Rawindra mulai membuka Kitab Ilmu Pedang Naga Api yang diberikan oleh Aisya. Kitab ini tidak terkenal seperti Kitab Jari Sakti serta Pedang Naga Api. "Aneh sekali ... Kitab Ilmu Pedang Naga Api ini begitu hebat jurus-jurus pedangnya tapi hanya dianggap sebelah mata dibandingkan dengan Pedang Naga Api. Malahan Kitab Jari Sakti yang banyak diperebutkan oleh pendekar-pendekar dunia persilatan." Rawindra sendiri tidak habis pikir dengan keanehan di dalam dunia persilatan ini. Seharusnya Pedang naga Api dan Kitab Ilmu Pedang Naga Api menjadi satu kesatuan pusaka legenda yang tidak terpisahkan. "Kitab dari Aisya hanya salinan saja, Windra! Pantas tidak ada pendekar dan kolektor yang menginginkannya!" ujar Amara begitu melihat dengan seksama Kitab Ilmu Pedang Naga Api ini. "Pantas saja Aisya juga memberikan kitab ini begitu saja karena kitab ini tidak memiliki nilai jual yang tinggi di pelelangan tapi berguna untuk meningkatkan kemampuan bela diri menggunakan pedang," kata Rawindra samb
Amara melihat raut wajah Rawindra yang sangat serius sedang berbicara dengan Master Aruna. Da ingin mendekati mereka tapi mata Master Aruna mengisyaratkan dirinya agar tidak menemui mereka dahulu. Setealh beberapa lama, Master Aruna memanggilnya."Amara! Ke sini sebentar!"Amara bergegas menuju ke tempat Rawindra dan Master Aruna degan perasaan was-was."Begini, Amara ... apa kamu benar-benar mencintai Rawindra?" tanya Master Aruna. Pertanyaan yang membuat pipi Amara yang cantik menjadi merah merona. "Tentu saja, Master," jawabnya sambil menudukkan kepalanya malu-malu tanpa berani menatap Rawindra."Baiklah! Tadi Rawindra meminta aku untuk menikahkan kalian berdua tapi dengan satu syarat yang harus kamu penuhi!" ujar Master Aruna.Hati Amara berdebar-debar. Dia tidak tahu syarat apa yang hendak diajukan Rawindra agar mereka bisa menikah. "Syarat apa, master?' tanyanya."Kamu harus menetap di sini untuk sementara sampai Rawindra menemukan Kitab Rahasia Pendekar. Dia khawatir dengan kes
Rawindra memutuskan pergi ke arah timur menuju Kota Sanghyang Widi. Kota yang sangat besar di Alam Dewa ini. Dia ingin mencoba kemampuannya di kota ini yang menurut Master Aruna, udaranya akan sangat menyesakkan dada bagi yang ilmu tenaga dalam atau Qi nya rendah.Baru meninggalkan Hutan Mitos beberapa langkah, dia sudah dihadang oleh beberapa bangsawan dewa yang terkadang berprofesi sebagai perampok pendatang yang bukan bangsa dewa.Bangsawan Dewa di sini bukanlah kasta tertinggi di Ala Dewa ini, melainkan kasta terendah yang hanya dipandang sebelah mata. Mereka bukan dewa yang berhasil kultiuvasi, tapi merupakan hasil inkarnasi dari Immortal yang salah sehingga tubuh yang digunakan tidak bisa digunakan untuk berkultivasi kembali.Bangsawan Dewa buangan lebih dikenal sebagai Bandit Kultivasi karena ketidakmampuan mereka untuk berkultivasi tapi tetap bisa hidup di Alam Dewa ini."Berhenti!" seru salah satu bangsawan dewa yang masih muda tapi memiliki tubuh kurus kerempeng.Pendekar Ta
Dewi Pedang Surga menatap Rawindra kemudian tersenyum dan berlalu dari hadapan Pendekar Tangan Satu ini. "Aku tidak akan melakukan apa-apa terhadapmu! Kamu bebas untuk pergi kemana saja! Aku hanya berpura-pura jadi perampok di hadapan Bandit Kultivasi tadi!" ujarnya.Rawindra sama sekali tidak menyangka kalau begitu mudahnya dewi cantik ini melepaskan dirinya."Kamu hendak kemana?" tanya Rawindra kepada Dewi Pedang Surga.Dewi Pedang Surga menatap Rawindra dengan wajah yang tidak senang, "Apa urusanmu! Aku telah menolongmu ... seharusnya kamu berterima kasih, bukannya banyak tanya kepadaku!""Aku hanya ingin membantumu kalau diperkenankan untuk mencari siapa yang bertanggung jawab terhadap kekacauan yang ditimbulkan oleh Bandit Kultivasi!""Aku tdak butuh bantuanmu! Lebih baik kamu pergi saja sekarang ke tempat tujuanmu ... semoga kamu selamat sampai tujuan!" kata Dewi Pedang Surga dengan nada yang meremehkan kemampuan Rawindra.Hanya dengaan satu kibasan tangan saja, Dewi Pedang Surg
