Saat ini, Danu dan lainnya sudah tiba di Toko Uang Tyaga. Meskipun sudah malam, masih ada banyak orang yang menukarkan uang di sini. Sementara itu, Pramana, Fabrian, dan lainnya masuk satu per satu menuju ke gerai yang berbeda. Mereka mengeluarkan uang kertas untuk mulai menukar. "Tuan, mohon tunggu sebentar." Para pejabat kecil ini mengira toko uang akan sepi saat malam hari. Tidak disangka, ternyata begitu banyak orang yang datang!"Cepat, cepat. Aku sedang buru-buru. Kenapa kalian lambat sekali? Bagaimana cara kalian bekerja?" ucap Pramana dengan marah sembari berkacak pinggang. Dia mulai membuat keributan. Para pejabat kecil sontak tertegun sejenak, tetapi mereka tidak berani untuk menyinggung Pramana. Mereka tersenyum dan bergegas mengambil uang perak. Setelah menyerahkan uang perak, Pramana melihat dengan sekilas, lalu berteriak marah, "Kamu jangan main-main denganku. Jumlah uang perak ini nggak sesuai!"Teriakan Pramana membuat para pejabat kecil terkejut. Mereka segera menga
"Kukira Wira ini pria terhormat, nggak kusangka dia akan menyuruh kalian datang mengacau. Kalian pikir dengan berbuat begini, kami akan diam saja?" Irsyad segera melambaikan tangannya dan berkata, "Kalian sengaja datang ke toko kami untuk membuat masalah. Aku persilakan kalian keluar sekarang. Kalau nggak, aku nggak akan segan-segan!"Mendengar ini, Fabrian terbahak, lalu berkata, "Tuan Irsyad, kamu mau menyerangku? Bukannya sombong, tapi aku cukup terkenal lho. Sebaiknya kamu jangan menyentuhku. Kalau kamu berani melakukannya, itu artinya kamu meremehkan istana!"Fabrian sama sekali tidak takut. Dia tahu bahwa para veteran Pasukan Zirah Hitam yang datang bersamanya jago berkelahi. Jika perkelahian benar-benar pecah, mereka pasti bisa mengalahkan para penjaga Toko Uang Tyaga dengan mudah. Namun, hari ini dia datang bukan untuk berkelahi. Tujuannya ke sini adalah untuk mengacaukan situasi di toko uang! Makin kacau makin baik!"Menggelikan, cuma terkenal sedikit saja mau sombong! Aku men
Usai berkata begitu, Fabrian dan yang lainnya bergegas keluar, seolah-olah hendak membantu memadamkan api.Irsyad yang marah pun segera mengutus orang untuk memadamkan api. Namun, semuanya malah jadi kacau balau. Orang-orang Toko Uang Tyaga sendiri sudah mengambil air dengan kalang kabut. Ditambah lagi, Fabrian dan yang lainnya sengaja membuat kekacauan. Terkadang, sebelum mencapai gedung yang dilalap api, air saja sudah tumpah.Irsyad yang melihat situasi ini dari kejauhan langsung naik darah. "Fabrian, kalian ngapain? Cepat pergi! Aku nggak butuh bantuan kalian!" seru Irsyad.Fabrian, Pramana, dan yang lainnya tersenyum mendengarnya. "Kenapa sungkan begitu? Hei, hei ... kenapa jalanmu ceroboh sekali? Kamu menumpahkan air lagi. Cepat ambil yang baru, kalau nggak, gedung ini bisa ludes terbakar!" ujar Fabrian.Irsyad geram sekali dengan situasi ini. Namun, dalam situasi kacau ini, semua orang telah pergi untuk memadamkan api, jadi dia tidak punya cara untuk mengusir Fabrian dan yang la
Danu tersenyum senang karena rencana mereka berjalan sukses. Wira juga mengangguk puas.Saat ini, Mandra dan timnya menunggangi kuda dan bersembunyi di tengah jalan. Hanya ada beberapa kuda dan kereta kosong yang ditinggalkan di dalam gang gelap. Sementara itu, orang-orangnya sama sekali tidak kelihatan.Irsyad dan orang-orangnya segera tiba di gang itu. Salah satunya lantas berseru, "Tuan, di depan ada kereta! Itu kereta para bandit!""Huh! Mereka pasti tahu kalau mereka nggak bisa keluar kota, makanya mereka meninggalkan hasil rampokan dan kabur!" cemooh Irsyad. Kemudian, dia memimpin orang-orangnya untuk memeriksa kereta-kereta itu. Namun, ekspresi mereka seketika berubah."Tuan, cuma ada kotak-kotak kosong di kereta ini, nggak ada ... nggak ada satu keping perak pun di sini!" seru salah satu bawahan Irsyad.Setelah diperiksa, tidak ada sepeser uang pun di belasan kereta itu. Hal ini seketika membuat wajah Irsyad masam."Apa? Nggak ada uangnya? Mustahil!" ujar Irsyad tidak percaya.
