"Aku nggak bermaksud begitu, Tuan!" ujar Dian dengan napas memburu. Dian berusaha mengubah topik pembicaraan dengan berkata, "Belakangan, bisnis berjalan lancar. Sabun dan gula kristal sudah dijual di Kota Pusat Pemerintahan Lokana. Pedagang dari kedua tempat ingin merundingkan bisnis agen dan berharap kita meningkatkan pasokan gula kristal. Sekarang sudah mendekati akhir tahun, gula kristal sedang banyak diminati!"Sabun dan gula kristal sudah lama dijual di Kota Pusat Pemerintahan Jagabu. Setelah Wolfie disingkirkan dari Kota Pusat Pemerintahan Lokana dan Kabupaten Hiloka, karavan pedagang segera menuju ke selatan untuk membuka pasar.Harga sabun yang dijual grosir 10 ribu per buah dan harga eceran 30 ribu per buah sangat populer di kalangan keluarga kaya. Gula kristal dijual grosir seharga 30 ribu dan eceran seharga 100 ribu. Gula kristal pun langsung ludes begitu sampai di pasaran. Menjelang akhir tahun, stok gula kristal yang populer sebagai hadiah juga makin menipis.Wira menari
“Temperamen seorang anak muda memang masih belum cukup stabil dan masih harus diasah lagi!” Kemal melipat kembali petisi itu, lalu menyerahkannya kepada seorang sekretaris sambil berkata, “Gatot, promosikanlah ketiga orang itu sesuai kebijakan departemen personalia. Kemudian, turunkan pangkat prefektur dan letnan jenderal dari Kota Pusat Pemerintahan Lokana. Mereka bahkan tidak sanggup menangani seorang pemberontak kecil.”Gatot yang bertanggung jawab mengatur peningkatan jabatan para pejabat terkekeh dan berkata, “Pak Kemal, Zabran itu jenderal batalion. Biarpun mau mengasahnya, dia juga harus diangkat menjadi jenderal pendamping berkat jasanya kali ini. Lalu, Fadil akan diangkat menjadi patih, sedangkan Regan menjadi jenderal militer. Sementara itu, pangkat Dirja yang merupakan prefektur Lokana dan Satria yang merupakan letnan jenderal akan diturunkan masing-masing satu tingkat.”Kemal mengangguk. Kemudian, Gatot menuliskan beberapa patah kata di atas petisi dan menyuruh sekretaris u
Ekspresi Raja Bakir pun menjadi dingin. Dia berkata, “Wira memang berjasa. Tapi jasanya hanya dalam menciptakan misil tiga busur dan menempa pedang ajaib yang membantu situasi perang. Namun, jasanya itu masih belum setimpal untuk diberikan posisi amangkurat!”Yudha pun menjawab dengan bingung, “Yang Mulia, Tuan Wahyudi bukan hanya menciptakan peralatan perang, tapi juga menyusun semua taktik perang untuk memenangkan peperangan ini. Tanpa Tuan Wahyudi yang mampu menghadapi begitu banyak perubahan saat berperang, aku pasti kesulitan untuk mempertahankan kota, apalagi memenangkan perang ini. Harap Yang Mulia bisa menegakkan keadilan untuk Tuan Wahyudi!”Sudah ada banyak petisi yang menuliskan secara jelas jasa Wira dalam perang kali ini. Namun, Raja Bakir tetap tidak memberikan penghargaan kepada Wira. Jadi, Yudha sudah membulatkan tekad untuk menjelaskan jasa Wira meskipun harus mati.Saat ini, Yudha diberi gelar amangkurat, sedangkan Wira tidak mendapatkan apa-apa. Hal ini membuat Yudha
Raja Bakri mencibir, “Bersumpah atas nama ayahmu? Bukannya ayahmu itu juga pemberontak?”“Yang Mulia ....” Yudha merasa sangat marah dan mengepalkan tangannya erat-erat sambil berkata, “Ayahku sudah meninggal. Aku harap Yang Mulia tidak menghinanya lagi!”Para pengawal istana yang berada 60 meter jauhnya langsung menyerbu keluar dan mengepung paviliun sambil menghunuskan pedang.“Memangnya kenapa kalau aku menghinanya? Apa kamu berani membunuhku?” Raja Bakir tersenyum sinis, lalu menjauhkan diri dari Yudha dan membentak, “Putro sangat cerdas, sedangkan ayahmu mengendalikan pasukan militer. Mereka berkomplot dengan Raja Darojati untuk merebut kedudukanku, tetapi aku berhasil menumpas mereka. Apa lagi sebutan yang cocok untuk mereka kalau bukan pemberontak?”“Yang Mulia!” Yudha berkata dengan kesal, “Ayah sangat setia pada istana dan tidak pernah berpikir untuk berkhianat. Dulu, Raja Darojati menulis surat untuk Ayah dan meminta Ayah menggerakkan prajurit untuk membantunya, tapi Ayah men
