Dengan begini, mereka tidak perlu membunuh lagi untuk mendapatkan uang. Jumlah korban pun akan berkurang.Para pedagang yang lewat juga tidak perlu menyewa terlalu banyak pengawal lagi sehingga bisa menghemat banyak uang. Kalau begitu, mereka pasti akan membayar dengan senang hati!Hebat sekali, orang berpendidikan memang cerdas. Cara ini bisa membuat para pedagang berinisiatif membayar, bahkan tidak perlu merampok dan membunuh lagi. Mereka bisa menghasilkan uang tanpa menggunakan kekerasan."Kalian tinggal mengatur tempat pemungutan nanti. Cukup beberapa preman yang berjaga di sana," ujar Wira.Kemudian, dia menambahkan, "Anggota kalian juga bisa membuka kedai atau penginapan untuk para pedagang dan pejalan kaki. Kalau kalian nggak bisa, suruh para pedagang itu yang buka juga boleh. Kalian pungut saja biaya untuk melindungi bisnis mereka. Dengan begini, penghasilan kalian akan bertambah lagi, 'kan?""Dengan pendapatan ini, apa kalian masih menginginkan pangan para rakyat? Setelah berh
"Beraninya kamu! Cepat tembak dia, jangan sampai Tuan Wira terluka!" teriak Iqbal sambil bangkit dari selokan tempat dia bersembunyi.Meskipun tidak tahu alasan Wira membiarkan Jamal memasuki desa, Iqbal tetap sangat mencemaskan keselamatannya.Setelah menyelidiki secara diam-diam, dia pun mendapati bahwa Jamal akan datang menemui Wira. Itu sebabnya, dia membawa orang bersembunyi di sini.Lantaran jarak yang jauh, Iqbal tidak bisa mendengar percakapan mereka. Namun, kini dia melihat Jamal hendak menyerang Wira.Regan pun bergegas berdiri dan hendak menembak Jamal dengan busurnya.Whoosh! Deru angin yang tajam bergema di seluruh hutan. Jamal yang ketakutan hingga berkeringat dingin hanya bisa menerjang ke depan secara naluriah.Saat berikutnya, sebuah panah berbulu melewati kepala Jamal dan hampir menembus keningnya.Ini adalah naluri yang dimilikinya setelah menjadi bandit selama 10 tahun dan sering kali terancam mati.Ketika melihat Iqbal dan Regan yang muncul mendadak, Wira pun terke
Danu dan Doddy benar-benar tercengang mendengarnya.Wira melambaikan tangannya, lalu berkata, "Kamu membantuku karena niat baik. Hari sudah larut. Makanlah di rumahku nanti.""Terima kasih, Tuan. Tapi, aku harus kembali ke kota malam ini untuk menulis strategi yang diajarkan Tuan," sahut Iqbal seraya menangkupkan tangan. Kemudian, dia pun membawa Regan pergi.Setelah meninggalkan Dusun Darmadi, Iqbal memerintah, "Regan, beri tahu seluruh kabupaten agar memperketat inspeksi untuk sementara waktu ini, terutama di sekitar Dusun Darmadi, Desa Pimola.""Baik." Regan yang terkejut membatin, 'Ternyata, Pak Iqbal sangat mencemaskan keselamatan Tuan Muda Wira.'Sementara itu, Wira yang masih berada di dalam hutan memerintah, "Danu, lepaskan dia."Tanpa mengatakan apa pun, Danu langsung menggeser pisau yang menodong leher Jamal.Jamal pun menghela napas dan segera bangkit. Kemudian, dia berlutut sembari berkata, "Terima kasih, Tuan. Aku berutang budi padamu. Aku pasti akan membujuk kedua kakakku
