Iqbal tidak pergi, melainkan terus menunggu. Sore harinya, dia akhirnya bertemu dengan Wira yang sudah pulang.Wira duduk di gerobak sapi yang mengangkut begitu banyak potongan kayu dan irisan bambu. Hasan dan Danu menggiring sapi di kedua sisi. Mereka berdua seperti sedang mengawal Wira."Tuan!" teriak Iqbal sambil bergegas berlari menghampiri. Penampilannya ini terlihat seperti orang yang melihat secercah harapan.Keempat petugas pengadilan termangu melihatnya. Reaksi majikan mereka ini persis dengan reaksi mereka saat bertemu dengan Iqbal.Wira melompat dari gerobak sapinya, lalu memberi hormat dan bertanya dengan heran, "Pak Indra, kenapa kamu datang ke sini?"Wah! Tuan ini benar-benar hebat. Dia membuat seorang sarjana mengejarnya dari kabupaten ke desa."Jangan memanggilku dengan begitu hormat." Iqbal berbalik, lalu menangkupkan tangannya sembari berkata, "Aku datang kemari untuk minta maaf. Nama asliku adalah Iqbal Mulyo, Indra hanya nama samaranku.""Nama samaran?" Wira mengang
Wira berpikir sejenak sebelum bertanya, "Biar kutanya dulu, berapa tahun Dinasti Wangsa bertahan?"Sejarah dunia persis dengan sejarah Atrana. Peradaban kuno adalah awal dari segalanya, orang-orang bijak abad pertengahan membuka jalan, sedangkan dinasti zaman modern menggantikannya.Raja Pertama Dinasti Wangsa menguasai 49 negara bagian, lalu mewariskannya selama 12 generasi sebelum meninggal.Iqbal sering membaca buku sejarah sehingga dia langsung menjawab, "Dinasti Wangsa bertahan hingga 17 generasi, totalnya 296 tahun."Wira mengalihkan topik dengan bertanya, "Gimana dengan Dinasti Yelma?""Dinasti Yelma diwariskan hingga 12 generasi, totalnya 234 tahun," jawab Iqbal dengan heran sambil merenungkan makna di balik pertanyaan Wira.Wira tersenyum, lalu bertanya lagi, "Gimana kalau Dinasti Cahya?"Wajah Iqbal menjadi pucat setelah menyadari sesuatu. Dia menjawab, "Dinasti Cahya diwariskan hingga 15 generasi, totalnya 270 tahun."Wira lagi-lagi bertanya, "Kalau Dinasti Malku?"Iqbal ber
"Beli kulit hewan, silakan dijual kepada kami!" teriak Jamal.Jamal yang sudah mencukur janggutnya bukan hanya tidak terlihat garang lagi. Kini, wajahnya yang bulat justru terlihat agak lucu.Dia menyamar sebagai pedagang. Meskipun terus berteriak, tatapannya yang jahat terus memindai ke sekeliling.Di belakangnya, terlihat dua bawahan yang mengangkat keranjang. Bagian atas keranjang itu ditutup dengan kulit hewan, sedangkan bagian dalamnya terdapat kapak dan pisau yang disembunyikan.Meskipun sikap Jamal sangat sembrono, dia selalu mengusahakan yang terbaik jika sudah membuat keputusan.Demi survei kali ini, Jamal telah membuat persiapan matang. Itu sebabnya, dia menyamar menjadi pedagang yang menerima kulit hewan.Cara ini bukan hanya bisa menyembunyikan identitas mereka, tetapi juga memudahkan mereka mengobrol dengan penduduk desa.Asalkan memastikan target mereka ada di rumah, mereka bisa membawa orang untuk menghabisinya malam nanti.Ketika berpikir demikian, tiba-tiba terdengar s
