"Kau ini memang laki-laki yang misterius," kata Selly."Banyak yang bilang begitu memang."Perut Darel bergemuruh setelah itu."Kau, lapar? Aku juga. Di kulkas, tidak ada makanan?""Aku belum sempat belanja. Tapi.. seingat ku ada mi instan di rak dapur atas.""Oh, benarkah? Biar aku periksa."Keduanya lalu pergi ke dapur, yang ada di ujung lorong. Pintu-pintu kamar utama, saling berdampingan, setelah tangga. Sementara, 2 kamar tamu, ada di seberangnya. Di tengah-tengah di letakkan sofa dan karpet di bawahnya. Di depan sofa ada sebuah TV.Dan, tepat di sebelah meja TV, terdapat lorong pendek, yang menuju dapur. Juga, kamar mandi untuk para tamu. Karena, hanya kamar utama, yang memiliki kamar mandi dalam.Selly berjinjit untuk membuka rak, yang ada di atas kompor. Namun, tetap saja tak sampai. Hingga, Darel berdiri tepat di belakangnya, untuk membukanya.Selly cukup terkejut akan itu, sampai takut untuk berbalik."Oh.. ada," kata Darel.Mengambil 2 bungkus mi instan kuah."Tapi.. aku ti
Darel, Diara, Rendi dan Selly baru saja keluar dari Hotel. Berdiri saling berdampingan. Di detik selanjutnya, mereka saling tukar pandang. Lalu, tersenyum. Dan.. menjerit kegirangan. Melakukan TOS.3 orang sponsor yang di jamu oleh mereka, memberi respon positif. Dan, tertarik untuk memberi sponsor pada teater mereka. 3 orang pemberi sponsor itu adalah teman kuliah Darel, yang sudah sukses—memiliki perusahaan masing-masing."Tapi.. waktu kita tidak banyak. Hanya 3 hari. Apakah bisa kita menyelesaikan naskah, membuat desain untuk panggung dan membeli alat-alatnya?" tanya Diara."Jangan lupa latihan," tambah Rendi."Kalian urus saja soal naskah dan latihan. Sisanya, biar aku yang mengatur.""Wah.. teman kayaku ini memang tidak perlu di ragukan lagi. Terbaik."Selly memberi dua jempol pada Darel, yang mengepalkan tangan. Mengarahkan pada Selly, yang juga mengepalkan tangan. Melakukan TOS kepalan tangan."Lalu, ide ceritanya? Itu idemu. Kau harus menyelesaikannya," tanya Diara."Aku serah
Banyak yang mengatakan, jika kita terlalu bahagia akan sesuatu—maka, kesedihan juga akan datang secepat kilat. Rendi terbelalak. Tubuhnya gemetar. Merasakan lembutnya bibir Diara di bibirnya.Pipinya semu. Tersenyum bodoh. Dan, mematung, sekalipun Diara sudah mengakhiri aksinya. Namun, tidak dengan Hara. Kepalan amarah yang sudah di siapkan sejak tadi.. mendarat di pipi Rendi. Hingga, membuat Rendi jatuh terjerembab di karpet. Masih tetap. Dengan senyum bodohnya.Hara berjalan pergi. Turun ke lantai bawah. Mila mengikutinya."Kau cemburu?" tanya Mila. Berdiri di belakang Hara. Di lantai 1."Jangan memulai pertengkaran denganku. Pergi."Mila berdeham gugup."Kau.. ingin balas dendam, kan? Aku bisa membantumu."Hara berbalik badan."Apa maksudmu?""Sekarang.. kau benci dengannya, kan? Aku.. bisa membantumu, untuk sedikit menakut-nakutinya.""Apa yang bisa kau lakukan?""Kalau kau setuju, untuk melakukannya pada Diara—aku akan memberitahumu.""Tunggu. Diara? Bukan Rendi?""Kau ingin bal
Pukul 04.00 sekarang. Sayup-sayup mata Diara terbuka. Mengerutkan alis. Lantas, terkejut. Melihat Rendi, tidur di sebelahnya. Dengan menghadap Diara.Diara mencoba mengubah posisi. Menghadap ke arah satu lagi. Juga, terkejut. Ada Hara yang masih tidur. Menghadap Diara.Diara menggigit bibir bawahnya. Sedikit kesal. Ketika ingin berbalik arah lagi, Hara membuka matanya, yang masih sayu. Membuat Diara berhenti bergerak.Hara tersenyum."Diara.. Sayangku.. Wah.. sudah berapa lama aku tak melihatmu," ucapnya dengan suara parau.Lagi. Diara mengerutkan alisnya."Maafkan aku, Sayangku.. untuk saat ini, aku tidak bisa menolong mu. Mungkin.. aku akan terus menyakitimu. Tapi, percayalah.. jauh di dalam sini.. aku masih dan akan tetap mencintaimu. Tunggu sebentar lagi—aku.. akan segera keluar dari tempat ini."Hara kembali tersenyum. Membelai pipi Diara. Lantas, kembali terpejam.Diara masih tertegun. Air matanya menggenang di dalam. Mengingat, nada lembut dari Hara yang belakangan ini—tak pern