"BERHENTI!!!" Teriakan Rawindra sama sekali tidak dihiraukan oleh pengemis cantik ini. Tubuhnya semakin melesat kencang dengan gin-kang yang cukup tinggi tingkatannya. "Hebat sekali pengemis licik ini! Tampaknya dia bukan pengemis sembarangan!" batin Rawindra. Kecepatan pengemis cantik ini membuat Rawindra agak kesulitan mengejarnya. Rawindra terus mengikuti pengemis cantik ini sampai ke hutan bambu yang serba hijau. Tanpa Pendekar Tangan Satu ini sadari kalau dia sedang memasuki markas Pengemis Tongkat Bambu yang merupakan perguruan persilatan yang sangat terkenal di Alam Dewa ini. Pengemis Tongkat Bambu bukanlah kultivator yang menjadi dewa di Alam Dewa ini. Mereka memilikikemampuan setingkat dewa yang berasal dari kultivasi tapi mereka memiliki teknik khusus dalam pencapaiannya sehingga bisa disetarakan dengan dewa-dewa di alam ini. Pengemis Tongkat Bambu sangat disegani dan ditakuti oleh Lima Dewa Sakti yang memimpin Alam Dewa. Bahkan ada rumor kalau pemim;pin Pengemis Tongka
Rawindra tetap mengejar pengemis cantik yang telah mencuri kantong uangnya sampai ke pinggiran kota Sanghyang Widi yaitu Hutan Bambu setelah melewati hadangan Pengemis Tongkat Bambu dengan ilmu kultivasi kunonya yang membuat anggota pengemis berpakaian hijau ini tidak jadi mengejarnya."Kembali kau, pengemis licik!" seru Rawindra. Pengemis cantik bertubuh ramping ini tidak menghiraukan teriakan Rawindra dan berpaling sambil mengejeknya. "Tangkap aku kalau bisa!"Wajah pengemis cantik yang tampak kotor ini semakin membuat Rawindra penasaran dan terus mengejarnya.Tiba-tiba langkah Rawindra terhenti saat melihat pria yang sudah setengah abad umurnya dengan rambut putih dan pakaiannya yang compang camping menghadang jalannya sementara pengemis cantik yang bertubuh mungil ini bersembunyi di belakangnya.Rawindra tahu dia bertemu sosok yang sakti. "Salam hormat! Aku sedang berbicara dengan siapa?" tanyanya."Ini anak muda yang hendak memaksamu melakukan hubungan intim?" tanya kakek tua ini
"Aku tahu kamu sedang mencari Dewabrata yang memimpin Kota Sanghyang Widi! Aku bisa membawamu bertemu dengannya dengan satu syarat!" seru Klaista secara tiba-tiba.Dewa Pengemis Sakti mulai kelihatan cemas dengan ucapan Kalista. "jangan membuat ulah lagi!" pesannya."Tidak, kakek guru! Justru akau akan melakukan apa yang diinginkan oleh kakek guru selama ini ... aku akan menikah!" ujar Kalista."APAAA!!!"Tanpa sadar Rawindra berteriak sekencang-kencangnya.Wajah Kalista yang tadinya ceria langsung berubah cemberut begitu melihat tidak ada reaksi yang baik dari rawindra. Malahan Pendekar Tangan Satu ini begitu terkejut dengan persyaratan darinya."Kenapa kau terkejut begitu? Apa aku terlalu jelek untukmu sehingga tidak pantas kau nikahi?" tanya Kalista dengan sinis.Rawindra buru-buru menghaturkan hormat kepada Dewa Pengemis Sakti, kemudian berkata kepada Kalista, "Aku sudah menikah dan punya istri! Malahan aku baru saja menikah di Hutan Mitos sebelum pergi ke kota Sanghyang Widi! Ja
Kalista yang sedang berbahagia tidak terlihat seperti orang yang akan memanfaatkan dirinya, tapi pengalaman masa lalu membuat Rawindra lebih berhati-hati."Kapan kita akan menemui Dewabrata?" tanya Rawindra.Kalista tersenyum sambil menggandeng tangan Pendekar Tangan Satu ini. "Kenapa? amu sedang terburu-buru?" tanyanya."Aku ingin segera menuntaskan misi menemukan Kitab Rahasia Pendekar! Oh ya, kamu harus pergi ke Hutan Mitos menemui Amara untuk menjelaskan semuanya," ujar Rawindra."Kenapa bukan kamu saja, Kanda?' tanya Kalista."Kalau mau ikut denganku, kamu harus minta izin dari Amara karena dia itu istri pertama! Jadi suka ataupun tidak suka, kamu harus menemui Amara!" tegas Rawindra."Baiklah, Kandaku yang ganteng! Tapi nanti ya, setelah kita menemukan Kitab Rahasia Pendekar!" sahut Kalista.Gadis ini tetap bersikeras untuk ikut dengan Rawindra mencari Kitab Rahasia Pendekar, tapi Rawindra tahu betapa berbahayanya misi ini karena pemilik Kitab Rahasia Pendekar akan mati-matian m