Botak yang kepalanya dibungkus dengan perban obat ikut bersuara, "Tuan Muda Wira benar-benar memberi kami resep rahasia bakso ikan. Dia juga membantu kami buka toko. Bisnis kami sudah jalan 3 hari dan pelanggannya makin ramai.""Hari ini, keuntungan kami mencapai 10.000 gabak. Kalau dikurangi dengan modal, total pendapatan bersih kami adalah 4.000 gabak. Setelah dibagi rata, kami berdelapan bisa mendapat 500 gabak per hari.""Selain itu, Tuan Muda Wira bahkan memberiku uang untuk mengobati infeksi jamur di kepalaku ini," lanjut Botak.Mendengar ini, orang lainnya pun ikut mengangkat kepala dengan bangga. Awalnya, mereka juga mengira Wira hanya memanfaatkan mereka untuk mengulur waktu.Namun, Wira malah mengajari mereka cara membuat bakso ikan, juga mencarikan toko di kabupaten untuk mereka.Dia juga membantu mereka berdelapan membuat surat perjanjian. Mereka sama-sama bekerja dan keuntungan pun dibagi rata.Kedai bakso ikan ini telah dibuka selama 3 hari. Setiap hari, bisnis mereka mak
Meskipun Jamal tampak menggebu-gebu saat berada di depan bawahannya, nyatanya dia sangat berwaspada sekarang.Begitu memasuki hutan, dia langsung memungut sebuah ranting pohon dan berjalan dengan perlahan seperti orang buta.Jamal khawatir ada jebakan penjepit hewan atau lubang yang sengaja digali. Bagaimanapun, ini adalah tipu muslihat yang sering digunakan di pegunungan.Pada saat yang sama, dia terus mengamati sekelilingnya karena takut ada orang yang bersembunyi di dalam sini.Luas hutan ini hanya ratusan meter. Namun, karena terlalu berhati-hati, Jamal menghabiskan 15 menit untuk tiba di ujung hutan ini. Setelah itu, dia akhirnya melihat seorang pemuda.Pemuda berpakaian linen putih itu bertubuh tinggi dan tegap. Rambutnya diikat dengan tali rami biasa. Dia tidak mengenakan aksesori mahal sehingga mirip dengan orang miskin di pedesaan.Meskipun demikian, pemuda ini sangat tampan dan berkarisma. Dia memiliki wibawa yang berbeda dengan orang desa.Saat ini, matahari sedang terbenam.
Ekspresi Jamal terlihat seperti sedang menatap seorang idiot.Jika para bandit ingin menghasilkan banyak uang, mereka tentu harus merampok dan membunuh lebih banyak.Bagaimana mungkin tidak ada korban saat melakukan perampokan? Setiap ada yang mati, petugas pemerintahan pun akan datang untuk menangkap mereka.Selain itu, sudah syukur jika rakyat setempat tidak menjadi mata-mata pemerintah. Mereka tidak mungkin bersedia membocorkan informasi untuk para bandit.Adapun para pedagang, mereka sudah pasti akan menghindar. Mana mungkin mereka berinisiatif memberi uang atau memberi informasi.Bocah ini bahkan mengatakan tentara tidak akan mengepung mereka? Benar-benar mimpi di siang bolong! Para tentara itu tidak akan punya prestasi jika tidak menangkap penjahat seperti mereka.Itu sebabnya, Jamal yakin Wira sudah gila karena kebanyakan belajar. Jika tidak, mana mungkin dia bicara seperti itu?Wira mendengkus ringan, lalu berkata, "Nggak ada yang mustahil di dunia ini. Kamu rasa nggak bisa kar
Dengan begini, mereka tidak perlu membunuh lagi untuk mendapatkan uang. Jumlah korban pun akan berkurang.Para pedagang yang lewat juga tidak perlu menyewa terlalu banyak pengawal lagi sehingga bisa menghemat banyak uang. Kalau begitu, mereka pasti akan membayar dengan senang hati!Hebat sekali, orang berpendidikan memang cerdas. Cara ini bisa membuat para pedagang berinisiatif membayar, bahkan tidak perlu merampok dan membunuh lagi. Mereka bisa menghasilkan uang tanpa menggunakan kekerasan."Kalian tinggal mengatur tempat pemungutan nanti. Cukup beberapa preman yang berjaga di sana," ujar Wira.Kemudian, dia menambahkan, "Anggota kalian juga bisa membuka kedai atau penginapan untuk para pedagang dan pejalan kaki. Kalau kalian nggak bisa, suruh para pedagang itu yang buka juga boleh. Kalian pungut saja biaya untuk melindungi bisnis mereka. Dengan begini, penghasilan kalian akan bertambah lagi, 'kan?""Dengan pendapatan ini, apa kalian masih menginginkan pangan para rakyat? Setelah berh