Mendengar ini, semua orang sontak tertegun. Mereka kebingungan, tidak mengerti maksud ucapan Wira.Wira memandang mereka sambil tersenyum. Tahu bahwa dia belum bisa menjelaskannya sekarang, dia pun berkata, "Sudahlah, kita bahas sisanya nanti. Sekarang, mari kita siap-siap menyambut tamu."Danu dan yang lainnya seketika tertegun, sementara Fabrian dan Pramana saling memandang. Fabrian lalu berkata dengan kaget, "Maksudnya ... orang dari Toko Uang Tyaga?""Tentu saja, seperti yang kalian bilang tadi, kita meninggalkan begitu banyak petunjuk. Mereka tentu curiga, lalu datang memeriksa ke sini," jawab Wira.Semua orang langsung memasang tampang cemas. Salah satunya tidak bisa menahan diri untuk berkata, "Terus, kedua kereta ini ....""Keluarga berada mana yang nggak punya dua kereta?" sahut Wira dengan santai. Kemudian, dia menepuk tangan dan berkata, "Terima kasih atas kerja keras kalian hari ini. Sekarang, mari kita rayakan!"Setelah itu, Wira meminta para koki untuk menghidangkan makan
Saat berkata begitu, Wira menatap Irsyad dengan ekspresi mengejek."Tuan Irsyad, turut berduka cita ya. Untungnya, kamu cuma kehilangan uang, nggak hilang nyawa. Syukurlah, syukurlah ...," ujar Wira lagi sambil tersenyum dan menangkupkan tinjunya.Wajah Irsyad tampak luar biasa masam saat membalas, "Wira, kamu masih bisa makan dengan santai di sini?""Kenapa nggak? Waktu mendengar Tuan Irsyad mengalami musibah besar, aku malah kegirangan dan ingin minum dua gelas anggur lagi!" kata Wira sambil terbahak. Ucapan ini membuat Irsyad makin meradang."Huh! Wira, jangan kira aku nggak tahu siapa yang merampokku. Kereta-kereta bandit itu diparkir di dalam gang, tapi nggak ada sepeser uang pun di dalamnya. Sekarang, ada dua kereta di halamanmu. Jadi, pasti kamulah yang merampokku. Aku mau menggeledah rumahmu!" seru Irsyad dengan berang.Puluhan orang di belakang Irsyad melempar tatapan tajam pada Wira. Namun, dia hanya bertanya tanpa peduli, "Aku tanya dulu, apa pangkat Tuan Irsyad di kerajaan?
