Ekspresi Raja Bakir pun menjadi dingin. Dia berkata, “Wira memang berjasa. Tapi jasanya hanya dalam menciptakan misil tiga busur dan menempa pedang ajaib yang membantu situasi perang. Namun, jasanya itu masih belum setimpal untuk diberikan posisi amangkurat!”Yudha pun menjawab dengan bingung, “Yang Mulia, Tuan Wahyudi bukan hanya menciptakan peralatan perang, tapi juga menyusun semua taktik perang untuk memenangkan peperangan ini. Tanpa Tuan Wahyudi yang mampu menghadapi begitu banyak perubahan saat berperang, aku pasti kesulitan untuk mempertahankan kota, apalagi memenangkan perang ini. Harap Yang Mulia bisa menegakkan keadilan untuk Tuan Wahyudi!”Sudah ada banyak petisi yang menuliskan secara jelas jasa Wira dalam perang kali ini. Namun, Raja Bakir tetap tidak memberikan penghargaan kepada Wira. Jadi, Yudha sudah membulatkan tekad untuk menjelaskan jasa Wira meskipun harus mati.Saat ini, Yudha diberi gelar amangkurat, sedangkan Wira tidak mendapatkan apa-apa. Hal ini membuat Yudha
Raja Bakri mencibir, “Bersumpah atas nama ayahmu? Bukannya ayahmu itu juga pemberontak?”“Yang Mulia ....” Yudha merasa sangat marah dan mengepalkan tangannya erat-erat sambil berkata, “Ayahku sudah meninggal. Aku harap Yang Mulia tidak menghinanya lagi!”Para pengawal istana yang berada 60 meter jauhnya langsung menyerbu keluar dan mengepung paviliun sambil menghunuskan pedang.“Memangnya kenapa kalau aku menghinanya? Apa kamu berani membunuhku?” Raja Bakir tersenyum sinis, lalu menjauhkan diri dari Yudha dan membentak, “Putro sangat cerdas, sedangkan ayahmu mengendalikan pasukan militer. Mereka berkomplot dengan Raja Darojati untuk merebut kedudukanku, tetapi aku berhasil menumpas mereka. Apa lagi sebutan yang cocok untuk mereka kalau bukan pemberontak?”“Yang Mulia!” Yudha berkata dengan kesal, “Ayah sangat setia pada istana dan tidak pernah berpikir untuk berkhianat. Dulu, Raja Darojati menulis surat untuk Ayah dan meminta Ayah menggerakkan prajurit untuk membantunya, tapi Ayah men
Tadi, Raja Bakir hanya merasa marah karena Yudha berani melawannya. Jika bukan karena para menterinya membantah dan Yudha masih bermanfaat, Raja Bakir pasti sudah memenggalnya dari dulu.Kemal melirik ekspresi Raja Bakir, lalu buru-buru menarik Yudha dan menegur, “Yudha, kenapa kamu menyinggung Yang Mulia? Cepat minta maaf padanya. Apa kamu nggak mau keluargamu melewati Tahun Baru dengan tenang?” Saat memikirkan ibunya yang sakit dan adik-adiknya yang masih kecil, Yudha pun menjadi sedih. Dia bersujud dengan hati yang dipenuhi rasa putus asa dan berkata, “Yang Mulia, maafkan aku karena sudah menyinggungmu. Tapi, aku benar-benar tidak pernah berpikir untuk mengkhianati Yang Mulia. Harap Yang Mulia bisa memaafkanku!”“Yang Mulia! Maafkanlah dia!” Kemal, Suhendra, dan Gatot menatap Raja Bakir dengan penuh harapan.“Aku tahu kamu berkata jujur karena memikirkan kerajaan ini. Aku akan memaafkanmu!” kata Raja Bakir dengan ekspresi datar. Kemudian, dia berbalik untuk pergi sambil berkata, “M
Senia yang mengenakan gaun merah dan dipadu dengan mahkota emas terlihat sangat cantik. Dia menerima surat rahasia itu dan membacanya. Setelah itu, dia langsung berseru gembira, “Kerajaan Nuala akan segera hancur!”Seorang anak kecil yang mengenakan jubah bermotif naga bertanya dengan heran, “Ibu? Ada berita baik?”“Otto!” Senia mencubit pipi Otto, lalu berkata sambil tersenyum, “Raja Bakir mengira Tuan Wahyudi hanyalah seorang pesuruh, lalu memberi perintah untuk melarangnya mengikuti ujian kerajaan dan bekerja untuk istana. Berhubung Tuan Wahyudi nggak akan membantu Raja Bakir, Kerajaan Agrel nggak usah khawatir lagi.”“Oh!” Raja yang masih kecil itu terlihat bingung.Duk! Duk! Duk! Senia mengetuk meja, lalu seorang pelayan istana tiba-tiba muncul tanpa suara. Senia bertanya dengan penuh wibawa, “Apa sudah ada kabar dari Pasukan Elang Hitam di Provinsi Jawali?”“Lapor, Ibu Suri. Mata-mata kita pernah menawarkan giokmu kepada Tuan Wahyudi, tapi dia tidak menerimanya.” Pelayan itu berl
