Setelah kepulan asap menghilang, tampak dua sosok pendekar wanita ini masih berdiri tegak dan saling berhadapan."Hebat sekali Adista!" seru Rawindra saat melihat Pendekar Tanpa Bayangan ini masih berdiri tegak, walaupun tubuhnya penuh kotoran debu."Aku tidak menyangka kalau Adista sangat hebat kemampuan ilmu bela dirinya. Andai saja tidaak ada Dewi Naga ini, aku jamin Adista bisa sampai ke pertandingan puncak dan mungkin saja menjadi Juara Sejati!" ujar Sagara."Kalau Kak Sagara juga melangkah ke pertandingan puncak, pasti Adista akan mengalah kepadamu," sahut Rawindra."Aku tidak akan menyetujuinya, Windra! Aku hanya ingin menjadi Juara Sejati dengan semua kemampuanku, bukan karena diberikan oleh Adista!" seru Sagara."Aku tahu itu, Kak Sagara! Tapi aku tahu sifat Adista ... dia tetap akan memberikan kemenangan kepadamu!"*****Sementara itu, suasana di arena pertandingan semakin memanas setelah serangan dasyat dari Pendekaar Dewi Naga bisa diredam dengan sempurna oleh Pendekar Ta
"Tidak mungkin!" seru Dewi Naga saat dirinya terpukul mundur oleh kekuatan Adista. "Kamu ini Dewi Phoenix yang hanya menjadi legenda dunia persilatan saja? Kenapa kamu bisa muncul? Bukannya Klan Phoenix sudah hancur ratusan bahkan ribuan tahun yang lalu?" Tubuh Adista masih diselubungi Phoenix Api yang mengepakkan sayapnya dengan megah.Tidak ada jawaban yang keluar dari mulut Adista untuk menanggapi ucaapan Kumala Dewi.Panitia seleksi juga terkejut dengan perkembangan pertarungan antara Adista menghadapi Kumala Dewi ini.Untuk menghentikan pertarungan, mereka juga tidak berani melakukannya karena khawatir menyinggung perasaan Dewi Phoenix yang sedang melayang di udara dengan Phoenix Api di belakang tubuhnya."Adista! Sadarlah!" seru Rawindra yang merasa harus segera turun tangan sebelum semuanya terlambat.Dewi Phoenix ini hanya memandang ke arah Rawindra tapi tidaak berusaha menghentikan pertarungan yang akan segera terjadi lagi dengan Dewi Naga."Adista! Ini bukan dirimu! Semua b
Tidak pernah diduga oleh murid Pergurua Pedang Patah kalau akan terjadi pertarungan yang sedemikian hebatnya di Pulau Pedang ini.Pertarungan yang layaknya dilakukan oleh Master Bela Diri tingkat tinggi yang bisa mengakibatkan kehancuran di mana-mana dengan kekuatan yang besar.Peserta-peserta sebelumnya hanya memiliki ilmu bela diri seadanya saat bertarung dalaam seleksi. Baru kali ini terjadi pertarungan yang sangat hebat yang tidak pernah terjadi sepanjang penyelenggaraan Seleski Perguruan Pedang Patah."Naga Membelah Gunung!"Dewi Naga mengeluarkaan serangan dasyat berupa tebasan tangan yang mirip pedang tapi menghasilkan aura naga yang tajamnya melebihi tajamnya pedang.Serangan langsung diarahkan ke tubuh Dewi Phoenix dengan cepatnya."Hihihi! Seranganmu mirip mainan belaka, Dewi Naga!" seru Dewi Phoenix sambil bergerak cepat menghindari tebasan tangan Dewi Naga."Phoenix Membara!"Sekujur tubuh Dewi Phoenix diselimuti api phoenix yang membungkus dirinya dengan tingkat kepanasan
"Baiklah! Aku menyerah kalah! Aku akan kembalikan Adista dan tetap diam dalam tubuhnya!' ujar Dewi Phoenix yang tidak ingin ambil resiko melawan Dewi Naga."Keputusan yang cerdik! Patuhi gadis ini maka kau juga akan menjadi lebih kuat!" sahut Dewi Naga.Dewi Phoenix mengangukan kepalanya kemudian siluet burung api phoenix menghilang dari tubuh Adista.Tubuh Adista terkulai lemas dan hampir saja jatuh ke atas lantai kalau Kumala Dewi tidak sigap menangkap tubuh gadis ini dan membaringkannya di atas lantai.Rawindra yang cemas melihat kondisi Adista berlari menuju tempat pertarungan antara Dewi Naga dengan Dewi Phoenix ini."Apa yang sebenarnya terjadi di sini?' tanya Rawindra kepada Kumala Dewi."Adista dikuasai oleh Phoenix yang tersegel di dalam tubuhnya, tapi phoenix ini sekarang sudah janji tidak akan berulah lagi daan mematuhi semua perintah Adista. Aku harap Adista bisa segera memiliki kemampuan yang hebat untuk mengunci phoenix ini selama-lamanya agar tidak bisa kembali menguasa