Ekspresi Irsyad berubah muram mendengar itu. Harus diakui, kata-kata Wira sangat masuk akal. Tindakannya menerobos masuk rumah Wira tanpa bukti atau membawa dokumen resmi tidak bisa dibenarkan.Ditambah lagi, meskipun Wira tidak disenangi istana, dia tetap seorang sekretaris utama tingkat kesembilan. Irsyad memang berisiko dibunuh jika menerobos masuk rumahnya. Biarpun tidak sampai dibunuh, dia juga tidak bisa menuntut jika dilukai."Wira, paling-paling kamu takut, 'kan? Menggelikan. Kalau gitu, aku akan menyuruh seseorang untuk menggeledah rumahmu besok," ujar Irsyad sambil mendengus dingin."Kamu nggak takut aku mengangkut uang emas itu keluar malam ini? Selain itu, apa kamu seyakin itu kalau seseorang bisa diutus untuk menggeledahku besok? Sobat, kamu harus mendapatkan buktinya dulu. Aku tahu Toko Uang Tyaga cukup cakap, tapi nggak semudah itu untuk meyakinkan Lukman," tantang Wira sambil tersenyum sinis.Ekspresi Irsyad sontak berubah muram. Dia menatap Wira dan tiba-tiba merasa ti
"Benarkah? Aku memang nggak berbakat, tapi bisnisku berjalan dengan sangat baik. Kalau nggak, orang di belakang kalian itu juga nggak akan menyuruh kalian untuk menyerangku. Kalian juga nggak perlu menipuku dalam urusan bisnis." Usai mengatakan itu, Wira hanya tersenyum tanpa berbasa-basi lebih lanjut. Dia menoleh, lalu mengambil sumpit dan lanjut menyantap makanannya."Kalau kamu berani bertaruh, buatlah surat perjanjian. Kalau nggak, silakan pergi dan jangan menggangguku yang sedang makan dengan tenang. Karena ada pertunjukan sebagai hiburan kita hari ini ... rasa makanannya menjadi lebih enak," timpal Wira sambil tersenyum. Kemudian, dia mengangkat gelasnya untuk bersulang bersama Fabrian dan yang lainnya.Begitu orang-orang ini mendengar percakapan antara Wira dan Irsyad, mereka sontak merasa lega dan benar-benar rileks sekarang. Satu per satu dari mereka meminum anggur hingga wajahnya tampak memerah.Irsyad berdiri di sana dan mulai merenung. Dia adalah orang yang cerdas dan peka.
Setelah melihat Wira yang duduk di dalam sel, Danu merasa hatinya sakit dan berteriak, "Cepat buka pintu sel ini! Kalian benar-benar berani sekali. Bahkan kakakku juga kalian berani tangkap?"Bukan hanya Adianto yang langsung tercengang begitu mendengar perkataan itu, semua orang yang berada di sana juga begitu. Danu adalah jenderal yang terkenal dan berkuasa. Di seluruh Provinsi Lowala, tidak ada yang bisa menandinginya dan bahkan tidak ada yang berani mengganggunya. Orang yang dipanggilnya kakak tentu saja adalah Wira.Adianto tidak berani percaya dengan apa yang didengarnya, tetapi kenyataannya sudah ada di depan matanya. Setelah menelan ludah, dia segera membuka pintu sel dan inisiatif masuk ke dalamnya. Dia hanya menundukkan kepala karena tidak berani menatap Wira dan berkata, "Tuan, sebelumnya aku nggak tahu apa-apa dan sudah menyinggungmu.""Aku mohon Tuan bisa memaafkanku, jangan menghukumku. Aku nggak akan mengulanginya lagi kelak."Pada saat ini, Adianto benar-benar ketakutan
"Menurutku, ini ide yang bagus. Kalau begitu, kita lakukan sesuai keinginanmu. Aku akan pergi memberi tahu rekan-rekanku di luar biar mereka membantuku memberi pelajaran pada anak ini. Sejujurnya, aku juga kesal dengan anak ini," kata Adianto sambil tersenyum sinis, lalu bersiap pergi bersama Ruben.Adianto memang tidak bisa langsung memutuskan semua hal yang ada di penjara bawah tanah, dia tetap harus melaporkannya pada atasannya. Namun, jabatannya lebih tinggi daripada orang-orang yang ada di sana. Jika kerabatnya ingin masuk ke kota, semua juga pasti akan melewatinya. Oleh karena itu, dia tentu saja memiliki pengaruh tertentu.Namun, saat baru saja berbalik, Adianto dan Ruben melihat ada sekelompok orang mendekat. Terutama saat melihat orang yang berdiri di paling depan, Adianto langsung tertegun dan tidak tahu harus berbuat apa."Saudaraku, ada apa?" tanya Ruben dengan ekspresi bingung."Aku nggak salah lihat, 'kan? Kenapa Jenderal Danu tiba-tiba datang ke penjara bawah tanah? Buka
