Meskipun Jamal tampak menggebu-gebu saat berada di depan bawahannya, nyatanya dia sangat berwaspada sekarang.Begitu memasuki hutan, dia langsung memungut sebuah ranting pohon dan berjalan dengan perlahan seperti orang buta.Jamal khawatir ada jebakan penjepit hewan atau lubang yang sengaja digali. Bagaimanapun, ini adalah tipu muslihat yang sering digunakan di pegunungan.Pada saat yang sama, dia terus mengamati sekelilingnya karena takut ada orang yang bersembunyi di dalam sini.Luas hutan ini hanya ratusan meter. Namun, karena terlalu berhati-hati, Jamal menghabiskan 15 menit untuk tiba di ujung hutan ini. Setelah itu, dia akhirnya melihat seorang pemuda.Pemuda berpakaian linen putih itu bertubuh tinggi dan tegap. Rambutnya diikat dengan tali rami biasa. Dia tidak mengenakan aksesori mahal sehingga mirip dengan orang miskin di pedesaan.Meskipun demikian, pemuda ini sangat tampan dan berkarisma. Dia memiliki wibawa yang berbeda dengan orang desa.Saat ini, matahari sedang terbenam.
Ekspresi Jamal terlihat seperti sedang menatap seorang idiot.Jika para bandit ingin menghasilkan banyak uang, mereka tentu harus merampok dan membunuh lebih banyak.Bagaimana mungkin tidak ada korban saat melakukan perampokan? Setiap ada yang mati, petugas pemerintahan pun akan datang untuk menangkap mereka.Selain itu, sudah syukur jika rakyat setempat tidak menjadi mata-mata pemerintah. Mereka tidak mungkin bersedia membocorkan informasi untuk para bandit.Adapun para pedagang, mereka sudah pasti akan menghindar. Mana mungkin mereka berinisiatif memberi uang atau memberi informasi.Bocah ini bahkan mengatakan tentara tidak akan mengepung mereka? Benar-benar mimpi di siang bolong! Para tentara itu tidak akan punya prestasi jika tidak menangkap penjahat seperti mereka.Itu sebabnya, Jamal yakin Wira sudah gila karena kebanyakan belajar. Jika tidak, mana mungkin dia bicara seperti itu?Wira mendengkus ringan, lalu berkata, "Nggak ada yang mustahil di dunia ini. Kamu rasa nggak bisa kar
Dengan begini, mereka tidak perlu membunuh lagi untuk mendapatkan uang. Jumlah korban pun akan berkurang.Para pedagang yang lewat juga tidak perlu menyewa terlalu banyak pengawal lagi sehingga bisa menghemat banyak uang. Kalau begitu, mereka pasti akan membayar dengan senang hati!Hebat sekali, orang berpendidikan memang cerdas. Cara ini bisa membuat para pedagang berinisiatif membayar, bahkan tidak perlu merampok dan membunuh lagi. Mereka bisa menghasilkan uang tanpa menggunakan kekerasan."Kalian tinggal mengatur tempat pemungutan nanti. Cukup beberapa preman yang berjaga di sana," ujar Wira.Kemudian, dia menambahkan, "Anggota kalian juga bisa membuka kedai atau penginapan untuk para pedagang dan pejalan kaki. Kalau kalian nggak bisa, suruh para pedagang itu yang buka juga boleh. Kalian pungut saja biaya untuk melindungi bisnis mereka. Dengan begini, penghasilan kalian akan bertambah lagi, 'kan?""Dengan pendapatan ini, apa kalian masih menginginkan pangan para rakyat? Setelah berh
"Beraninya kamu! Cepat tembak dia, jangan sampai Tuan Wira terluka!" teriak Iqbal sambil bangkit dari selokan tempat dia bersembunyi.Meskipun tidak tahu alasan Wira membiarkan Jamal memasuki desa, Iqbal tetap sangat mencemaskan keselamatannya.Setelah menyelidiki secara diam-diam, dia pun mendapati bahwa Jamal akan datang menemui Wira. Itu sebabnya, dia membawa orang bersembunyi di sini.Lantaran jarak yang jauh, Iqbal tidak bisa mendengar percakapan mereka. Namun, kini dia melihat Jamal hendak menyerang Wira.Regan pun bergegas berdiri dan hendak menembak Jamal dengan busurnya.Whoosh! Deru angin yang tajam bergema di seluruh hutan. Jamal yang ketakutan hingga berkeringat dingin hanya bisa menerjang ke depan secara naluriah.Saat berikutnya, sebuah panah berbulu melewati kepala Jamal dan hampir menembus keningnya.Ini adalah naluri yang dimilikinya setelah menjadi bandit selama 10 tahun dan sering kali terancam mati.Ketika melihat Iqbal dan Regan yang muncul mendadak, Wira pun terke
