"Ini benar-benar akta rumah kabupaten?" tanya Botak dan Sipit dengan tercengang.Meskipun tidak mengenal tulisan, mereka berdua pernah melihat akta rumah. Bagaimanapun, setiap keluarga memiliki akta rumah seperti ini."Panca, apa yang kamu pamerkan? Bukannya sudah kubilang jangan beri tahu siapa pun?" tegur Bara dengan murung. Dia tampak kesal karena temannya membocorkan rahasia."Oh!" Panca buru-buru menyimpan akta rumah itu, lalu berkata, "Akta ini palsu, aku dapat dari jalanan. Kami masih miskin, tadi itu cuma bercanda. Lanjutkan kerjaan kalian, kami pamit dulu."Keduanya pun langsung pergi tanpa mengatakan apa pun lagi."Panca, Bara, kita berasal dari kampung yang sama dan hidup saling bergantungan. Kalau ada rezeki, berbagilah dengan kami. Lagi pula, kita ini pernah merampok bersama." Botak dan Sipit merasa ada yang ditutupi kedua orang ini. Jadi, mereka berlari untuk menyusul keduanya.Bekerja apanya? Uang yang bisa mereka dapatkan dari pekerjaan ini tidak banyak!"Baiklah. Karen
"Tempat ini Dusun Darmadi?""Benar, Pak.""Setelah masuk ke dusun, jangan panggil aku seperti itu, panggil saja tuan.""Baik, Tuan.""Setelah bertemu dengan tuan itu, ingat untuk bersikap hormat padanya.""Baik, Tuan."Sebuah kereta kuda memasuki Dusun Darmadi. Setelah Regan menyibakkan tirai kereta, Iqbal pun berjalan turun.Keempat petugas pengadilan menyamar menjadi pelayan. Pisau dan busur silang pun disembunyikan di dalam kereta kuda.Selagi Danur pergi melapor, Iqbal berhasil menjatuhkan Eko dan Rangga, juga menghancurkan prestise Radit. Dia memanfaatkan situasi ini untuk menyerang, hingga akhirnya menguasai sebagian besar pengadilan daerah.Kemudian, Iqbal juga dengan susah payah menuliskan catatan tentang perobohan tembok pasar dan hiburan malam. Selesai melakukan semua itu, dia baru punya waktu untuk datang ke tempat yang sudah lama dipikirkannya, yaitu Dusun Darmadi.Pada hari pelaporan, Iqbal sudah mendengar tentang masalah di pasar ikan dari Regan.Beberapa patah kata yang
Plak!Hani tiba-tiba berlari menghampiri. Dia menggendong Taro dan memukul pantatnya. Kemudian, dia berkata sambil memperlihatkan senyuman waspada dan minta maaf, "Tuan, anak ini hanya bicara sembarangan. Tolong jangan marah padanya.""Nggak masalah, anak kecil memang seperti itu." Iqbal tersenyum sambil melambaikan tangannya, lalu mengalihkan topik pembicaraan dengan bertanya, "Aku penasaran, kenapa penduduk di Dusun Darmadi lebih putih dari penduduk di desa lain?""Aku kira Tuan ingin bertanya hal penting." Hani yang tampak waspada seketika menghela napas lega. Dia menjawab, "Kak Wira membagikan sabun kepada kami. Dia bilang kami harus menjaga kebersihan karena kuman ada di mana-mana. Kulit kami pun menjadi bersih setelah sering mandi dengan sabun itu, padahal dulunya kami juga hitam."Iqbal bertanya dengan tidak percaya, "Maksudmu, sabun itu buatan Tuan Wira sendiri?"Belakangan ini, Toko Kelontong Keluarga Wibowo menjual sejenis sabun yang bisa mencuci tangan dan wajah hingga sanga
Iqbal tidak pergi, melainkan terus menunggu. Sore harinya, dia akhirnya bertemu dengan Wira yang sudah pulang.Wira duduk di gerobak sapi yang mengangkut begitu banyak potongan kayu dan irisan bambu. Hasan dan Danu menggiring sapi di kedua sisi. Mereka berdua seperti sedang mengawal Wira."Tuan!" teriak Iqbal sambil bergegas berlari menghampiri. Penampilannya ini terlihat seperti orang yang melihat secercah harapan.Keempat petugas pengadilan termangu melihatnya. Reaksi majikan mereka ini persis dengan reaksi mereka saat bertemu dengan Iqbal.Wira melompat dari gerobak sapinya, lalu memberi hormat dan bertanya dengan heran, "Pak Indra, kenapa kamu datang ke sini?"Wah! Tuan ini benar-benar hebat. Dia membuat seorang sarjana mengejarnya dari kabupaten ke desa."Jangan memanggilku dengan begitu hormat." Iqbal berbalik, lalu menangkupkan tangannya sembari berkata, "Aku datang kemari untuk minta maaf. Nama asliku adalah Iqbal Mulyo, Indra hanya nama samaranku.""Nama samaran?" Wira mengang