"Aku mengerti. Melihat situasinya nggak beres, jadi kakakmu langsung pergi, 'kan? Orang bilang suami istri yang selalu bersama pun akan berpisah saat menghadapi bahaya, ternyata kakak adik pun seperti ini," sindir Sahim.Shafa malah tidak berbicara dan menjelaskan apa pun juga. Dia sebenarnya sudah menyadarinya saat tadi Wira berbicara dengan Kaffa. Wira bisa duduk di sini dengan begitu tenang pasti karena sudah memberikan tugas pada Kaffa. Kalau begitu, mengapa dia harus khawatir?Selain itu, Shafa tahu betul kebaikan kakaknya terhadapnya melebihi siapa pun. Oleh karena itu, dia merasa tidak perlu menjelaskan apa pun pada orang lain."Tutup mulutmu," kata Wira dengan kesal.Sahim langsung tidak berani berbicara lagi.Tepat pada saat itu, Ruben dan Adianto datang dan langsung berdiri di depan pintu sel."Sekarang kamu sudah tahu kekuatanku, 'kan? Tadi aku sebenarnya nggak ingin menyusahkan kalian dan menyuruh kalian cepat pergi, tapi kalian nggak mau dengar. Kalian malah mengusir para
Kaffa menyadari liontin giok ini memang berguna. Setelah mendengar perkataan Danu, dia tidak ragu-ragu dan langsung berkata, "Tuan Wira yang memberiku liontin giok ini sudah ditangkap kepala penjaga gerbang kota ke penjara bawah tanah. Jenderal Danu, cepat selamatkan dia."Kepala penjaga gerbang kota memang memiliki kekuasaan, tetapi kekuasaan itu masih kalah jauh jika dibandingkan dengan Danu. Kaffa merasa lebih yakin lagi, kali ini Wira dan adiknya pasti akan selamat.Swish.Mendengar perkataan Kaffa, ekspresi Danu langsung menjadi sangat muram dan napasnya pun menjadi terengah-engah. "Mereka berani menangkap kakakku? Benar-benar nggak tahu diri!"Setelah memaki sebentar, Danu langsung melambaikan tangan pada kedua penjaga di belakangnya. "Segera kumpulkan orang dan ikut aku ke penjara bawah tanah!"Tak lama kemudian, semua orang sudah siap dan berangkat menuju penjara bawah tanah.Kaffa juga segera mengikuti mereka. Dia ingin menyelamatkan adiknya dengan tangannya sendiri dan berter
Selama tetap mengikuti Wira, Kaffa yakin kehidupannya dan adiknya akan terjamin."Kenapa masih belum pergi? Kamu kira kami sedang bercanda denganmu?" kata penjaga yang tadi berbicara itu dengan kesal. Jika bukan karena Danu sudah memerintahkan untuk harus bersikap rendah hati dan sopan pada orang-orang, mereka sudah memukul Kaffa dengan tongkat. Jelas Kaffa ini hanya seorang pengemis pun berani datang menemui Danu, sungguh tidak tahu diri.Kaffa kembali berkata, "Kalau kalian nggak mengizinkan aku bertemu dengan Jenderal Danu, nggak masalah. Tapi, tolong serahkan benda ini pada Jenderal Danu. Kalau Jenderal Danu ingin bertemu denganku setelah melihat benda ini, kalian baru bawa aku masuk. Bagaimana? Tapi, kalau Jenderal Danu nggak ingin bertemu denganku, aku nggak akan tinggal di sini lagi. Bagaimana menurut kalian?"Meskipun para penjaga itu tidak mengizinkannya masuk, Kaffa merasa dia tetap harus menunjukkan benda ini pada Danu. Dia juga tidak tahu apakah benda ini berguna atau tidak