"Memungut tarif jalan?" Heru yang sudah mengerti langsung menggeleng sembari berkata, "Jamal, orang berpendidikan sangat licik. Kamu sudah ditipu cendekiawan itu. Teori ini cukup masuk akal, tapi nggak mungkin berhasil. Kami saja nggak percaya, apalagi bandit lainnya. Sebaiknya, kita nggak beralih profesi. Jangan percaya omong kosong cendekiawan itu atau kita akan mati kelaparan!"Jamal menggeleng, lalu menimpali, "Kak Heru, hasilnya nggak akan seperti itu. Asalkan kita berusaha, hal ini pasti bisa dijalankan. Ketika saat itu tiba, kita akan mendapat kehormatan ....""Sudahlah, Jamal." Kadir juga berpikir bahwa teori ini hanyalah omong kosong sehingga langsung menyela, "Kenapa hanya 11 orang yang pulang? Ke mana 8 bawahanmu yang lain?"Jamal menunduk sambil menjawab, "Mereka tinggal di Dusun Darmadi sekarang. Tuan Wira mengajari mereka cara berbisnis. Mereka bisa menghasilkan 500 gabak sehari, jadi nggak mau kembali ke pegunungan lagi."Begitu mendengarnya, tatapan Kadir seketika terli
Begitu kembali ke pengadilan daerah, Iqbal langsung menulis dengan lancar.[ Saya pernah mendengar seorang genius mengatakan bahwa suatu dinasti tidak akan bisa bertahan sampai 300 tahun karena .... ]Ketika mengangkat kepalanya kembali, dia tiba-tiba memicingkan matanya karena melihat cahaya matahari yang silau di luar. Dia berseru, "Sudah pagi!"Iqbal mengucek matanya yang merah, lalu pergi mencuci wajahnya. Dia bersiap-siap untuk menyalin tulisannya agar bisa diserahkan kepada Raja.Tiba-tiba, seseorang datang melapor, "Pak, Tuan Muda Harsa datang."Iqbal bergegas bangkit dan berkata, "Cepat persilakan dia masuk."Pelayan itu pun buru-buru berlari ke luar setelah mendengarnya.Harsa sedang memegang kotak makanan di tangannya. Setelah meletakkannya di meja, dia membuka kotak itu dan mengeluarkan semangkuk sup bening dengan bakso putih. Dia berkata seraya tersenyum, "Kak Iqbal, ini adalah makanan lezat yang baru-baru ini muncul di Kabupaten Uswal. Aku membelinya khusus untukmu."Iqbal
Harsa seketika bercucuran keringat dingin melihatnya. Dia bertanya, "Kak Iqbal, siapa yang membuat strategi ini?"Iqbal menyipitkan matanya seraya menjawab, "Aku pergi ke Dusun Darmadi kemarin. Ini adalah ajaran Tuan Wira.""Apa? Dia yang membuatnya?" Harsa pun memaki, "Berani sekali dia membuat rencana begini. Ini namanya bermusuhan dengan para pejabat dan menghancurkan masa depan para sarjana. Kalau sampai tersebar dan orang-orang tahu dia punya hubungan dengan Keluarga Linardi, ayahku akan terlibat dalam masalah lagi!"Iqbal mengernyit, lalu berkata, "Jangan panik. Aku akan menulis strategi ini atas namaku sendiri. Aku nggak akan menulis nama Tuan Wira, apalagi melibatkan Keluarga Linardi."Harsa menangkupkan tangan sambil memberi hormat dan membalas, "Terima kasih, Kak Iqbal.""Kalau mengesampingkan kepentingan pribadi, kira-kira bagaimana pendapatmu tentang strategi ini? Apakah bisa menyelamatkan Kerajaan Nuala dan membuat dinasti bertahan hingga 100 tahun lagi?" tanya Iqbal semba
Sementara itu, pintu rumah Wira tertutup rapat.Whoosh whoosh whoosh .... Syut syut syut ....Terdengar deru angin akibat panah yang memelesat di udara.Para anggota tim penjualan yang bertugas menjaga pintu mendengar suara ini dengan saksama. Mereka tampak penasaran dan bersemangat, bahkan ingin mengintip. Namun, tidak ada yang berani melakukannya.Hasan memegang busur silang. Semua anak panah yang ditembakkannya mengenai inti lingkaran papan target.Tim penangkap ikan, tim penjualan, tim pembelian, ketua dan wakil ketua tim pembuatan sabun, bahkan Gabrata bersaudara tercengang melihat hasil ini.Wira juga pernah mengajari mereka cara memanah. Mereka hanya perlu mengikuti tanda pada busur, lalu mengatur agar lubang bidik, bidikan depan, dan target berada pada satu garis horizontal. Setelah itu, anak panah akan mengenai sasarannya dengan tepat.Mereka mempelajarinya selama 5 hingga 6 hari. Meskipun berhasil mengenai lingkaran ke-7 atau ke-8, gerakan mereka sangatlah lambat.Yang mengua