"Beraninya kamu! Cepat tembak dia, jangan sampai Tuan Wira terluka!" teriak Iqbal sambil bangkit dari selokan tempat dia bersembunyi.Meskipun tidak tahu alasan Wira membiarkan Jamal memasuki desa, Iqbal tetap sangat mencemaskan keselamatannya.Setelah menyelidiki secara diam-diam, dia pun mendapati bahwa Jamal akan datang menemui Wira. Itu sebabnya, dia membawa orang bersembunyi di sini.Lantaran jarak yang jauh, Iqbal tidak bisa mendengar percakapan mereka. Namun, kini dia melihat Jamal hendak menyerang Wira.Regan pun bergegas berdiri dan hendak menembak Jamal dengan busurnya.Whoosh! Deru angin yang tajam bergema di seluruh hutan. Jamal yang ketakutan hingga berkeringat dingin hanya bisa menerjang ke depan secara naluriah.Saat berikutnya, sebuah panah berbulu melewati kepala Jamal dan hampir menembus keningnya.Ini adalah naluri yang dimilikinya setelah menjadi bandit selama 10 tahun dan sering kali terancam mati.Ketika melihat Iqbal dan Regan yang muncul mendadak, Wira pun terke
"Terima kasih, Nona Wendi. Kamu ini memang sangat hebat. Kalau obat penyembuh luka ini dijual, pasti akan ada banyak orang dari wilayah barat sampai ke Provinsi Yonggu yang ingin membelinya," kata Dwija dengan segera.Sebelum bergabung dengan Gedung Nomor Satu, Dwija selalu berkelana di dunia persilatan dan sudah melihat banyak obat yang luar biasa. Namun, ini pertama kalinya dia merasakan obat yang memiliki efek yang begitu luar biasa. Sungguh luar biasa!Namun, Wendi tidak mengatakan apa-apa. Dia hanya mengiakan perkataan Dwija dengan tenang dan terus mengamati Agha yang sedang bertarung.Saat Wira dan yang lainnya sedang berbicara, Agha tetap terus bertarung dengan Saka. Mereka saling menyerang dan bertahan dengan sengit. Untungnya, dia juga bukan orang biasa, kekuatannya tentu saja tidak boleh diremehkan. Meskipun senjatanya tidak begitu cocok, dia tetap melawan musuhnya dengan luar biasa.Sebaliknya, Saka memang masih bisa menahan serangan Agha, tetapi dia tahu jelas kekuatannya m
"Kita tetap harus membuat mereka tunduk dulu. Lagi pula, aku juga sudah lama nggak berduel dengan orang lain. Hari ini adalah kesempatan yang baik untuk meregangkan otot-ototku," jawab Saka sambil tersenyum sinis dan langsung berada di hadapan Agha.Tak lama kemudian, dia menarik pedangnya dan langsung menyerang kepala Agha. Jika terkena serangan itu, Agha pasti akan mati atau terluka parah.Agha segera mengangkat kedua paling ke atas kepala dan bersiap menahan serangan Saka.Terdengar suara yang nyaring saat kedua senjata berbenturan dan keduanya juga langsung mundur dua langkah."Jenderal Saka ini memang hebat, bahkan Agha pun terpaksa mundur beberapa langkah. Sepertinya, gelar orang terkuat di wilayah barat ini memang bukan omong kosong. Kalau dia nggak kuat, mungkin sekarang tubuhnya sudah hancur berkeping-keping," kata Wira dengan tenang.Wira tadi terus mengamati pertarungan kedua pria itu, sehingga dia tahu Agha tidak menahan dirinya dan langsung mengeluarkan serangan mematikan.