Ini adalah hari terakhir mereka latihan. Bergeser ke studio. Dan, segera tercengang dengan suasana studio, yang sangat berbeda. Layar LED seluas hati Diara yang lapang, terpasang di panggung. Gunanya untuk menampilkan video atau pun teks dari narator ; suara imajiner yang diasumsikan sedang menceritakan kisah kepada penonton. Beberapa properti juga sudah di siapkan di belakang panggung. Juga, kostum mereka. Bahkan, panggung yang sebelumnya, hanya selebar 10 langkah kaki saja, kini sudah semakin luas."Wah.. ini benar studio kita?" ucap Selly dengan kagum."Benar-benar keren!" puji Rendi."Well, tidak buruk juga," kata Reyhan."Wah.. ini sangat di luar ekspetasi ku. Terima kasih, Darel," kata Diara."Kau harus membuat pertunjukan ini sukses."Diara mengangguk."Aku akan berusaha dengan keras.""Eh, lalu, bagaimana dengan promosinya? Kau sudah membuat brosur?" lanjut Diara."Tentu saja, sudah. Aku sudah memerintahkan anak buahku untuk membagikannya. Dan, lihat ini,"Darel menunjukkan l
Diara tengah berada di belakang panggung. Memeriksa properti yang akan di pakai hari ini. "Semuanya sudah siap. Hah, semoga lancar hari ini." Diara menilik jam tangan di pergelangan tangan kirinya. "Ah, 15 menit lagi pertunjukan akan di mulai." Diara melangkah kemudian, di saat yang sama terdengar suara benda terjatuh dari arah belakangnya. Diara menengok ke belakang. Tak ada siapapun. Lantas, ia kembali berjalan. Dan, suaranya terdengar lagi. Di detik selanjutnya, Diara berputar arah. Mencari sumber suara. Alih-alih menemukan benda yang terjatuh, ia bertemu dengan seorang laki-laki, yang berpakaian hitam. Dengan wajah tertutup masker hitam. "Siapa kau?!" Laki-laki itu hanya diam. Namun, berjalan pelan, mendekati Diara. Membuat yang didekati, melangkah mundur. "SIAPA KAU?!" Diara melihat tangan kiri laki-laki itu membawa sebuah palu. Melihat nyawanya terancam, Diara segera berlari. Tapi, langkah laki-laki itu lebih cepat. Ia berhasil menjambak rambut Diara. Membuat
Pertunjukkan berlangsung. Mila yang berperan sebagai Gin ; bekerja menjadi seorang pemeran pengganti di film aksi, tengah berlari mengejar Reyhan yang berperan sebagai Dong Joo ; warga Korea yang menjadi penjelajah waktu. Yang mencuri upah kerja Gin. Layar menampilkan sebuah jalanan kota, dengan langit mendung. Dan, seketika hujan. Ketika, layar berganti pada jembatan besar, Reyhan menghilang. Bersamaan dengan Mila juga ikut menghilang. Dan, berakhir di taman bermain yang cerah. Mila baru saja melakukan perjalanan waktu. Pergi ke tahun 2045. Suara penonton yang kagum, terdengar bersamaan. Dan, pertunjukkan berakhir dengan adegan di mana Mila dan Hara di kejar petugas keamanan kereta api, karena Mila yang tidak memiliki identitas. Perpaduan akting, musik, visual dan video di layar membuat para penonton bertepuk tangan riuh. Pertunjukkan perdana teater A Little Big sukses. Tidak ada kursi yang kosong. Meskipun, di awal banyak penonton yang datang karena ingin mendapatkan hadiah yan
"Kau sudah menemukan Diara?" tanya Rendi. Menelepon Darel."Belum. Tapi, aku sudah tahu dia berada di mana. Kau cepat hubungi polisi. Akan aku kirimkan alamatnya padamu.""Baiklah!"Darel segera berlari masuk ke dalam gedung kosong tersebut. Berteriak memanggil Diara. Namun, tidak ada Diara di dalamnya. Maupun, para penculik.Nafas Darel tersengal. Mencari Diara di setiap jengkal sisi gudang ini."Kenapa tidak ada di sini? Kemana Diara?"Darel diam, dengan berkacak pinggang. Memejamkan mata erat."Ayo, Darel. Berpikir. Di mana lagi, harus mencari Diara," gumamnya.Di sepersekian detik kemudian, mata Darel terbuka lebar."Ada satu gudang kosong lagi di area ini."Darel segera berlari keluar. Sementara, 2 penculik tersebut, mendekati Diara. Satu membawa alat pemotong kertas. Satu lagi sebalok kayu.Diara memejamkan mata dengan erat. Degupnya jantung berdetak cepat."Ibu.. tolong aku!" ucapnya dalam hati.1992Ranti tengah beradu mulut dengan seseorang. Wajahnya terlihat sangat ketakutan