Setelah mengatakan itu, Wira menatap Kaffa yang berdiri di belakangnya. Dia mengeluarkan sebuah liontin giok dan diam-diam menyerahkannya ke tangan Kaffa, lalu berbisik, "Kamu ambil liontin giok ini dan pergi mencari orang yang bernama Danu di dalam kota. Danu sangat terkenal di sana, jadi kamu hanya perlu bertanya pada orang-orang di sana saja. Kamu pasti akan menemukannya.""Aku akan menjaga adikmu dan nggak akan membiarkan sesuatu terjadi padanya."Kaffa mengenakan pakaian biasa dan terlihat seperti pengemis. Ditambah lagi, situasi di sekitar sedang kacau dan jaraknya yang lebih jauh dari Wira, sehingga orang-orang sulit untuk mengenalinya. Situasi ini justru menguntungkan, setidaknya dia bisa memanfaatkan situasinya untuk mencari celah dan pergi meminta bantuan dari Danu.Setelah ragu sejenak dan melihat Shafa yang menganggukkan kepala, Kaffa menggertakkan giginya dan berkata, "Kalau begitu, maaf merepotkan Kak Wira."Setelah mengatakan itu, Kaffa diam-diam pergi dari sana.Sementa
Wira bertanya-tanya apakah Lucy sudah memberi tahu orang-orang di Provinsi Lowala tentang situasinya, sehingga para prajurit ini datang untuk menjemputnya."Tuan Ruben, akhirnya kamu datang juga. Aku dengar kamu menghadapi beberapa masalah di sini, jadi aku sengaja datang ke sini untuk melihatnya. Kelihatannya situasimu memang seperti yang mereka katakan, benar-benar ada orang nggak tahu diri yang berani mencari masalah denganmu," kata pria yang menunggang kuda dengan nada dingin sambil menatap Wira."Siapa kamu ini? Kamu tahu siapa pria yang berdiri di depanmu ini? Dia adalah Tuan Ruben yang sangat terkenal. Lihatlah dirimu ini, masih berani melawan Tuan Ruben? Cepat tangkap preman ini," lanjut pria itu.Seiring perintah dari pria yang menunggang kuda itu, para prajurit langsung maju dan segera mengepung Wira dan yang lainnya.Sahim langsung ketakutan sampai kakinya lemas. Sejak zaman dahulu, rakyat takut pada prajurit sudah menjadi situasi yang wajar. Saat teringat dengan semua tinda
"Baiklah. Aku percaya perkataan Tuan ini, jadi aku akan ikut dia ke kota dan melihatnya sendiri," kata pria paruh baya itu lagi dan menjadi orang pertama yang mendukung Wira.Melihat ada yang mulai goyah, yang lainnya juga segera mendukung Wira. Dalam sekejap, banyak orang yang sudah berdiri di belakang Wira.Sementara itu, hanya tersisa sebagian korban bencana yang berdiri di pihak pria gemuk itu, selain beberapa pengawalnya. Namun, hanya dengan orang-orang ini saja, jelas tidak akan cukup untuk mengangkat semua makanan dan hartanya ke dalam kota."Sialan, kamu ini sengaja membuat keributan, 'kan?" kata pria gemuk itu dengan nada dingin dan menatap Wira sambil mengernyitkan alis. Semua rencananya sudah matang, hanya tinggal menyelesaikannya saja. Namun, Wira yang tidak tahu diri ini tiba-tiba muncul dan mengacaukan segalanya. Siapa pun yang menghadapi situasi seperti ini pasti akan marah.Wira malah tersenyum. "Semua yang kukatakan ini benaran, kenapa kamu begitu marah?""Dasar bereng
Penampilan Kaffa dan Shafa memang membuat orang sulit untuk percaya Wira bisa memberikan orang-orang itu cukup uang untuk membeli beras.Wira melanjutkan, "Kalian semua mungkin masih belum tahu, ada kantin umum yang khusus untuk para korban bencana dia Provinsi Lowala. Asalkan kalian pergi makan di sana setiap harinya, setidaknya masalah makanan kalian bisa terselesaikan. Meskipun aku benar-benar nggak bisa memberi kalian makanan, kalian juga nggak akan mati kelaparan begitu kalian masuk ke Provinsi Lowala.""Soal tempat tinggal, aku yakin kelak itu juga akan perlahan-lahan terselesaikan. Kehidupan kalian pasti akan membaik."Sebelum datang ke sini, Wira sudah mendengar dari Lucy bahwa situasi di Provinsi Lowala tidak separah yang dibayangkannya.Osmaro dan yang lainnya bisa mengendalikan situasinya dalam waktu singkat dan bahkan mencegah pemberontakan karena mereka menyediakan cukup banyak persediaan makanan dan tempat perlindungan bagi para korban bencana juga. Kebutuhan makanan dan