Jika terkena serangan itu, Dwija pasti akan langsung mati. Namun, karena pertarungan sebelumnya, lengannya sudah tidak bisa diangkat lagi dan kecepatannya juga berkurang banyak. Selain itu, pedangnya juga terlempar agak jauh, mustahil baginya untuk menahan serangan ini.Saat pedangnya hampir mengenai tenggorokan Dwija, Saka malah menghentikan langkahnya. Dia menatap Wira dengan dingin dan berkata dengan tenang, "Kemampuan anak buahmu ternyata hanya begitu. Awalnya aku pikir dia sangat hebat. Ternyata sudah menyergap pun, dia tetap nggak bisa melukaiku.""Sepertinya, kalian hanya bisa menindas orang seperti kakakku saja. Kalau melawan kami, hasil akhirnya kalian juga tetap sama."Melihat ekspresi Saka yang meremehkan, Wira sangat ingin mengeluarkan pistolnya dan langsung menembak Saka. Saka sudah bersekongkol dengan orang seperti Yasa, berarti Saka ini juga bukan orang baik dan tentu saja tidak boleh dibiarkan hidup lebih lama. Namun, jika dia membunuh Saka, mereka akan kehilangan pelin
"Bagus sekali. Sepertinya kamu cukup hebat. Kalau begitu, biar aku lihat seberapa hebat kemampuanmu," kata Saka yang tertawa, bukannya marah. Dia menghunus pedangnya dan segera bertarung dengan Dwija."Aku juga ingin melihat seberapa hebat kemampuan kalian," kata Dwija.Para prajurit tetap mengelilingi Wira dan kelompoknya, sama sekali tidak memedulikan Dwija. Bahkan para wakil jenderal yang berdiri di belakang Dwija juga tidak bergerak. Terdengar beberapa komentar dari kerumunan itu."Anak ini ternyata ingin menantang Jenderal. Kalau tahu begitu, kita nggak perlu repot-repot menggunakan begitu banyak trik.""Jenderal tentu saja akan memberinya kesempatan itu.""Kekuatan Jenderal nggak tertandingi. Bahkan di seluruh wilayah barat ini, nggak ada yang bisa menandinginya.""Orang ini benar-benar nggak tahu diri. Cari masalah sendiri.""Mereka sudah menyakiti kakaknya, mana mungkin Jenderal akan melepaskan mereka begitu saja. Sekarang kebetulan dia bisa memberi mereka pelajaran."Namun, Wi
Sejak Wira membawa mereka ke wilayah barat, Agha dan Dwija sudah tahu perjalanan ini akan sangat berbahaya. Jika tidak memiliki tekad yang kuat, mereka tidak mungkin mengikuti Wira sampai sejauh ini. Begitu juga dengan Wendi."Kamu memang berani dan cerdik, hampir saja berhasil menipuku. Tapi, apa benar kita nggak punya dendam? Kamu mungkin nggak mengenalku, tapi aku kenal kamu. Kamu nggak mungkin sudah melupakan Tuan Yasa yang baru saja mati di tanganmu secepat ini, 'kan? Kelihatannya kamu masih muda, harusnya ingatanmu nggak seburuk itu," kata Saka sambil perlahan-lahan mendekati Wira.Sementara itu, wakil jenderal itu juga sudah kembali berdiri di belakang Saka.Wira akhirnya mengerti apa yang sudah terjadi, ternyata semua ini karena dia sudah menyinggung Yasa. Sebelumnya, dia masih tidak mengerti mengapa Yasa yang begitu tidak berlogika itu bisa berkuasa di tempat itu begitu lama. Apakah tidak ada orang di Provinsi Tengah yang sanggup melawan Yasa? Mengapa pejabat di sana juga tida
"Api unggun ini masih hangat, berarti mereka masih belum pergi terlalu lama. Kita juga datang dengan menunggang kuda, mereka mungkin sudah menyadari kedatangan kita. Tapi, meskipun mereka hebat, mereka juga nggak mungkin bisa berlari secepat itu. Mana mungkin nggak ada jejak mereka di sekitar sini," kata pria itu.Pria itu terus berjalan mondar-mandir dan sesekali mengetuk kepalanya sendiri, entah apa yang sedang dipikirkannya.Semua orang berdiri dengan rapi di belakang pria itu. Kelihatan jelas, mereka sudah dilatih secara profesional dan pasti adalah pasukan elite di wilayah barat. Namun, alasan mereka tiba-tiba datang ke sini masih menjadi misteri dan ini juga yang masih dipikirkan Wira.Namun, Wira merasa sekarang bukan saatnya untuk memikirkan hal ini. Prioritas mereka sekarang adalah mencari cara untuk melarikan diri dari sana secepat mungkin. Ini adalah keputusan terbaik."Jenderal, kami menemukan beberapa mayat di sini dan pakaian mereka sudah dilepas. Sepertinya mereka adalah
