. Akan tetapi dia tidak menambah kekuatannya juga. Dia mengeluarkan semua emosinya di balik kegelapan agar tidak dapat diketahui oleh Winda.Winda melebarkan matanya untuk melihat raut wajah lelaki itu lebih jelas. Akan tetapi karena cahaya kamar yang sangat minim, dia tidak bisa melihat dengan jelas.“Sayang, kamu cemburu?” tanya Winda penuh harap serta gugup.Hengky memicing tanpa bicara. Winda anggap itu sebagai sebuah kebenaran dan lanjut berkata, “Kalau kamu beneran cemburu, aku sungguh bahag
“Menjelaskan?” Hengky mendengus dan kembali berkata, “Takut aku macam-macam dengan Jefri? Kamu begitu khawatir dengannya?”Winda tidak menyangka Hengky tetap tidak percaya dengannya meski dia sudah menjelaskannya berulang kali. Akan tetapi masalah ini dimulai dari kesalahannya Winda, dia tidak berhak menyalahkan Hengky.“Aku nggak ada masalah sama sekali dengan apa pun yang ingin kamu lakukan pada Jefri. Yang aku pedulikan hanya kamu! Hengky, seberapa curiga dan nggak percayanya kamu padaku, aku tetap akan bilang kalau orang yang aku cinta bukan Jefri! Tapi kamu!”Hengky tertawa dingin dan berkata, “Kamu pik-““Kamu jangan bicara dulu! Dengarkan aku selesai bicara, ok?” potong Winda sambil membekap mulut lelaki itu dengan cepat.Dia menatap Hengky beberapa detik dan melepaskan tangannya kemudian lanjut berkata, “Karena aku sudah janji denganmu untuk nggak mengizinkan Jefri ke rumah, aku nggak akan mengingkarinya. Hari ini dia mendadak datang dan aku nggak tahu itu sama sekali. Kalau ak