Tadi, Raja Bakir hanya merasa marah karena Yudha berani melawannya. Jika bukan karena para menterinya membantah dan Yudha masih bermanfaat, Raja Bakir pasti sudah memenggalnya dari dulu.Kemal melirik ekspresi Raja Bakir, lalu buru-buru menarik Yudha dan menegur, “Yudha, kenapa kamu menyinggung Yang Mulia? Cepat minta maaf padanya. Apa kamu nggak mau keluargamu melewati Tahun Baru dengan tenang?” Saat memikirkan ibunya yang sakit dan adik-adiknya yang masih kecil, Yudha pun menjadi sedih. Dia bersujud dengan hati yang dipenuhi rasa putus asa dan berkata, “Yang Mulia, maafkan aku karena sudah menyinggungmu. Tapi, aku benar-benar tidak pernah berpikir untuk mengkhianati Yang Mulia. Harap Yang Mulia bisa memaafkanku!”“Yang Mulia! Maafkanlah dia!” Kemal, Suhendra, dan Gatot menatap Raja Bakir dengan penuh harapan.“Aku tahu kamu berkata jujur karena memikirkan kerajaan ini. Aku akan memaafkanmu!” kata Raja Bakir dengan ekspresi datar. Kemudian, dia berbalik untuk pergi sambil berkata, “M
Senia yang mengenakan gaun merah dan dipadu dengan mahkota emas terlihat sangat cantik. Dia menerima surat rahasia itu dan membacanya. Setelah itu, dia langsung berseru gembira, “Kerajaan Nuala akan segera hancur!”Seorang anak kecil yang mengenakan jubah bermotif naga bertanya dengan heran, “Ibu? Ada berita baik?”“Otto!” Senia mencubit pipi Otto, lalu berkata sambil tersenyum, “Raja Bakir mengira Tuan Wahyudi hanyalah seorang pesuruh, lalu memberi perintah untuk melarangnya mengikuti ujian kerajaan dan bekerja untuk istana. Berhubung Tuan Wahyudi nggak akan membantu Raja Bakir, Kerajaan Agrel nggak usah khawatir lagi.”“Oh!” Raja yang masih kecil itu terlihat bingung.Duk! Duk! Duk! Senia mengetuk meja, lalu seorang pelayan istana tiba-tiba muncul tanpa suara. Senia bertanya dengan penuh wibawa, “Apa sudah ada kabar dari Pasukan Elang Hitam di Provinsi Jawali?”“Lapor, Ibu Suri. Mata-mata kita pernah menawarkan giokmu kepada Tuan Wahyudi, tapi dia tidak menerimanya.” Pelayan itu berl
“Yang namanya pria nggak akan nolak wanita cantik! Lagian, kamu juga sudah nggak mungkin bersama Panglima Yudha lagi. Ngapain kamu khawatir soal itu?” Farrel mengedipkan matanya dan melanjutkan, “Aku juga ingin mencarikan pria yang baik untukmu. Biar bagaimanapun, kamu itu sahabat baikku. Nggak mungkin aku membiarkanmu menikah sama pecundang.”“Nggak usah sok baik!” Belani mendengus, “Aku tahu kamu mau merusak hubungannya dan Panglima Yudha supaya mereka nggak beraliansi, lalu merusak rencana Keluarga Barus.”“Wah, Cantik, kamu makin pintar saja!” Farrel menekan dagu Belani, lalu mengecup bibirnya dan berkata, “Aku jadi nggak rela memberikanmu pada pria lain.”“Kamu!” Dicium oleh sesama wanita adalah hal yang memalukan. Belani pun tidak bisa berkata-kata....Di Kediaman Linardi di kota provinsi.“Wulan, apa kamu sudah tahu soal dekrit yang diturunkan istana?” Melati melambaikan selembar surat resmi dan membaca isinya, “Wira Darmadi dari Dusun Darmadi yang terletak di Kabupaten Uswal m
