Rawindra memutuskan pergi ke arah timur menuju Kota Sanghyang Widi. Kota yang sangat besar di Alam Dewa ini. Dia ingin mencoba kemampuannya di kota ini yang menurut Master Aruna, udaranya akan sangat menyesakkan dada bagi yang ilmu tenaga dalam atau Qi nya rendah.Baru meninggalkan Hutan Mitos beberapa langkah, dia sudah dihadang oleh beberapa bangsawan dewa yang terkadang berprofesi sebagai perampok pendatang yang bukan bangsa dewa.Bangsawan Dewa di sini bukanlah kasta tertinggi di Ala Dewa ini, melainkan kasta terendah yang hanya dipandang sebelah mata. Mereka bukan dewa yang berhasil kultiuvasi, tapi merupakan hasil inkarnasi dari Immortal yang salah sehingga tubuh yang digunakan tidak bisa digunakan untuk berkultivasi kembali.Bangsawan Dewa buangan lebih dikenal sebagai Bandit Kultivasi karena ketidakmampuan mereka untuk berkultivasi tapi tetap bisa hidup di Alam Dewa ini."Berhenti!" seru salah satu bangsawan dewa yang masih muda tapi memiliki tubuh kurus kerempeng.Pendekar Ta
Dewi Pedang Surga menatap Rawindra kemudian tersenyum dan berlalu dari hadapan Pendekar Tangan Satu ini. "Aku tidak akan melakukan apa-apa terhadapmu! Kamu bebas untuk pergi kemana saja! Aku hanya berpura-pura jadi perampok di hadapan Bandit Kultivasi tadi!" ujarnya.Rawindra sama sekali tidak menyangka kalau begitu mudahnya dewi cantik ini melepaskan dirinya."Kamu hendak kemana?" tanya Rawindra kepada Dewi Pedang Surga.Dewi Pedang Surga menatap Rawindra dengan wajah yang tidak senang, "Apa urusanmu! Aku telah menolongmu ... seharusnya kamu berterima kasih, bukannya banyak tanya kepadaku!""Aku hanya ingin membantumu kalau diperkenankan untuk mencari siapa yang bertanggung jawab terhadap kekacauan yang ditimbulkan oleh Bandit Kultivasi!""Aku tdak butuh bantuanmu! Lebih baik kamu pergi saja sekarang ke tempat tujuanmu ... semoga kamu selamat sampai tujuan!" kata Dewi Pedang Surga dengan nada yang meremehkan kemampuan Rawindra.Hanya dengaan satu kibasan tangan saja, Dewi Pedang Surg
"BERHENTI!!!" Teriakan Rawindra sama sekali tidak dihiraukan oleh pengemis cantik ini. Tubuhnya semakin melesat kencang dengan gin-kang yang cukup tinggi tingkatannya. "Hebat sekali pengemis licik ini! Tampaknya dia bukan pengemis sembarangan!" batin Rawindra. Kecepatan pengemis cantik ini membuat Rawindra agak kesulitan mengejarnya. Rawindra terus mengikuti pengemis cantik ini sampai ke hutan bambu yang serba hijau. Tanpa Pendekar Tangan Satu ini sadari kalau dia sedang memasuki markas Pengemis Tongkat Bambu yang merupakan perguruan persilatan yang sangat terkenal di Alam Dewa ini. Pengemis Tongkat Bambu bukanlah kultivator yang menjadi dewa di Alam Dewa ini. Mereka memilikikemampuan setingkat dewa yang berasal dari kultivasi tapi mereka memiliki teknik khusus dalam pencapaiannya sehingga bisa disetarakan dengan dewa-dewa di alam ini. Pengemis Tongkat Bambu sangat disegani dan ditakuti oleh Lima Dewa Sakti yang memimpin Alam Dewa. Bahkan ada rumor kalau pemim;pin Pengemis Tongka
Rawindra tetap mengejar pengemis cantik yang telah mencuri kantong uangnya sampai ke pinggiran kota Sanghyang Widi yaitu Hutan Bambu setelah melewati hadangan Pengemis Tongkat Bambu dengan ilmu kultivasi kunonya yang membuat anggota pengemis berpakaian hijau ini tidak jadi mengejarnya."Kembali kau, pengemis licik!" seru Rawindra. Pengemis cantik bertubuh ramping ini tidak menghiraukan teriakan Rawindra dan berpaling sambil mengejeknya. "Tangkap aku kalau bisa!"Wajah pengemis cantik yang tampak kotor ini semakin membuat Rawindra penasaran dan terus mengejarnya.Tiba-tiba langkah Rawindra terhenti saat melihat pria yang sudah setengah abad umurnya dengan rambut putih dan pakaiannya yang compang camping menghadang jalannya sementara pengemis cantik yang bertubuh mungil ini bersembunyi di belakangnya.Rawindra tahu dia bertemu sosok yang sakti. "Salam hormat! Aku sedang berbicara dengan siapa?" tanyanya."Ini anak muda yang hendak memaksamu melakukan hubungan intim?" tanya kakek tua ini
