Mendengar ada yang ingin membunuh penyelamatnya dan merebut Nyonya, Gavin menahan amarah dalam hati dan berkata, "Kalian masuk ke Desa Tiga Harimau ya, aku dengar perampok di sana selalu makan enak dan ada wanita cantik!"Bara menggeleng dan berkata, "Kak Gavin, yang kamu bilang itu pejabat, bukan perampok gunung!"Panca berkata dengan mata berkaca-kaca, "Dulu, kami juga mengira bisa hidup senang dengan merampok siapa saja setelah menjadi perampok gunung. Siapa tahu ... haeh!"Gavin terkejut, lalu bertanya, "Memangnya bukan begitu?"Dulu, ada juga orang mengajaknya bergabung dengan mengatakan bahwa menjadi perampok gunung bisa makan enak dan hidup senang.Saat itu, dia hampir tergoda. Jika bukan karena masih ada ibu dan istri, dia sudah mengikuti mereka ke gunung."Berhubung takut akan dikejar dan dihabisi oleh pemerintah, kami tinggal di pedalaman hutan sehingga sulit untuk mendapatkan makanan. Di gunung, ada banyak orang yang harus diberi makan. Kami membawa persediaan makanan, tetap
Gavin tidak menjelaskan lebih lanjut dan membawa kedua orang tersebut ke rumah Wira. Tim penjual ikan telah kembali dari kabupaten dan mereka sedang berjongkok di depan pintu untuk beristirahat dan menunggu makan malam.Tiga tim yang beranggotakan 30 orang, semuanya berkumpul untuk berbincang dan bercerita tentang kejadian di kabupaten dan pasar ikan. Wajah mereka berseri-seri penuh dengan kebahagiaan.Bara dan Panca terkejut. Mereka merasa seolah-olah orang-orang ini benar-benar bahagia. Namun, apa yang bisa membuat petani di pedesaan bahagia?Tiba-tiba, Gavin berkata, "Mereka adalah tim penjual ikan. Mereka mendapat gaji 2.000 gabak per bulan, sehari diberikan 2 kali jatah makan daging sebanyak 250 gram. Mereka diberi kereta saat pergi ke kabupaten, bekerja dua hari dan istirahat satu hari. Bahkan, ada orang yang mengajari mereka seni bela diri."Bara mengerutkan kening, "Kak Gavin, perkataanmu semakin lama semakin tidak masuk akal. Mana ada bos yang memberikan kereta kepada pekerja
Duk! Duk!Kedua orang itu menatap Gavin dengan ketakutan.Setelah makan selama satu jam dan mendengarkan orang di samping mereka berbincang,mereka baru tahu bahwa tempat ini adalah rumah pelajar kaya itu. Di sini adalah tempat tujuan mereka untuk mencari informasi.Kini, Gavin malah mengatakan bahwa tempat ini adalah rumah bosnya. Hal ini membuat kedua orang itu tercengang!Bara bersiap-siap untuk melarikan diri. "Gavin, hubungan kita ini bahkan sudah menjalani hidup dan mati bersama, kamu tidak boleh memperlakukan kami seperti ini. Kamu memberi kami makan sampai kenyang dan sekarang ingin menangkap kami, ini tidak adil!"Panca merogoh pisau lipat di pinggangnya dan mengancam, "Kak Gavin, biarkan kami pergi. Kamu sudah lupa dengan janji kita untuk saling berbagi dalam kesenangan dan kesusahan? Kamu bukan orang yang tidak jujur, bukan?""Kalau aku mau menangkap kalian, pasti sudah kulakukan sejak tadi. Lagi pula, apa kalian sanggup melawanku? Aku ingin mengatakan hal yang tulus karena m
Tatapan Bara dan Panca sontak berbinar. Orang di hadapannya ini adalah sarjana tingkat rendah, kelak orang ini mungkin saja akan menjadi pejabat.Pemuda ini sangat kaya hingga bisa memberi makan daging kepada ratusan orang dan bahkan mengalahkan kepala desa dan polisi! Namun, orang yang begitu kaya dan berkuasa ini malah bersikap begitu ramah terhadap mereka.Perlu diketahui, selama ini tidak ada satu pun bos besar ataupun tuan tanah yang pernah memperlakukan mereka dengan baik!Bahkan di Desa Tiga Harimau sekalipun, ketiga pemimpin mereka juga tidak pernah menganggap mereka sama sekali. Padahal status mereka sama-sama adalah perampok, tetapi mereka malah meremehkan Panca dan Bara yang dulunya hanya pencuri kecil.Namun, Tuan Wira ini berbeda. Dia bukan hanya tidak merendahkan mereka, pria ini bahkan menyebut mereka sebagai teman dan berinisiatif menyapa mereka.Kedua orang itu merasa seolah-olah telah bertemu dengan sahabat mereka."Tuan, mereka adalah teman lamaku. Sekarang sudah tin
"Ah, di sini tempatnya!"Mendengar permintaan Wira, Panca dan Bara merasa hal ini terlalu mudah! Setelah itu, Gavin membawa kedua orang itu untuk beristirahat.Wira berpikir sejenak, lalu memberi instruksi, "Wulan, siapkan pena untukku!"Di dalam kamar, Wulan yang baru saja mendengarkan pembicaraan itu tidak bisa menahan diri dan berkata, "Sayang, apa kamu benar-benar tidak mau pergi ke kabupaten? Perampok di Desa Tiga Harimau bukanlah pencuri biasa!"Reputasi Desa Tiga Harimau telah terkenal dengan keburukannya, bahkan para tokoh besar di kabupaten juga tidak berani mengganggu mereka!"Tidak, aku harus tetap di sini! Tapi kamu harus pergi ke kabupaten, besok aku akan mengatur seseorang untuk mengantarmu!" Wira menggelengkan kepalanya.Fondasi tim mereka baru saja terbentuk. Jika Wira pergi saat ini, semangat para anak buahnya akan memerosot begitu berhadapan dengan perampok gunung.Ketika saatnya tiba, uang seberapa banyak pun tidak akan cukup untuk membangun kembali semangat mereka.