Di pengadilan daerah Kabupaten Uswal.“I ... ini?” Fadil yang baru diangkat menjadi patih memegang surat dari istana dengan terkejut.Dikatakan bahwa Wira ingin merebut jasa dalam mengalahkan bangsa Agrel sehingga membuat Raja Bakri marah. Oleh karena itu, dia pun dilarang mengikuti ujian kerajaan dan bekerja untuk istana.Namun, saat Yudha datang waktu itu, dia terlihat sangat menghormati Wira. Fadil menyaksikan hal ini sendiri, bukan mendengar kabar dari orang lain. Namun, pihak istana malah memberikan “hadiah” seperti ini.Tidak peduli apakah Wira benar-benar berjasa atau tidak, Raja Bakri sepertinya sangat membenci Wira. Berhubung Raja Bakri sudah menunjukkan sikap seperti itu, sikap pengadilan daerah terhadap Wira juga harus berubah.Fadil mengetuk-ngetuk meja, lalu berseru, “Pengawal, suruh Pak Regan kemari!”Tidak lama kemudian, Regan yang baru diangkat menjadi jenderal militer pun berkata dengan hormat, “Pak Fadil mau kasih perintah apa?”Fadil bertanya tanpa ekspresi, “Pak Reg
Nayara memang sudah bersekongkol dengan Senia dan saat itu orang yang bertugas untuk menemuinya adalah Doly, sehingga dia mungkin melupakan wajah Doly.Namun, sekarang Senia sudah meninggalkan Provinsi Yonggu dan berselisih dengan Wira. Wira bahkan sudah bersiap mengejar dan membunuh Senia. Nayara berpikir jika Doly berada di pihak yang sama dengan Senia, Doly pasti sudah pergi juga dan saat ini tidak akan muncul di kamarnya.Doly tidak menghiraukan perkataan Nayara, hanya menatap Nayara dengan dingin. Bahkan dia sendiri pun merasa jijik dengan orang licik seperti Nayara. Setidaknya, dia tidak akan pernah mengkhianati tuannya, apalagi melakukan perbuatan keji seperti ini.Nayara jelas tahu orang di depannya adalah musuh bebuyutannya. Namun, demi keuntungannya sendiri, dia tetap tega bekerja sama dengan pihak musuh. Doly bertanya-tanya mengapa ada orang yang sekeji ini di dunia. Orang seperti ini pantas dibunuh oleh siapa pun.Wira kembali menatap Nayara dan berkata dengan tenang, "Seka
"Kalau aku nggak percaya perkataan mereka, jadi aku harus percaya perkataan siapa?" kata Wira sambil tersenyum dingin.Nayara segera berkata, "Tuan Wira tentu saja harus percaya perkataanku. Aku sudah berada di pihakmu dan bahkan menceritakan segala sesuatu tentang Desa Damaro padamu, ini sudah cukup untuk membuktikan kesetiaanku.""Aku tahu, pasti ada orang yang iri melihatku makin dekat dengan Tuan Wira belakangan ini. Hubungan kita juga makin baik, jadi ada orang yang cemburu dan membisikkan hal-hal yang nggak benar agar Tuan Wira salah paham padaku."Wira menggelengkan kepala sambil tersenyum dingin merasa Nayara ini benar-benar tidak tahu diri. Dia sudah berdiri di hadapan Nayara karena ingin memberinya satu kesempatan untuk mengakui semuanya dengan patuh. Namun, sampai sekarang pun Nayara masih mencari berbagai alasan untuk membela diri, dia benar-benar merasa kecewa.Dia berdiri dan berjalan ke belakang Nayara, lalu menekan pundak Nayara dan berkata, "Kalau aku nggak punya bukti
Nayara berkata sambil menggertakkan giginya, "Dia tentu saja musuh bebuyutanku. Aku nggak akan melupakan apa yang terjadi di Desa Damaro, bahkan sampai sekarang pun aku masih sering bermimpi tentang pemandangan semuanya mati dengan mengerikan di depanku. Semua ini adalah ulah Senia. Aku tentu saja nggak akan pernah berhubungan apa pun dengannya.""Kalau benar-benar ada, itu pun hanya hubungan hidup atau mati. Entah dia yang membunuhku atau aku yang membunuhnya. Kalau bukan karena dendamku pada Senia, aku mana mungkin tega menyerang Dahlan."Nayara berbicara dengan penuh amarah dan tatapan yang penuh dengan niat membunuh, bahkan matanya pun sudah memerah. Ini cukup untuk menunjukkan betapa besar amarah yang tersimpan di hatinya.Namun, Wira tidak menghiraukan perkataan Nayara, melainkan mendengus dan berkata sambil bertepuk tangan, "Aku mengakui aktingmu benar-benar hebat, bahkan aku pun sudah tertipu. Mungkin karena aku percaya dengan apa yang terjadi di Desa Damaro dan juga padamu.""