“Yang namanya pria nggak akan nolak wanita cantik! Lagian, kamu juga sudah nggak mungkin bersama Panglima Yudha lagi. Ngapain kamu khawatir soal itu?” Farrel mengedipkan matanya dan melanjutkan, “Aku juga ingin mencarikan pria yang baik untukmu. Biar bagaimanapun, kamu itu sahabat baikku. Nggak mungkin aku membiarkanmu menikah sama pecundang.”“Nggak usah sok baik!” Belani mendengus, “Aku tahu kamu mau merusak hubungannya dan Panglima Yudha supaya mereka nggak beraliansi, lalu merusak rencana Keluarga Barus.”“Wah, Cantik, kamu makin pintar saja!” Farrel menekan dagu Belani, lalu mengecup bibirnya dan berkata, “Aku jadi nggak rela memberikanmu pada pria lain.”“Kamu!” Dicium oleh sesama wanita adalah hal yang memalukan. Belani pun tidak bisa berkata-kata....Di Kediaman Linardi di kota provinsi.“Wulan, apa kamu sudah tahu soal dekrit yang diturunkan istana?” Melati melambaikan selembar surat resmi dan membaca isinya, “Wira Darmadi dari Dusun Darmadi yang terletak di Kabupaten Uswal m
Di pengadilan daerah Kabupaten Uswal.“I ... ini?” Fadil yang baru diangkat menjadi patih memegang surat dari istana dengan terkejut.Dikatakan bahwa Wira ingin merebut jasa dalam mengalahkan bangsa Agrel sehingga membuat Raja Bakri marah. Oleh karena itu, dia pun dilarang mengikuti ujian kerajaan dan bekerja untuk istana.Namun, saat Yudha datang waktu itu, dia terlihat sangat menghormati Wira. Fadil menyaksikan hal ini sendiri, bukan mendengar kabar dari orang lain. Namun, pihak istana malah memberikan “hadiah” seperti ini.Tidak peduli apakah Wira benar-benar berjasa atau tidak, Raja Bakri sepertinya sangat membenci Wira. Berhubung Raja Bakri sudah menunjukkan sikap seperti itu, sikap pengadilan daerah terhadap Wira juga harus berubah.Fadil mengetuk-ngetuk meja, lalu berseru, “Pengawal, suruh Pak Regan kemari!”Tidak lama kemudian, Regan yang baru diangkat menjadi jenderal militer pun berkata dengan hormat, “Pak Fadil mau kasih perintah apa?”Fadil bertanya tanpa ekspresi, “Pak Reg
“Apa Raja sudah gila? Kak Wira sudah berjasa besar, tapi dia bukannya mendapat penghargaan dan malah dihukum. Kalau dilarang ikut ujian kerajaan dan bekerja untuk istana, itu setara dengan menghancurkan masa depan Kak Wira!”“Raja benar-benar nggak masuk akal! Dulu, Panglima Dirga dibunuh padahal sudah berjasa pada kerajaan. Sekarang, giliran Kak Wira yang dihukum setelah berjasa besar.”“Raja dan para pejabat di istana benar-benar bodoh! Kalau nggak, mana mungkin Kerajaan Nuala bisa ditindas bangsa Agrel!”Sekelompok orang berdiskusi dengan marah.“Sudahlah!” Wira berkata dengan suara berat, “Jangan ngomong begitu di luar sana. Kalau nggak, kalian bakal dihukum mati!”Semua orang pun menunduk. Mereka tahu apa konsekuensi dari mengatakan hal seperti itu. Dulu, jangankan mengkritik Raja, mereka bahkan tidak berani mengkritik seorang patih. Namun, setelah mengalami banyak hal bersama Wira, ada banyak orang yang sudah mulai bernyali.“Kak Wira, kami merasa kamu diperlakukan dengan sangat
Wira mengangguk, lalu berkata, “Coba kamu pilihkan sekelompok orang yang bisa diandalkan dan pintar. Tempatkan dulu mereka di Desa Tiga Harimau. Aku akan menyuruh orang untuk melatih mereka di sana. Nggak boleh ada orang lain yang mengetahui hal ini, ya.”“Oke!” Gavin mengiakannya, lalu segera pergi.Wira juga berjalan ke depan pintu dan menatap kepergian Gavin dengan ekspresi serius. Dia sudah membantu istana untuk mengalahkan bangsa Agrel, tetapi istana malah bersikap seperti ini terhadapnya. Tidak mungkin dia tidak merasa kesal.Dekrit yang diturunkan Raja Bakir akan mendatangkan banyak bahaya bagi Wira. Demi keluarganya, dia harus menyiapkan beberapa cara lain untuk melindungi diri.Setelah menghela napas panjang, Wira keluar dari rumah dan mulai tersenyum. Saat ini, seluruh penduduk dusun sedang menunggu giliran untuk mengambil barang yang disiapkan Wira. Orang yang sudah mendapat bagian mereka pun berjalan pulang ke rumah dengan gembira.Saat melewati tahun baru sebelumnya, merek