"Kalau para perampok datang, Wira bisa langsung kabur dengan kereta kudanya, juga ada orang yang melindunginya. Setelah gagal menangkap Wira, para perampok itu pasti akan mengamuk dan membunuh kita semua!" teriak Agus dengan lantang.Orang lainnya juga turut berteriak, tetapi mereka hanya mengiakan perkataan Agus.Begitu mendengar keributan di luar, Wira langsung mengernyit.Para bandit yang datang untuk memantau pasti akan membuat penduduk desa ketakutan. Itu sebabnya, Wira berniat untuk menyelesaikannya secara diam-diam.Namun, entah siapa yang membocorkan rahasia ini sekarang.Sekelompok orang itu pun saling bertatapan dengan heran."Mungkin ini ulah Andre." Gavin berdiri dengan ekspresi bersalah, lalu menjelaskan, "Kemarin, aku berdiskusi dengan Panca di luar desa. Andre malah berjongkok di lubang samping untuk menguping. Aku baru melihatnya ketika dia pergi. Aku pikir dia anggota tim penangkap ikan, jadi seharusnya nggak ada masalah."Doddy mengernyit seraya membalas, "Kalaupun ba
Saat memikirkan hal itu, Trenggi mengernyitkan alis dan berkata, "Kalau lawan kita hanya punya 100 ribu pasukan, kita bisa melawannya. Tapi, apa kita sudah tahu posisi mereka sekarang?"Melihat Trenggi yang menunjukkan sikap mendukung, Wira memberi hormat dan perlahan-lahan berkata, "Sebelum kalian datang, aku sudah memeriksa peta. Menurutku, saat ini mereka seharusnya berada di sekitar Pulau Hulu. Aku tentu saja memperkirakan ini berdasarkan rute perjalanan mereka yang lebih cepat."Mendengar penjelasan itu, Trenggi dan yang lainnya menganggukkan kepala.Beberapa saat kemudian, Trenggi tiba-tiba teringat dengan sesuatu dan perlahan-lahan berkata, "Kalau begitu, mereka pasti akan beristirahat di Pulau Hulu baru melanjutkan pencarian. Kalau kita mengirim beberapa pasukan kavaleri ke sana sekarang, kita harusnya bisa mengganggu dan mencegat perjalanan mereka, 'kan?"Ide dari Trenggi memang bagus, tetapi Wira langsung menolaknya. Bukan karena khawatir, tetapi pasukan utara ini sudah terbi
Sepanjang perjalanan, Trenggi terus berpikir apa yang harus dilakukannya saat bertemu dengan Wira dari Provinsi Lowala. Namun, setelah bertemu Wira, dia merasa sangat terharu. Dia benar-benar tidak menyangka Wira begitu tampan dan karismatik, pantas saja banyak orang di sembilan provinsi yang merasa Wira sangat bisa diandalkan. Hari ini, dia membuktikan sendiri kabar itu memang benar.Setelah semua pasukan besar dari Kerajaan Nuala memasuki kota, Wira langsung memerintahkan bawahannya untuk menutup gerbang kota.....Di dalam kediaman wali kota, Wira menatap Trenggi dan para jenderalnya yang masuk. Latif dan Agha yang sebelumnya pergi untuk membujuk orang-orang di kota juga sudah kembali. Saat melihat Trenggi dan Hayam, semua orang basa-basi terlebih dahulu.Setelah itu, Wira menarik Latif dan berkata, "Ayo, aku perkenalkan kamu dulu. Ini adalah saudara baru kami. Kalau bukan karena dia, mungkin nyawa kami sudah tiada saat sedang bersembunyi di hutan. Untung saja dia bersedia membantu