"Ini benar-benar akta rumah kabupaten?" tanya Botak dan Sipit dengan tercengang.Meskipun tidak mengenal tulisan, mereka berdua pernah melihat akta rumah. Bagaimanapun, setiap keluarga memiliki akta rumah seperti ini."Panca, apa yang kamu pamerkan? Bukannya sudah kubilang jangan beri tahu siapa pun?" tegur Bara dengan murung. Dia tampak kesal karena temannya membocorkan rahasia."Oh!" Panca buru-buru menyimpan akta rumah itu, lalu berkata, "Akta ini palsu, aku dapat dari jalanan. Kami masih miskin, tadi itu cuma bercanda. Lanjutkan kerjaan kalian, kami pamit dulu."Keduanya pun langsung pergi tanpa mengatakan apa pun lagi."Panca, Bara, kita berasal dari kampung yang sama dan hidup saling bergantungan. Kalau ada rezeki, berbagilah dengan kami. Lagi pula, kita ini pernah merampok bersama." Botak dan Sipit merasa ada yang ditutupi kedua orang ini. Jadi, mereka berlari untuk menyusul keduanya.Bekerja apanya? Uang yang bisa mereka dapatkan dari pekerjaan ini tidak banyak!"Baiklah. Karen
"Tempat ini Dusun Darmadi?""Benar, Pak.""Setelah masuk ke dusun, jangan panggil aku seperti itu, panggil saja tuan.""Baik, Tuan.""Setelah bertemu dengan tuan itu, ingat untuk bersikap hormat padanya.""Baik, Tuan."Sebuah kereta kuda memasuki Dusun Darmadi. Setelah Regan menyibakkan tirai kereta, Iqbal pun berjalan turun.Keempat petugas pengadilan menyamar menjadi pelayan. Pisau dan busur silang pun disembunyikan di dalam kereta kuda.Selagi Danur pergi melapor, Iqbal berhasil menjatuhkan Eko dan Rangga, juga menghancurkan prestise Radit. Dia memanfaatkan situasi ini untuk menyerang, hingga akhirnya menguasai sebagian besar pengadilan daerah.Kemudian, Iqbal juga dengan susah payah menuliskan catatan tentang perobohan tembok pasar dan hiburan malam. Selesai melakukan semua itu, dia baru punya waktu untuk datang ke tempat yang sudah lama dipikirkannya, yaitu Dusun Darmadi.Pada hari pelaporan, Iqbal sudah mendengar tentang masalah di pasar ikan dari Regan.Beberapa patah kata yang
Plak!Hani tiba-tiba berlari menghampiri. Dia menggendong Taro dan memukul pantatnya. Kemudian, dia berkata sambil memperlihatkan senyuman waspada dan minta maaf, "Tuan, anak ini hanya bicara sembarangan. Tolong jangan marah padanya.""Nggak masalah, anak kecil memang seperti itu." Iqbal tersenyum sambil melambaikan tangannya, lalu mengalihkan topik pembicaraan dengan bertanya, "Aku penasaran, kenapa penduduk di Dusun Darmadi lebih putih dari penduduk di desa lain?""Aku kira Tuan ingin bertanya hal penting." Hani yang tampak waspada seketika menghela napas lega. Dia menjawab, "Kak Wira membagikan sabun kepada kami. Dia bilang kami harus menjaga kebersihan karena kuman ada di mana-mana. Kulit kami pun menjadi bersih setelah sering mandi dengan sabun itu, padahal dulunya kami juga hitam."Iqbal bertanya dengan tidak percaya, "Maksudmu, sabun itu buatan Tuan Wira sendiri?"Belakangan ini, Toko Kelontong Keluarga Wibowo menjual sejenis sabun yang bisa mencuci tangan dan wajah hingga sanga