"Aku tahu kamu sedang mencari Dewabrata yang memimpin Kota Sanghyang Widi! Aku bisa membawamu bertemu dengannya dengan satu syarat!" seru Klaista secara tiba-tiba.Dewa Pengemis Sakti mulai kelihatan cemas dengan ucapan Kalista. "jangan membuat ulah lagi!" pesannya."Tidak, kakek guru! Justru akau akan melakukan apa yang diinginkan oleh kakek guru selama ini ... aku akan menikah!" ujar Kalista."APAAA!!!"Tanpa sadar Rawindra berteriak sekencang-kencangnya.Wajah Kalista yang tadinya ceria langsung berubah cemberut begitu melihat tidak ada reaksi yang baik dari rawindra. Malahan Pendekar Tangan Satu ini begitu terkejut dengan persyaratan darinya."Kenapa kau terkejut begitu? Apa aku terlalu jelek untukmu sehingga tidak pantas kau nikahi?" tanya Kalista dengan sinis.Rawindra buru-buru menghaturkan hormat kepada Dewa Pengemis Sakti, kemudian berkata kepada Kalista, "Aku sudah menikah dan punya istri! Malahan aku baru saja menikah di Hutan Mitos sebelum pergi ke kota Sanghyang Widi! Ja
Kalista yang sedang berbahagia tidak terlihat seperti orang yang akan memanfaatkan dirinya, tapi pengalaman masa lalu membuat Rawindra lebih berhati-hati."Kapan kita akan menemui Dewabrata?" tanya Rawindra.Kalista tersenyum sambil menggandeng tangan Pendekar Tangan Satu ini. "Kenapa? amu sedang terburu-buru?" tanyanya."Aku ingin segera menuntaskan misi menemukan Kitab Rahasia Pendekar! Oh ya, kamu harus pergi ke Hutan Mitos menemui Amara untuk menjelaskan semuanya," ujar Rawindra."Kenapa bukan kamu saja, Kanda?' tanya Kalista."Kalau mau ikut denganku, kamu harus minta izin dari Amara karena dia itu istri pertama! Jadi suka ataupun tidak suka, kamu harus menemui Amara!" tegas Rawindra."Baiklah, Kandaku yang ganteng! Tapi nanti ya, setelah kita menemukan Kitab Rahasia Pendekar!" sahut Kalista.Gadis ini tetap bersikeras untuk ikut dengan Rawindra mencari Kitab Rahasia Pendekar, tapi Rawindra tahu betapa berbahayanya misi ini karena pemilik Kitab Rahasia Pendekar akan mati-matian m
"Hahaha! Aku senang punya menantu sepertimu, Rawindra! Kamu sangat pantas untuk mendampingi putriku! Bahkan kamu bisa memimpin Alam Dewa ini terutama Kota Sanghyang Widi!" kata Dewabrata sambil menepuk punggung Rawindra.Kalista tersenyum malu mendengar ucapan ayahnya. Tidak salah pilihannya terhadap rawindra karena ayahnya juga menyukai pemuda ini."Terima kasih ayah mertua, tapi aku harus pulang dahulu ke Desa Matahari di Alam Manusia untuk menemui kakekku! Aku sudah menikah dua kali tanpa persetujuan kakekku!" ujar rawindra."Kamu sudah pernah menikah?" tanya Dewabrata."Bukan sudah menikah tapi masih menikah, ayah mertua! Aku baru menikah beberapa hari lalu sebelum menikah lagi dengan Kalista!" kata Rawindra dengan jujur.Kalista yang khawatir ayahnya marah, berusaha menengahi percakapan yang mungkin akan mengarah ke pertengkaran. "Ayah ... aku sudah tahu dari awal saat menikah dengan Kanda Rawindra! Jadi, jangan marah sama dia ya!" bujuk Kalista.Mendengar permintaan anak gadis s
"Salam Pendekar!" seru sosok berpakaian serba putih ini yang berhenti tepat di hadapan Rawindra dan Kalista.Sosok berpakaian putih ini masih tampak muda, hampir seusia Rawindra tapi memiliki aura wibawa yang tinggi yang terpancar dari dalam tubuhnya. Sikapnya juga ramah dan tersenyum kepada Rawindra dan Kalista."Salam juga, Tuan Pendekar! Boleh tahu dengan siapa aku sedang berbicara?" jawab rawindra dengan sopan. Berbeda dengan Klista yang emasang wajah ketus."Aku pemimpin Lembah Kahyangan ini. Aku lebih dikenal sebagai Mahabodhi! Tadi aku mendengar kalau putri Dewabrata datang berkunjung, apa gadis ini adalah putri Dewabrata?" tanya Mahabodhi. "Mohon maafkan anak buahku yang telah menghinamu!"Mahabodhi hanya mengibaskan tangannya ke arah anak buahnya yang langsung menjerit kesakitan dan tewas seketika. "Tidak ada yang boleh menghina dan menganggu keluarga dari Lima Dewa Sakti! Hukumannya adalah hukuman mati!" Tindakan Mahabodhi sungguh membuat Rawindra tercengang. Tidak pernah d