Wira berpikir sejenak sebelum bertanya, "Biar kutanya dulu, berapa tahun Dinasti Wangsa bertahan?"Sejarah dunia persis dengan sejarah Atrana. Peradaban kuno adalah awal dari segalanya, orang-orang bijak abad pertengahan membuka jalan, sedangkan dinasti zaman modern menggantikannya.Raja Pertama Dinasti Wangsa menguasai 49 negara bagian, lalu mewariskannya selama 12 generasi sebelum meninggal.Iqbal sering membaca buku sejarah sehingga dia langsung menjawab, "Dinasti Wangsa bertahan hingga 17 generasi, totalnya 296 tahun."Wira mengalihkan topik dengan bertanya, "Gimana dengan Dinasti Yelma?""Dinasti Yelma diwariskan hingga 12 generasi, totalnya 234 tahun," jawab Iqbal dengan heran sambil merenungkan makna di balik pertanyaan Wira.Wira tersenyum, lalu bertanya lagi, "Gimana kalau Dinasti Cahya?"Wajah Iqbal menjadi pucat setelah menyadari sesuatu. Dia menjawab, "Dinasti Cahya diwariskan hingga 15 generasi, totalnya 270 tahun."Wira lagi-lagi bertanya, "Kalau Dinasti Malku?"Iqbal ber
"Beli kulit hewan, silakan dijual kepada kami!" teriak Jamal.Jamal yang sudah mencukur janggutnya bukan hanya tidak terlihat garang lagi. Kini, wajahnya yang bulat justru terlihat agak lucu.Dia menyamar sebagai pedagang. Meskipun terus berteriak, tatapannya yang jahat terus memindai ke sekeliling.Di belakangnya, terlihat dua bawahan yang mengangkat keranjang. Bagian atas keranjang itu ditutup dengan kulit hewan, sedangkan bagian dalamnya terdapat kapak dan pisau yang disembunyikan.Meskipun sikap Jamal sangat sembrono, dia selalu mengusahakan yang terbaik jika sudah membuat keputusan.Demi survei kali ini, Jamal telah membuat persiapan matang. Itu sebabnya, dia menyamar menjadi pedagang yang menerima kulit hewan.Cara ini bukan hanya bisa menyembunyikan identitas mereka, tetapi juga memudahkan mereka mengobrol dengan penduduk desa.Asalkan memastikan target mereka ada di rumah, mereka bisa membawa orang untuk menghabisinya malam nanti.Ketika berpikir demikian, tiba-tiba terdengar s
Botak yang kepalanya dibungkus dengan perban obat ikut bersuara, "Tuan Muda Wira benar-benar memberi kami resep rahasia bakso ikan. Dia juga membantu kami buka toko. Bisnis kami sudah jalan 3 hari dan pelanggannya makin ramai.""Hari ini, keuntungan kami mencapai 10.000 gabak. Kalau dikurangi dengan modal, total pendapatan bersih kami adalah 4.000 gabak. Setelah dibagi rata, kami berdelapan bisa mendapat 500 gabak per hari.""Selain itu, Tuan Muda Wira bahkan memberiku uang untuk mengobati infeksi jamur di kepalaku ini," lanjut Botak.Mendengar ini, orang lainnya pun ikut mengangkat kepala dengan bangga. Awalnya, mereka juga mengira Wira hanya memanfaatkan mereka untuk mengulur waktu.Namun, Wira malah mengajari mereka cara membuat bakso ikan, juga mencarikan toko di kabupaten untuk mereka.Dia juga membantu mereka berdelapan membuat surat perjanjian. Mereka sama-sama bekerja dan keuntungan pun dibagi rata.Kedai bakso ikan ini telah dibuka selama 3 hari. Setiap hari, bisnis mereka mak
Meskipun Jamal tampak menggebu-gebu saat berada di depan bawahannya, nyatanya dia sangat berwaspada sekarang.Begitu memasuki hutan, dia langsung memungut sebuah ranting pohon dan berjalan dengan perlahan seperti orang buta.Jamal khawatir ada jebakan penjepit hewan atau lubang yang sengaja digali. Bagaimanapun, ini adalah tipu muslihat yang sering digunakan di pegunungan.Pada saat yang sama, dia terus mengamati sekelilingnya karena takut ada orang yang bersembunyi di dalam sini.Luas hutan ini hanya ratusan meter. Namun, karena terlalu berhati-hati, Jamal menghabiskan 15 menit untuk tiba di ujung hutan ini. Setelah itu, dia akhirnya melihat seorang pemuda.Pemuda berpakaian linen putih itu bertubuh tinggi dan tegap. Rambutnya diikat dengan tali rami biasa. Dia tidak mengenakan aksesori mahal sehingga mirip dengan orang miskin di pedesaan.Meskipun demikian, pemuda ini sangat tampan dan berkarisma. Dia memiliki wibawa yang berbeda dengan orang desa.Saat ini, matahari sedang terbenam.