Wira menatap Nafis dan berkata, "Tinggalkan satu mata-mata untuk memandu pasukan besar Jenderal Trenggi, yang lainnya kembali ke sini. Kirim mereka ke utara dan minta mereka untuk terus memantau gerakan di sana. Kalau mereka menemukan pasukan utara, segera laporkan ke sini.""Baik," jawab Nafis.Setelah keduanya pergi, Wira baru mencari peta. Setelah melihat bagian atas peta itu, dia berkata dengan tenang, "Sekarang kita belum tahu pasukan utara itu ada di mana. Tapi, kalau mereka bergerak dengan cepat dan menurut waktu yang diberi tahu Kunaf tadi, sekarang mereka harusnya sedang melintasi Pulau Hulu."Mengingat jenderal tangguh dari pihak musuh adalah Zaki yang merupakan tangan kanan Bimala, Wira berpikir apakah dia bisa menggunakan Zaki ini untuk mengancam Bimala agar menyerahkan Bobby. Meskipun sekarang dia belum mengetahui kabar tentang Bobby, Zaki sebagai tangan kanan Bimala ini seharusnya tahu. Jika bahkan hal ini pun tidak tahu, Zaki ini benar-benar tidak berguna.Saat sedang me
Semua orang tertegun sejenak saat mendengar perkataan Latif. Menurut mereka, sepuluh orang memang terlalu sedikit.Saat Latif hendak menjelaskan maksudnya, saat itu Wira malah berkata, "Benar, sepuluh orang memang terlalu sedikit. Lebih baik mengikuti saran Adjie, bawa 100 orang bersamamu saja. Kalau terjadi masalah, kalian juga bisa saling membantu."Latif yang merasa terharu oleh kata-kata Wira segera memberi hormat pada Wira, lalu berdiri dan berkata, "Tuan, kalian sudah salah paham, aku nggak ingin bertindak secara besar-besaran. Kalau bukan karena takut kamu akan khawatir atau nggak ada yang melaporkan padamu, aku bisa pergi ke sana sendirian.""Para prajurit ini nggak penting, yang perlu ditangani adalah wakil jenderal yang memimpin mereka. Dia adalah orang kepercayaan Kunaf. Sekarang Kunaf sudah ditangkap, mereka pasti nggak akan menyerah pada kita. Karena Kunaf ini memegang kekuasaan besar, jadi wakil jenderal ini lebih seperti boneka. Justru karena itulah, aku yakin bisa menan
Wira sendiri juga tidak menyangka Adjie adalah orang seperti ini, perasaannya terhadap Adjie menjadi lebih rumit.Mendengar perkataan itu, ekspresi Kunaf yang terikat erat langsung menjadi muram dan berteriak, "Tunggu sebentar. Aku akan beri tahu, orang yang dikirim untuk memimpin pasukan utara ini adalah asisten andalan Bimala, Zaki."Mendengar nama Zaki itu, Wira pun mengernyitkan alis karena dia benar-benar belum pernah mendengar nama itu sebelumnya.Melihat yang lainnya sangat kebingungan, Latif yang berdiri di samping langsung maju dan berkata, "Aku mengenal orang ini, dia ini tangan kanannya Bimala. Dulu dia pernah datang ke sini untuk menginspeksi kami, tapi orang ini penuh dengan gairah seksual. Soal kelemahan lainnya, aku belum pernah mendengarnya."Agha yang berdiri di samping langsung berteriak dengan keras, "Nggak perlu peduli siapa dia. Kalau dia berani datang ke sini, aku pasti akan membuatnya nggak bisa kembali."Mendengar perkataan Agha, semua orang tertawa terbahak-bah
Bukan hanya Adjie dan yang lainnya, bahkan Wira yang berdiri di depan Kunaf pun tertegun setelah mendengar perkataan itu. Dia benar-benar tidak menyangka Bimala malah mengerahkan pasukan besar hanya untuk menangkapnya, benar-benar menghargainya.Agha yang mudah emosi pun langsung menendang Kunaf dan memarahi, "Katakan dengan jelas, kali ini ada berapa banyak pasukan utara yang dikirim?"Kunaf meludah ke tanah, lalu tertawa dingin dan berkata, "Hehe. Semuanya ada 100 ribu pasukan untuk menjaga perbatasan. Begitu pasukan besar itu tiba, kalian semua nggak akan bisa kabur lagi. Kalau kalian melepasku sekarang ...."Namun, sebelum Kunaf selesai berbicara, Nafis langsung menendang tubuh Kunaf untuk memaksanya menahan kata-kata berikutnya. "Melepaskanmu? Kamu bermimpi. Sayangnya, kamu nggak akan bisa keluar dari sini hidup-hidup lagi."Tak disangka, ekspresi Kunaf malah tetap datar saat mendengar perkataan Nafis. Sebaliknya, dia malah tertawa dan berkata, "Hehe. Nggak masalah. Lagi pula, kal