Sementara itu, Dwija yang berdiri di samping menyilangkan tangannya dan berkata, "Masih perlu dipikirkan lagi? Ini pasti ulah guru agung di samping Senia itu. Sekarang kita sudah datang ke wilayah barat ini, ini adalah wilayah kekuasaannya. Setelah tiba di sini, kita tentu saja selalu berada di bawah kendalinya. Kalau benar-benar dia yang bersembunyi di balik ini, situasi kita benar-benar buruk."Wira tidak mengatakan apa-apa, tetapi apa yang dikatakan Dwija memang benar. Jika keadaannya memang demikian, situasi mereka benar-benar buruk. Setiap langkah mereka selanjutnya akan penuh dengan hambatan dan berada di bawah kendali Panji.Agha tiba-tiba berkata, "Kak Wira, sekarang bukan saatnya untuk memikirkan hal itu. Bukankah kita sebaiknya memikirkan cara untuk keluar dari situasi ini? Orang-orang ini dilengkapi dengan senjata dan mengenakan zirah juga. Kalau kita melawan mereka, takutnya ...."Meskipun biasanya Agha adalah pria tangguh yang suka langsung berkelahi dengan orang lain, buk
"Kak Wira, sepertinya ada orang yang datang," kata Agha yang berdiri terlebih dahulu dan menatap ke kejauhan."Kenapa tiba-tiba ada begitu banyak orang yang datang ke tempat terpencil seperti ini? Dilihat dari cara mereka, sepertinya mereka mau berkelahi. Jangan-jangan di wilayah barat ini juga sering terjadi perang?" kata Wira dengan ekspresi serius, lalu segera bangkit dan menatap orang-orang yang terus mendekat itu.Sulit untuk melihat dengan jelas berapa banyak orang yang datang karena jaraknya masih cukup jauh. Namun, didengar dari suara langkah kuda, bisa ditebak jumlah orang yang datang pasti banyak.Melihat semua itu, ekspresi Wira langsung berubah dan secara refleks mundur beberapa langkah. Dia melihat orang-orang di sampingnya dan segera berkata, "Sekarang kita masih nggak tahu maksud kedatangan mereka, sebaiknya kita sembunyi dulu. Mungkin saja mereka bukan datang untuk mencari kita."Semua orang langsung menganggukkan kepala. Menghadapi kerumunan seperti itu, mereka tentu s
Menjelang fajar, Wira dan yang lainnya baru berhenti untuk beristirahat. Mereka membuat api unggun dan memanggang hasil buruan."Kak Wira, orang-orang ini benar-benar misterius. Mereka sampai tinggal di tempat terpencil seperti ini. Apa mereka sama sekali nggak berhubungan dengan orang luar? Bagaimana mereka memenuhi kebutuhan sehari-hari?" tanya Agha sambil menikmati daging buruannya.Setahu Agha, orang yang biasanya memiliki kemampuan luar biasa tidak akan memilih tinggal di tempat seperti ini, orang itu pasti akan menunjukkan kehebatannya. Bukan hanya untuk membuktikan kemampuannya, tetapi untuk meningkatkan kualitas hidupnya juga.Agha tidak mengerti mengapa orang-orang dari Lembah Duka ini memilih untuk tinggal di sini. Dengan kemampuan mereka, mereka bisa berkuasa ke mana pun mereka pergi.Wira malah tersenyum dan berkata, "Orang yang benar-benar bijak biasanya memilih untuk tinggal di tempat terpencil seperti ini dan menenangkan diri. Reputasi dan kekayaan sudah nggak berarti ba