Seleksi penerimaan murid Perguruan Pedang Patah sudah memasuki babak penentuan di hari kedelapan.Pemenang dari seleksi pertarungan ini akan dibina langsung oleh ketua Sekte Pedang Patah yaitu Master Arkandra Arkatama.Dewi Naga benar-benar tidak menyapa Rawindra lagi sama sekali.Sesuai keputusan panitia seleksi, Pendekar Tanpa Bayangan dikeluarkan dan dianggap kalah melawan Dewi Naga.Jadi, Dewi Naga tetap bertarung di babak selanjutnya. Kejadian yang aneh dan tidak masuk akal menurut Sagara."Kedua Dewi bertarung habis-habisan tapi hanya Adista yang dikeluarkan, sementara Kumala Dewi tetap bertarung di babak selanjutnya dengan pembatasan tidak boleh mengeluarkan satupun jurus naga yang berbahaya.""Mungkin panitia seleksi menganggap Adista yang menjadi penyebab semua ini, Kak Sagara! Oh ya, bagaimana kondisi Adista, apakah baik-baik saja?" tanya Rawindra."Kenapa kamu tidak menjenguk Adista?" tanya Sagara yang heran dengan sikap Rawindra yang menghindar dari Adista."Apa Adista men
Seleksi pertandingan untuk masuk ke Perguruan Pedang Patah akhirnya menyisakan 4 peserta seleksi saja di babak semi final alias babak empat besar ini.Pendekar Dewi Naga memang sudah diprediksikan akan lolos sampai ke babak final melihat kehebatannya saat menghadapi Dewi Phoenix.Banyak peserta yang melayangkan keberatan dengan tetap ikutnya Dewi Naga ini sebagai peserta seleksi, namun semua keberatan ini tidak diterima oleh panitia seleksi.Dewi Naga tetap diizinkan bertanding untuk menjadi Juara Sejati.Dewi Naga akan menghadapi salah satu pendekar muda yang hebat yaitu Pendekar matahari Sagara yang lolos ke babak empat besar ini dengan mengesankan.Seleksi pertandingan semi final lainnya yang tidak pernah dibayangkan orang adalah lolosnya Rawindra yang menurut pandangan peserta lainnya memiliki kemampuan yang biasa-biasa saja, serta Arkasena yang sangat kejam terhadap lawan-lawannya di seleksi sebelumnya tapi tetap lolos ke babak selanjutnya.Keempat peserta seleksi dipertemukan di
Rawindra memutuskan untuk menyelidiki sosok yang dirasakannya mengikutinya sejak dari Kota Bintang ke Desa Matahari sampai ke Pulau Pedang."Siapa sebenarnya dirimu, penguntit? Apa yang kau cari dariku?" kata Rawindra penuh tanda tanya.Pendekar Tangan Satu ini memutuskan kembali ke tempat Raditya menyiksanya di Hutan Terlarang.Tidak ada siapa-siapa di sana. Rawindra juga berhati-hati menuju ke Hutan Terlarang ini, karena hukumannya sangat berat apabila ketahuan memasuki Hutan Terlarang tanpa izin dari Ketua Perguruan Pedang Patah."Kamu sembunyi dimana, penguntit?" seru Rawindra. "Kalau ingin bertemu denganku, sekaranglah saatnya! Apa yang kau inginkan dariku? Aku tahu kalian menguntitku terus sejak dari Kota Bintang!"Pendekar Tangan Satu ini menganggap pelaku penguntitan ini sekarang berada di sekitar dirinya."Keluarlah! Buat apa terus bersembunyi! Aku tidak akan memberitahukan keberadaan kalian terhadap Perguruan Pedang Patah kalau kalian masuk tanpa izin!" teriak Rawindra lagi.
"Aku tidak melakukan apa-apa terhadapmu!" elak Rawindra."Tidak semudah itu kamu mengelak dari kurang ajarnya dirimu!' sahut Kumala Dewi."Aku menyelamatkan nyawamu, tahu! Kalau bukan karena diriku, kamu sudah tewas!" seru Rawindra tidak mau kalah."Pertolongan seperti apa yang menelanjangiku kemudian berbaring di atas tubuhku? Siapa juga tahu itu tindakan yang tidak terpuji!" sahut Dewi Naga ini."Hanya itu satu-satunya cara untuk menyalurkan hawa murni ke tubuhmu yang terkena efek racun dari Dewi Phoenix. Aku hanya mengikuti anjuran kakekku!' ujar Rawindra."Siapa kakekmu? Kok mengajari sesuatu yang tidak terpuji pada cucunya?" tanya Kumala Dewi."Jangan menghina kakekku! " sahut Rawindra penuh kemarahan."Buktinya, dia mengajari cucunya membuka semua pakaian wanita padahal itu tidak boleh!" ejek Kumala Dewi."Sudah kubilang jangan hina kakekku!"Suara Rawindra yang bergetar kencang membuat Kumala Dewi terkejut dengan kekuatan tersembunyi yang barusan keluar dari dalam tubuh Pendeka