Saat ini, semua orang sudah tahu Adjie yang sebelumnya memimpin para perampok dari Desa Riwut untuk mengepung kemah pasukan utara, sehingga mereka mengakui kemampuannya. Justru karena alasan inilah, mereka ingin melihat bagaimana pendapat Adjie tentang masalah ini.Melihat banyak orang yang menatapnya, Adjie tersenyum dan berkata, "Hehe. Sebenarnya pemikiranku tentang masalah ini juga sama, nggak terlalu sulit. Kalau diperhatikan dengan saksama, pasukan utara sangat bergantung pada kavaleri. Jadi, kalau kita berhasil menghancurkan kavaleri ini, hal pertama yang akan dipikirkan mereka adalah bagaimana mencegah kehancurannya lebih lanjut."Semua orang langsung tertegun karena mereka benar-benar tidak terpikirkan hal ini.Beberapa saat kemudian, seseorang berkata dengan terkejut, "Yang kamu katakan sepertinya memang benar. Tapi, kelihatannya strategi ini juga tidak begitu menguntungkan bagi kita."Semua orang menganggukkan kepala karena mereka juga setuju dengan perkataan orang itu.Saat
Di dalam lereng bukit yang jaraknya tidak jauh dari kemah pasukan utara di Pulau Hulu, Wira dan yang lainnya sudah menyiapkan penyergapan dan kini sedang menunggu pasukan musuh mendekat.Saat semua orang sedang menunggu dengan cemas, beberapa orang di barisan depan mengernyitkan alis. Beberapa saat kemudian, salah seorang dari mereka berlari ke arah Wira dan berkata, "Tuan, mereka sepertinya sudah mundur, kini kita sudah bisa bergerak. Tapi, dilihat dari situasinya, mereka memang cukup kuat."Mendengar kabar musuh sudah mundur, Wira pun mengernyitkan alis. Menurutnya, musuhnya ini terlalu lemah, malah tidak berniat untuk menyerang.Beberapa saat kemudian, Adjie yang berdiri di samping tersenyum dan berkata, "Tuan, sepertinya Zaki ini mulai cerdik, nggak langsung menyerang kita. Menurutku, sekarang mereka mulai membuat strategi."Wira tersenyum saat mendengar perkataan itu dan berkata, "Hehe. Ternyata begitu, tapi yang paling penting sekarang adalah kita bisa menangkap mereka. Kalau mer
Melihat Zaki dan Joko begitu tidak sabar, Darsa tersenyum dan berkata, "Hehe. Cara ini memang bisa berjalan, kita hanya perlu memindahkan medan perang ke arah selatan. Dengan begitu, kita bisa langsung menahan pasukan musuh di sana."Mendengar perkataan itu, kedua orang itu tertegun sejenak. Mereka merasa rencana ini mungkin bisa berjalan dengan baik, tetapi mereka harus memastikan rencana ini tidak bermasalah terlebih dahulu.Semua orang menganggukkan kepala.Setelah berpikir sejenak, Darsa yang sepertinya teringat sesuatu pun menoleh dan berkata pada Zaki dan Joko, "Kalian pergi siapkan tali perangkap kuda sebanyak mungkin, kita akan membalas musuh dengan cara yang sama."Zaki dan Joko langsung merasa sangat bersemangat saat mendengar perintah itu. Mereka segera merespons perintah itu dan segera pergi menyiapkan tali perangkap kuda.Saat ini, hanya tersisa Darsa dan para wakil jenderal yang berada di dalam tenda. Setelah mengumpulkan mereka, Darsa berkata, "Sekarang hanya sisa kalian