Wira baru teringat kembali dia sudah melupakan orang yang begitu penting. Berkat peringatan dari Doly, dia sudah mengetahui Nayara bukan orang yang sejalan dengannya dan sudah berpihak pada Senia. Nayara bisa mendekatinya karena ingin menjadi mata-mata di sisinya, sehingga bisa membocorkan informasi mereka pada Senia dan sekaligus menyesatkan dirinya.Mengingat semua perbuatan Nayara, Wira benar-benar marah. Nayara berasal dari Desa Damaro, tetapi dia tega melihat para penduduk desa mati secara tragis hanya demi kepentingan pribadinya dan bahkan berpihak pada musuhnya. Syarat apa yang sebenarnya sudah ditawarkan Senia sampai membuatnya begitu setia dengan Senia? Dia bahkan sampai mengabaikan hubungan kekeluargaan.Dalam sekejap, Wira sudah sampai di depan kamar Nayara dan mendengar suara teriakan dari dalam."Cepat lepaskan aku. Aku ingin bertemu dengan Tuan Wira. Aku adalah tamu kehormatan Tuan Wira. Saat Tuan Wira datang ke Desa Damaro, aku yang mengenalkannya. Aku bahkan rela mengor
Doly segera bertanya dengan nada penasaran, "Apa kamu membiarkan mereka pergi karena masih mengenang masa lalu?"Bagi Doly, Senia seperti bom waktu yang bisa meledak kapan saja. Terlebih lagi, dia dikelilingi oleh orang seperti Panji yang licik dan berbahaya.Mereka berdua layaknya dua serigala yang saling mendukung untuk menebar kekacauan. Jika kali ini mereka gagal dibunuh dan dibiarkan lolos begitu saja, masalah di masa depan akan makin sulit untuk diatasi. Pada saat itu, dunia mungkin akan jatuh ke dalam kehancuran besar.Meskipun ada hubungan masa lalu yang harus dipertimbangkan, Doly tetap berharap bahwa Wira bisa membunuh Senia. Dengan begitu, masalah ini bisa diselesaikan untuk selamanya. Semua ini demi rakyat jelata yang tak berdosa.Meskipun kedua belah pihak berada di kubu yang berbeda dan bahkan bukan dari bangsa yang sama, peperangan yang terus-menerus sudah membawa banyak penderitaan. Mana mungkin mereka bisa terus merenggut lebih banyak nyawa lagi?Wira bertanya, "Kamu p
Setelah kembali ke kediaman jenderal, Danu dan Agha segera masuk ke kamar mereka masing-masing untuk beristirahat.Berbeda dengan mereka berdua, Wira terlihat jauh lebih santai. Meski semalam dia juga ikut dalam perjalanan yang melelahkan, Wira tidak benar-benar bertarung melawan musuh.Sementara itu, Danu dan Agha harus terus bertarung melawan makhluk-makhluk beracun sehingga tenaga mereka terkuras habis. Wira memahami betul kelelahan yang mereka rasakan.Setelah akhirnya bisa pulang, Wira hanya bisa membiarkan keduanya beristirahat dengan tenang. Bagaimanapun juga, mereka adalah saudara yang sangat dia percayai.Berhubung Wira sendiri tidak terlalu lelah dan tidak merasa mengantuk, dia langsung menuju ke kamar Doly.Doly adalah orang yang berbakat. Setelah dia sepenuhnya berpihak kepada Wira, tentu Wira merasa perlu menjenguknya untuk melihat kondisi lukanya.Ketika Wira memasuki kamar, dia melihat Doly sedang berjalan mondar-mandir dengan ekspresi penuh pikiran. Menyadari Wira telah
