Kemana sebenarnya Rawindra? Kenapa pemuda yang tadinya kelelahan ini bisa menghilang dari kamarnya tapi tidak ada di tempat makan malam bersama? Rawindra yang baru tersadar dari mimpi buruknya ini meninggalkan Dewi Naga dan kedua sahabatnya Adista dan Sagara untuk kembali ke kamarnya beristirahat. Tanpa Pendekar Tangan Satu ini sadari, ada yang mengikutinya dari tempat pertaandingan semifinal ini. Sosok perempuan misterius berpakaian hijau yang beberapa kali menolongnya dari kematian ini. Rawindra tidak menyadari kalau dia sedang diikuti yang menunjukkan kehebatan perempuan misterius ini. "Kamu sudah besar, Rawindra! Sayang, tangan kirimu cacat akibat ulah ayahmu yang tidak bertanggung jawab itu!" Tampak kegeraman di wajah perempuan cantik jelita ini. Perempuan misterius ini tetap mengamati Rawindra dari kejauhan saat Pendekar Tangan satu ini kelelahan dan langsung tidur pulas. "Kasihan sekali kamu, Nak! Ayahmu benar-benar memanfaatkan dirimu untuk kepentingannya sendiri! Sehar
"TUNGGU!"Suara teriakan dari arah belakangnya menghentikan langkah perempuan misterius berpakaian hijau ini."Siapa sebenarnya dirimu, perempuan misterius?" tanya Rawindra yang baru tersadar dari tidur pulasnya.Perempuan misterius ini berbalik dan menatap Pendekar Taangan satu ini sambil tersenyum."Tidak penting siapa diriku, Rawindra! Aku selalu melindungimu!" sahut perempuan misterius ini."Apa hubungannya aku denganmu? kenapa kau membantuku?" tanya Rawindra.Perempuan misterius ini menatap wajah Rawindra dengan lembutnya. Pendekar Tangan satu ini juga merasakan sesuatu yang aneh saat perempuan misterius ini menatap wajaahnya.Kok ada perasaan lembut yang menyenangkan mengalir di dalam tubuhku? Apa ... jangan-jangan ... perempuan misterius ini adalah ibuku?"Aku tidak boleh berlama-lama di sini! Mungkin juga aku akan pergi dari Pulau Pedang hari ini juga!" ujar perempuan misterius ini."Apa kamu ini ibuku?" tanya Rawindra langsung kepada perempuan misterius ini.Sontak perempuan
Pendekar Tangan Satu ini terdiam saat perempuan misterius ini memutuskan untuk memberikannya kesempatan bertanya tentang perempuan yang selalu menolongnya ini."Kenapa diam? Tadi kamu ingin sekali mengetahui tentang diriku!" ujar perempuan misterius ini."Siapa sebenarnya dirimu? Maksudku, nama aslimu dan julukanmu di dunia persilatan?" tanya Rawindra."Kalau aku beritahu namaku, apa kamu akan tetap seperti sekarang yang mempercayaiku?" tanya perempuan misterius ini."Memangnya apa yang bisa membuatku tidak mempercayaimu?" tanya Rawindra."Namaku! Mungkin kamu sudah pernah mendengar namaku, tapi mungkin juga tidak! Tapi, yang pasti kisah yang diceritakan tentang diriku selalu buruk! Aku juga tidak tahu kenapa cerita yang sebenarnya diputar balikkan menjadi suatu pembohongan!" sahut perempun misterius ini."Apa maksudmu? Apa semua cerita bohong itu berhubungan dengan diriku?" tanya Rawindra."Aku tidak mengharapkan kamu percaya ceritaku, karena cerita yang beredar sangat tidak sesuai d
Seleksi pertandingan semifinal akhirnya berhasil diadakan juga setelah sempat terjadi insiden pembatalan yang dilakukan oleh Dewi Naga sehari sebelumnya."Seleksi pertama mempertemukan Arkasena, Pendekar Pulau Iblis melawan Rawindra Pendekar Tangan Satu!" seru panitia seleksi.Arkasena sepertinya sudah berhasil bangkit dari keterpurukan akibat ketakutannya terhadap Iblis Dimensi sebelumnya.Keangkuhannya tampak sangat mencolok dengan pandangan menghinanya terhadap Rawindra, padahal sehari sebelumnya dia begitu ketakutan terhadap pemuda tangan satu ini."Kamu tidak bisa apaa-apa tanpa iblis di dalam tubuhmu, tangan buntung!" hina Arkasena.Rawindra hanya tersenyum menanggapi hinaan dari rkasena yang bermaksud menjatuhkan mentalnya."Biar tangan buntung tapi aku masih sanggup membuatmu ketakutan sampai celanmu basah kemarin!" balas Pendekar Tangan satu ini yang membuat seluruh penonton seleksi tertawa."Kurang ajar! Berani sekali kamu menghinaku!" sahut Arkasena dengan wajah memerah men
