Danu dan Doddy benar-benar tercengang mendengarnya.Wira melambaikan tangannya, lalu berkata, "Kamu membantuku karena niat baik. Hari sudah larut. Makanlah di rumahku nanti.""Terima kasih, Tuan. Tapi, aku harus kembali ke kota malam ini untuk menulis strategi yang diajarkan Tuan," sahut Iqbal seraya menangkupkan tangan. Kemudian, dia pun membawa Regan pergi.Setelah meninggalkan Dusun Darmadi, Iqbal memerintah, "Regan, beri tahu seluruh kabupaten agar memperketat inspeksi untuk sementara waktu ini, terutama di sekitar Dusun Darmadi, Desa Pimola.""Baik." Regan yang terkejut membatin, 'Ternyata, Pak Iqbal sangat mencemaskan keselamatan Tuan Muda Wira.'Sementara itu, Wira yang masih berada di dalam hutan memerintah, "Danu, lepaskan dia."Tanpa mengatakan apa pun, Danu langsung menggeser pisau yang menodong leher Jamal.Jamal pun menghela napas dan segera bangkit. Kemudian, dia berlutut sembari berkata, "Terima kasih, Tuan. Aku berutang budi padamu. Aku pasti akan membujuk kedua kakakku
"Memungut tarif jalan?" Heru yang sudah mengerti langsung menggeleng sembari berkata, "Jamal, orang berpendidikan sangat licik. Kamu sudah ditipu cendekiawan itu. Teori ini cukup masuk akal, tapi nggak mungkin berhasil. Kami saja nggak percaya, apalagi bandit lainnya. Sebaiknya, kita nggak beralih profesi. Jangan percaya omong kosong cendekiawan itu atau kita akan mati kelaparan!"Jamal menggeleng, lalu menimpali, "Kak Heru, hasilnya nggak akan seperti itu. Asalkan kita berusaha, hal ini pasti bisa dijalankan. Ketika saat itu tiba, kita akan mendapat kehormatan ....""Sudahlah, Jamal." Kadir juga berpikir bahwa teori ini hanyalah omong kosong sehingga langsung menyela, "Kenapa hanya 11 orang yang pulang? Ke mana 8 bawahanmu yang lain?"Jamal menunduk sambil menjawab, "Mereka tinggal di Dusun Darmadi sekarang. Tuan Wira mengajari mereka cara berbisnis. Mereka bisa menghasilkan 500 gabak sehari, jadi nggak mau kembali ke pegunungan lagi."Begitu mendengarnya, tatapan Kadir seketika terli
Begitu kembali ke pengadilan daerah, Iqbal langsung menulis dengan lancar.[ Saya pernah mendengar seorang genius mengatakan bahwa suatu dinasti tidak akan bisa bertahan sampai 300 tahun karena .... ]Ketika mengangkat kepalanya kembali, dia tiba-tiba memicingkan matanya karena melihat cahaya matahari yang silau di luar. Dia berseru, "Sudah pagi!"Iqbal mengucek matanya yang merah, lalu pergi mencuci wajahnya. Dia bersiap-siap untuk menyalin tulisannya agar bisa diserahkan kepada Raja.Tiba-tiba, seseorang datang melapor, "Pak, Tuan Muda Harsa datang."Iqbal bergegas bangkit dan berkata, "Cepat persilakan dia masuk."Pelayan itu pun buru-buru berlari ke luar setelah mendengarnya.Harsa sedang memegang kotak makanan di tangannya. Setelah meletakkannya di meja, dia membuka kotak itu dan mengeluarkan semangkuk sup bening dengan bakso putih. Dia berkata seraya tersenyum, "Kak Iqbal, ini adalah makanan lezat yang baru-baru ini muncul di Kabupaten Uswal. Aku membelinya khusus untukmu."Iqbal
Harsa seketika bercucuran keringat dingin melihatnya. Dia bertanya, "Kak Iqbal, siapa yang membuat strategi ini?"Iqbal menyipitkan matanya seraya menjawab, "Aku pergi ke Dusun Darmadi kemarin. Ini adalah ajaran Tuan Wira.""Apa? Dia yang membuatnya?" Harsa pun memaki, "Berani sekali dia membuat rencana begini. Ini namanya bermusuhan dengan para pejabat dan menghancurkan masa depan para sarjana. Kalau sampai tersebar dan orang-orang tahu dia punya hubungan dengan Keluarga Linardi, ayahku akan terlibat dalam masalah lagi!"Iqbal mengernyit, lalu berkata, "Jangan panik. Aku akan menulis strategi ini atas namaku sendiri. Aku nggak akan menulis nama Tuan Wira, apalagi melibatkan Keluarga Linardi."Harsa menangkupkan tangan sambil memberi hormat dan membalas, "Terima kasih, Kak Iqbal.""Kalau mengesampingkan kepentingan pribadi, kira-kira bagaimana pendapatmu tentang strategi ini? Apakah bisa menyelamatkan Kerajaan Nuala dan membuat dinasti bertahan hingga 100 tahun lagi?" tanya Iqbal semba