Bagi mereka, semua itu seperti mimpi buruk yang tidak akan terlupakan.Wira berucap, "Semua, tolong bangkit dulu. Kalian terus berlutut di depanku, bahkan ada yang usianya lebih tua dariku. Ini sama saja dengan memperpendek umurku. Sejujurnya, sejak dulu aku selalu menentang kebiasaan berlutut seperti ini. Sebenarnya kebiasaan ini bisa diubah.""Saat bertemu, cukup berjabat tangan saja. Nggak perlu sampai berlutut segala, 'kan? Kita semua sama, sama-sama punya satu kepala di atas satu pundak. Nggak ada yang punya kepala dan lengan berlebih. Jadi, nggak ada perbedaan besar di antara kita," tambah Wira."Kalau kita terus membagi manusia ke dalam kelas-kelas yang berbeda, bukannya itu sangat nggak adil bagi banyak orang? Apalagi di kampung halamanku, kebiasaan berlutut ini dipercaya bisa memperpendek umur!" jelas Wira.Mendengar ucapan Wira, barulah semua orang mulai bangkit. Banyak dari mereka sempat berpikir bahwa setelah kekuasaan Wira makin besar, dia pasti bukan lagi Wira yang dulu.
Kalau tidak di masa depan saat mereka perlu memimpin pasukan untuk berperang, dari mana lagi uang untuk membiayai perang akan didapatkan?Mereka semua sebenarnya hanya memikirkan Wira. Akibat alasan itu, mereka memang terkesan dingin dan tanpa perasaan. Namun pada akhirnya, bukankah semua itu dilakukan demi kepentingan wilayah dua provinsi ini?Wira memberi tahu, "Semuanya, tolong segera bangkit. Soal 5 miliar gabak ini, kalian seharusnya berterima kasih pada Ibu Suri Kerajaan Agrel. Kalau bukan karena mereka, mana mungkin kami bisa mendapatkan perak sebanyak itu?""Tanpa itu, tentu saja kami nggak bisa membangun kembali rumah-rumah kalian," ucap Wira dengan tenang. Apa yang dia katakan memang benar adanya. Sebenarnya dia juga sempat dilema, apakah harus menggunakan uang dari kas negara atau tidak?Jika uang itu benar-benar digunakan, kekhawatiran Danu dan yang lainnya bisa menjadi kenyataan. Dalam skenario seperti itu, jika terjadi kekacauan di seluruh negeri, rakyat tidak hanya akan
Orang-orang itu memang tidak membawa senjata apa pun di tangan mereka. Bahkan, ada beberapa wanita yang membawa anak-anak. Tangan mereka juga terlihat memegang keranjang.Di dalam keranjang-keranjang itu, terdapat banyak buah, sayuran, beberapa telur, dan daging. Dari penampilannya, sepertinya mereka bukan datang untuk mencari masalah. Lagi pula, siapa yang akan membawa keluarga dan anak-anak untuk berkelahi?Apalagi dengan begitu banyak wanita di antara mereka, bukankah itu sama saja seperti menyia-nyiakan nyawa?"Mereka ini kalau bukan datang untuk bikin keributan, mau apa dong?" ucap Agha sambil menggaruk kepalanya dengan bingung. Dia benar-benar tidak mengerti situasi ini. Apa sebenarnya yang sedang terjadi?Wira mengamati mereka dengan saksama untuk beberapa waktu sebelum akhirnya berucap, "Mungkin mereka datang untuk berterima kasih kepada kita?""Berterima kasih?" Baik Danu maupun Agha, mereka masih terlihat bingung. Belum sempat mereka bertanya lebih jauh, tiba-tiba terdengar s