Adjie menganggukkan kepalanya karena sangat setuju dengan pengaturan Agha. Jika terjadi sesuatu yang tak terduga pada saat seperti ini, semua usaha mereka sebelumnya akan sia-sia.Saat ini, di gerbang kota. Wira yang sedang memimpin sekelompok orang pun memandang ke langit di kejauhan, lalu memanggil Nafis dan bertanya dengan nada pelan, "Ada kabar dari para mata-mata?"Begitu menguasai kota, Wira langsung mengirim banyak mata-mata untuk menyambut 200 ribu pasukan dari Kerajaan Nuala.Nafis memberi hormat dan menjawab, "Belum ada kabar. Tapi, berdasarkan informasi sebelumnya dari para mata-mata, mereka harusnya sudah dekat."Wira menganggukkan kepala. Tidak boleh ada kesalahan sedikit pun pada saat seperti ini.Tepat pada saat itu, ada seorang prajurit yang berlari mendekat. Setelah melihat keduanya, dia langsung memberi hormat dan berkata, "Tuan, Kak Nafis, Kak Adjie dan yang lainnya sudah kembali. Mereka bahkan berhasil menangkap Kunaf."Mendengar laporan itu, Nafis merasa sangat sen
Mendengar Latif berkata demikian, Adjie merasa agak ragu karena saat ini situasinya sangat mendesak. Jika dia melepaskan mereka begitu saja, dia akan kesulitan.Menyadari Adjie sepertinya merasa agak kesulitan, Latif yang berdiri di depan pintu tersenyum dan berkata sambil memberi hormat, "Kalau Kak Adjie merasa agak kesulitan, kamu bisa menahan kami di halaman ini dulu. Selama nyawa kami nggak terancam, kami bisa menerima cara lainnya."Melihat Latif yang begitu pengertian, Adjie membalas hormat itu dengan tersenyum. Setelah ragu sejenak, dia berkata perlahan-lahan, "Melihat Jenderal Latif begitu sungkan, aku akan terus terang saja. Saat fajar nanti, 200 ribu pasukan dari Kerajaan Nuala akan langsung masuk ke kota.""Sekarang kami sudah menguasai gerbang kota dan kediaman wali kota juga. Begitu pasukan tiba mereka bisa langsung menerobos masuk tanpa hambatan."Kata-kata Adjie ini membuat Latif sangat bersemangat karena tidak ada satu pun dari mereka yang ingin menjadi seorang penjaga
Tanpa basa-basi, Agha langsung menampar kedua selir Kunaf. Mereka pun langsung diam, tak berani berteriak lagi.Namun, saat itu juga, Agha mencium bau pesing yang menyengat dan sontak mengumpat pelan, "Sialan!"Setelah beberapa saat, Kunaf sudah diikat erat. Adjie lalu menoleh ke arah Agha dan bertanya, "Apa kita perlu mengabari Tuan Wira? Sekarang situasi di dalam kota sudah terkendali, tinggal menunggu pasukan Kerajaan Nuala tiba."Mendengar nama Kerajaan Nuala, Kunaf yang tergeletak di lantai langsung mengeluarkan suara dari mulutnya yang disumpal dengan kain. Tubuhnya meronta-ronta.Adjie tidak berkata apa-apa dan hanya menendang tubuh Kunaf agar tetap diam. Setelah itu, dia duduk perlahan di kursi dan berkata dengan tenang, "Aku sudah mengutus orang untuk memberi tahu Wira. Tapi sebelum itu, ada sesuatu yang perlu kita lakukan.""Apa itu?""Dengan menggunakan perintah Kunaf, kita panggil semua kepala penjaga gerbang ke sini dengan alasan rapat mendadak. Begitu mereka masuk ke hala