Pertandingan lainnya mempertemukan Sagara melawan Kumala Dewi yang dijuluki Pendekar Dewi Naga, karena kecantikannya yang luar biasa.Kumala Dewi menyingkirkan semua pesaingnya dengan mudah, dan hanya memerlukan kurang dari tiga jurus saja untuk mengalahkan pesaingnya.Pertandingan semifinal kedua ini diadakan di luar ruangan, mengingat kedua peserta seleksi semifinal ini memiliki jurus-jurus bela diri yang dasyat. Panitia seleksi khawatir kalau serangan kedua peserta seleksi ini akan merusak markas Perguruan Pedang Patah.Sagara sangat bersemangat untuk menghadapi Kumala Dewi.Penampilan Kumal Dewi saat menghadapi Sagara bahkan jauh lebih cantik daripada sebelumnya.Tidak ada yang menyangka kalau gadis yang terlihat anggun ini memiliki jurus pendekar yang sangat hebat."Silahkan menyerang terlebih dahulu, Nona!" seru Sagara."Kamu memang pria yang sopan tapi kamu juga akan kalah!" sahut Kumala Dewi."Tidak masalah kalau kalah dengan pendekar secantik Nona!" ujar Sagara.Walaupun mere
Kepulan asap masih menutupi tempat seleksi pertandingan antara Pendekar Matahari melawan Pendekar Dewi Naga.Masih belum terlihat sosok Sagara ataupun Kumala Dewi karena tebalnya asap yang menyelimuti tempat pertandingan ini."Apa kamu melihat sesuatu, Adista?" tanya Rawindra."Tidak terlihat apapun! Asap ini sangat tebal dan belum menghilang!" sahut Adista."Apa mereka baik-baik saja? Semoga tidak ada yang luka parah!" ujar Rawindra."Aku juga berharap demikian, Windra! Kita tunggu saja sampai asap ini hilang karena kita dilarang mendekati tempat pertandingan," ucap Adista.Semua penonton seleksi pertandingan ini terlihat sangat penasaran dengan kondisi kedua peserta seleksi ini setelah benturan keras antara mereka.Perlahan-lahan asap menghilang dan pandangan penonton mulaiterang ke arah tempat pertandingan.Terlihat dua peserta seleksi yang masih tegak berdiri di tempatnya masing-masing tanpa terluka sedikitpun."Kak Sagara masih berdiri tegak!" teriak Rawindra.Wajah Adista juga b
Pertandingan Final Seleksi antara Pendekar Tangan Satu-Rawindra melawan Pendekar Dewi Naga-Kumala Dewi baru akan dilaksanakan tiga hari lagi.Seluruh peserta seleksi masih diijinkan untuk tinggal di Pulau Pedang menyaksikan seleksi final untuk menentukan siapa yang berhak menjadi juara seleksi dan mendapat kehormatan langsung diajari oleh Ketua Sekte Pedang Patah.Sagara yang dirawat, sudah bisa keluar dari ruang perawatan keesokan harinya.Sagara dan Adista termasuk yang bergembira karena sahabat mereka, Rawindra berhasil lolos ke partai puncak perebutan gelar juara seleksi tahun ini."Windra! Hebat sekali kamu!" teriak Sagara menyapa Rawindra yang sedang duduk sendirian."Iya ... kita saja tidak lolos ya Tuan Muda!' seru Adista."Aku jadi tidak enak hati sama kalian! Aku tidak menyangka akan lolos ke partai puncak. Tujuanku hanya menjadi murid rendahan dari sekte Pedang Patah ini!" ujar Rawindra."Tidak perlu merendah hati, Sahabat! Kami turut senang kamu bisa lolos untuk melawan Ku
Baru saja Pendekar Tangan Satu ini sampai di depan kamar penginapannya, Adista sudah menunggu di depan kamarnya ini."Ayo Rawindra! Kita jelajahi Pulau Pedang ini!" ajak Adista.'Menjelajahi pulau ini? Memangnya boleh, Adista?" tanya Rawindra berpura-pura padahal dia baru saja dari kolam air terjun."Apa salahnya menjelajahi pulau ini? Kan tidak ada rahasia apa-apa!" seru Adista."Benar juga katamu! Kenapa harus dilarang ya?" ujar Rawindra."Jadi tidak?" tanya Adista."Yuk! Kita mau ke arah mana dari pulau ini?" tanya Rawindra."Ke arah pegunungan saja, kelihatannya indah, Windra!" seru Adista."Ajak Kak Sagara tidak?" tanya Rawindra lagi, padahal dia tahu kalau pemuda ini sedang berada di kolam air terjun.Adista bingung dengan pertanyaan Rawindra.Sebenarnya dia ingin menghabiskan waktu berduaan dengan Rawindra.Tanpa sadar, Adista sudah jatuh hati terhadap Rawindra."Biar saja Tuan Muda istirahat! Kita berdua saja bagaimana?" tegas Adista."Boleh saja, tidak masalah!" jawab Rawindr