Danu dan Doddy benar-benar tercengang mendengarnya.Wira melambaikan tangannya, lalu berkata, "Kamu membantuku karena niat baik. Hari sudah larut. Makanlah di rumahku nanti.""Terima kasih, Tuan. Tapi, aku harus kembali ke kota malam ini untuk menulis strategi yang diajarkan Tuan," sahut Iqbal seraya menangkupkan tangan. Kemudian, dia pun membawa Regan pergi.Setelah meninggalkan Dusun Darmadi, Iqbal memerintah, "Regan, beri tahu seluruh kabupaten agar memperketat inspeksi untuk sementara waktu ini, terutama di sekitar Dusun Darmadi, Desa Pimola.""Baik." Regan yang terkejut membatin, 'Ternyata, Pak Iqbal sangat mencemaskan keselamatan Tuan Muda Wira.'Sementara itu, Wira yang masih berada di dalam hutan memerintah, "Danu, lepaskan dia."Tanpa mengatakan apa pun, Danu langsung menggeser pisau yang menodong leher Jamal.Jamal pun menghela napas dan segera bangkit. Kemudian, dia berlutut sembari berkata, "Terima kasih, Tuan. Aku berutang budi padamu. Aku pasti akan membujuk kedua kakakku
"Memungut tarif jalan?" Heru yang sudah mengerti langsung menggeleng sembari berkata, "Jamal, orang berpendidikan sangat licik. Kamu sudah ditipu cendekiawan itu. Teori ini cukup masuk akal, tapi nggak mungkin berhasil. Kami saja nggak percaya, apalagi bandit lainnya. Sebaiknya, kita nggak beralih profesi. Jangan percaya omong kosong cendekiawan itu atau kita akan mati kelaparan!"Jamal menggeleng, lalu menimpali, "Kak Heru, hasilnya nggak akan seperti itu. Asalkan kita berusaha, hal ini pasti bisa dijalankan. Ketika saat itu tiba, kita akan mendapat kehormatan ....""Sudahlah, Jamal." Kadir juga berpikir bahwa teori ini hanyalah omong kosong sehingga langsung menyela, "Kenapa hanya 11 orang yang pulang? Ke mana 8 bawahanmu yang lain?"Jamal menunduk sambil menjawab, "Mereka tinggal di Dusun Darmadi sekarang. Tuan Wira mengajari mereka cara berbisnis. Mereka bisa menghasilkan 500 gabak sehari, jadi nggak mau kembali ke pegunungan lagi."Begitu mendengarnya, tatapan Kadir seketika terli
Begitu kembali ke pengadilan daerah, Iqbal langsung menulis dengan lancar.[ Saya pernah mendengar seorang genius mengatakan bahwa suatu dinasti tidak akan bisa bertahan sampai 300 tahun karena .... ]Ketika mengangkat kepalanya kembali, dia tiba-tiba memicingkan matanya karena melihat cahaya matahari yang silau di luar. Dia berseru, "Sudah pagi!"Iqbal mengucek matanya yang merah, lalu pergi mencuci wajahnya. Dia bersiap-siap untuk menyalin tulisannya agar bisa diserahkan kepada Raja.Tiba-tiba, seseorang datang melapor, "Pak, Tuan Muda Harsa datang."Iqbal bergegas bangkit dan berkata, "Cepat persilakan dia masuk."Pelayan itu pun buru-buru berlari ke luar setelah mendengarnya.Harsa sedang memegang kotak makanan di tangannya. Setelah meletakkannya di meja, dia membuka kotak itu dan mengeluarkan semangkuk sup bening dengan bakso putih. Dia berkata seraya tersenyum, "Kak Iqbal, ini adalah makanan lezat yang baru-baru ini muncul di Kabupaten Uswal. Aku membelinya khusus untukmu."Iqbal
Harsa seketika bercucuran keringat dingin melihatnya. Dia bertanya, "Kak Iqbal, siapa yang membuat strategi ini?"Iqbal menyipitkan matanya seraya menjawab, "Aku pergi ke Dusun Darmadi kemarin. Ini adalah ajaran Tuan Wira.""Apa? Dia yang membuatnya?" Harsa pun memaki, "Berani sekali dia membuat rencana begini. Ini namanya bermusuhan dengan para pejabat dan menghancurkan masa depan para sarjana. Kalau sampai tersebar dan orang-orang tahu dia punya hubungan dengan Keluarga Linardi, ayahku akan terlibat dalam masalah lagi!"Iqbal mengernyit, lalu berkata, "Jangan panik. Aku akan menulis strategi ini atas namaku sendiri. Aku nggak akan menulis nama Tuan Wira, apalagi melibatkan Keluarga Linardi."Harsa menangkupkan tangan sambil memberi hormat dan membalas, "Terima kasih, Kak Iqbal.""Kalau mengesampingkan kepentingan pribadi, kira-kira bagaimana pendapatmu tentang strategi ini? Apakah bisa menyelamatkan Kerajaan Nuala dan membuat dinasti bertahan hingga 100 tahun lagi?" tanya Iqbal semba