Sementara itu, pintu rumah Wira tertutup rapat.Whoosh whoosh whoosh .... Syut syut syut ....Terdengar deru angin akibat panah yang memelesat di udara.Para anggota tim penjualan yang bertugas menjaga pintu mendengar suara ini dengan saksama. Mereka tampak penasaran dan bersemangat, bahkan ingin mengintip. Namun, tidak ada yang berani melakukannya.Hasan memegang busur silang. Semua anak panah yang ditembakkannya mengenai inti lingkaran papan target.Tim penangkap ikan, tim penjualan, tim pembelian, ketua dan wakil ketua tim pembuatan sabun, bahkan Gabrata bersaudara tercengang melihat hasil ini.Wira juga pernah mengajari mereka cara memanah. Mereka hanya perlu mengikuti tanda pada busur, lalu mengatur agar lubang bidik, bidikan depan, dan target berada pada satu garis horizontal. Setelah itu, anak panah akan mengenai sasarannya dengan tepat.Mereka mempelajarinya selama 5 hingga 6 hari. Meskipun berhasil mengenai lingkaran ke-7 atau ke-8, gerakan mereka sangatlah lambat.Yang mengua
"Kalau para perampok datang, Wira bisa langsung kabur dengan kereta kudanya, juga ada orang yang melindunginya. Setelah gagal menangkap Wira, para perampok itu pasti akan mengamuk dan membunuh kita semua!" teriak Agus dengan lantang.Orang lainnya juga turut berteriak, tetapi mereka hanya mengiakan perkataan Agus.Begitu mendengar keributan di luar, Wira langsung mengernyit.Para bandit yang datang untuk memantau pasti akan membuat penduduk desa ketakutan. Itu sebabnya, Wira berniat untuk menyelesaikannya secara diam-diam.Namun, entah siapa yang membocorkan rahasia ini sekarang.Sekelompok orang itu pun saling bertatapan dengan heran."Mungkin ini ulah Andre." Gavin berdiri dengan ekspresi bersalah, lalu menjelaskan, "Kemarin, aku berdiskusi dengan Panca di luar desa. Andre malah berjongkok di lubang samping untuk menguping. Aku baru melihatnya ketika dia pergi. Aku pikir dia anggota tim penangkap ikan, jadi seharusnya nggak ada masalah."Doddy mengernyit seraya membalas, "Kalaupun ba
Krek!Doddy meraih jari tangan yang diulurkan Agus, lalu mematahkannya dan menghardik, "Namaku Zabran, bukan bajingan. Kamu terus berbicara buruk tentang Kak Wira, aku sudah lama ingin menghajarmu. Bersikaplah lebih patuh lain kali. Kalau terulang lagi, aku akan pergi ke rumahmu dan menghajarmu. Coba saja kalau nggak percaya!""Ah! Kamu ... kamu!" teriak Agus yang kesakitan karena jari tangannya patah. Dia menatap Doddy yang bersikap tidak masuk akal tanpa bisa melontarkan kalimat yang utuh.Di sisi lain, Wira menghampiri Andre dan bertanya, "Kenapa kamu mencari Agus? Apa maksudmu?""Aku ... aku takut kamu mengabaikan kami saat para bandit itu datang. Kalau gagal, mereka pasti akan marah besar dan membunuhku!" jawab Andre sambil menunduk. Sekujur tubuhnya gemetaran tak terkendali.Wira menyipitkan matanya, lalu menimpali, "Kamu memberi tahu Agus supaya dia menahanku? Jadi, ketika para bandit datang, mereka tinggal membunuhku dan kamu akan aman?""Bu ... bukan begitu!" ucap Andre dengan
Di Gunung Harimau Hitam, Desa Tiga Harimau."Kak Kadir, Kak Heru, kenapa kalian berpikiran sempit begini? Memungut tarif jalan adalah bisnis yang sangat menguntungkan. Kenapa kalian malah nggak percaya? Cepat lepaskan aku. Aku nggak kerasukan. Tuan Wira nggak melakukan apa-apa padaku!" teriak Jamal.Di dalam sebuah rumah batu, Jamal diikat pada sebuah salib kayu. Terlihat kerak darah yang menempel pada sejujur tubuhnya.Selama 3 hari ini, dia terus disiram dengan darah anjing hitam sehingga tercium aroma yang sangat amis.Seorang bandit bertubuh tinggi yang berdiri di luar berkata, "Kita sudah menggunakan 10 ekor anjing hitam, tapi Ketua Jamal masih belum waras. Sihir yang digunakan cendekiawan di Dusun Darmadi itu benar-benar luar biasa!""Kamu benar. Apa kamu tahu berapa anggota kita yang meninggalkan gunung beberapa hari ini?" tanya bandit bertubuh pendek dengan lirih."Apa maksudmu?" sahut bandit bertubuh tinggi itu dengan terkejut.Sudah biasa jika ada bandit yang melarikan diri d