Mengingat tali jebakan kuda, Zaki langsung mengumpat, "Tuan, aku menderita kerugian besar di tangan Wira sebelumnya juga karena tali perangkap kuda ini. Kali ini aku harus membuat mereka membayar perbuatan mereka."Darsa tersenyum karena dia juga tahu kerugian yang sudah dialami Zaki, lalu berkata, "Hehe. Aku sudah mendengar tentang hal itu. Musuh memang terlalu licik. Bukan hanya memasang tali perangkap kuda, mereka juga menebar paku kuda di jalur mundur. Benar-benar licik dan kejam."Zaki menganggukkan kepala karena situasi kali ini memang cukup sulit untuk dihadapi. Jika bukan karena tali perangkap kuda, dia tidak akan kehilangan ratusan kuda perang begitu saja. Oleh karena itu, saat mendengar Darsa akan menggunakan tali perangkap kuda, dia langsung menganggukkan kepala dengan sangat bersemangat.Joko yang berada di samping berkata, "Kalau hanya mengandalkan tali perangkap kuda, dampaknya nggak terlalu besar. Musuh akan menyerang dari atas bukit dan melewati pintu masuk lembah. Kala
Mendengar kata dari selatan ke utara, Zaki dan Joko langsung tertegun dan kembali melihat peta di depan mereka.Setelah mengamati petanya dari sudut pandang berbeda, Zaki langsung terkejut sampai keringat dinginnya mengalir dan berkata dengan pelan, "Aku mengerti sekarang. Kalau tebakanku benar, mereka akan memblokir kita sepenuhnya di wilayah utara kalau mereka berhasil merebut Gunung Linang ini. Dengan begitu, seluruh wilayah dari Gunung Linang ke selatan akan dikuasai Wira."Mendengar perkataan itu, Darsa tersenyum.Setelah mendengar analisis Zaki, Joko yang berdiri di samping juga akhirnya mengerti situasinya dan berkata, "Ternyata begitu. Kalau begitu, selama pasukan Wira belum berhasil merebut Pulau Hulu dan bergerak ke Gunung Linang, mereka akan terus menyerang kita, 'kan?"Mendengar perkataan itu, semua orang tersenyum.Sementara itu, Darsa menganggukkan kepala dan berkata, "Benar. Sekarang mereka sudah menggunakan rencana saluran air dan kavaleri untuk menyerang kita pun masih
Zaki menambahkan, "Benar. Tuan, setelah memenangkan pertempuran ini, Wira pasti akan langsung pergi. Dia mana mungkin melancarkan serangan kedua."Mendengarkan perkataan keduanya, Darsa tersenyum dan berkata, "Aku tentu saja sangat yakin. Apa kalian tahu kenapa Wira bisa menyerang kita?"Kedua orang itu langsung tertegun sejenak karena sebelumnya mereka memang tidak memikirkan alasan di balik serangan itu.Zaki langsung tercengang sejenak, lalu berkata, "Tuan, bukankah mereka menyerang karena ingin merebut Pulau Hulu ini? Apa mereka punya tujuan lain?"Mendengar pertanyaan itu, Darsa tersenyum. Namun, dia tidak langsung menjawab, melainkan menatap Joko dan berkata sambil tersenyum, "Menurut kalian?"Joko juga tertegun karena dia tidak menyangka Darsa akan melemparkan pertanyaan ini padanya. Setelah berpikir sejenak, dia baru menjawab, "Menurutku, Wira memang ingin merebut Pulau Hulu ini. Tapi, apa mereka ada rencana di balik ini, aku masih belum terpikirkan."Semua orang juga langsung
Mendengar Darsa memuji dan bahkan memberikan penilaian yang sangat tinggi terhadap orang yang bernama Adjie ini, Zaki mengernyitkan alis dan berkata, "Tuan, kenapa kamu malah memuji musuh kita? Menurutku, nggak peduli siapa pun dia, tombakku ini pasti akan membunuhnya."Semua orang sudah terbiasa dengan temperamen Zaki yang buruk, sehingga kebanyakan dari mereka hanya tersenyum.Beberapa saat kemudian, Joko yang berdiri di samping pun tersenyum dan berkata, "Orang ini memang pandai menyusun strategi. Kalau tebakanku nggak salah, rencana membuka saluran air ini pasti ide dari Adjie, 'kan?"Joko menatap Guntur yang sedang berlutut saat mengatakan itu, jelas sedang bertanya pada Guntur.Setelah tertegun sejenak, Guntur baru berkata, "Benar, dia juga yang mengatur strategi penyerangan kami tadi. Tapi, kami benar-benar nggak menyangka dia bisa begitu keterlaluan sampai menjadikan orang-orang dari Desa Riwut sebagai umpan."Zaki mendengus, lalu langsung menendang Guntur dan berteriak dengan
Mendengar perkataan Darsa, semua orang menganggukkan kepala. Menurut mereka, apa yang dikatakan Darsa memang masuk akal.Pada saat itu, pintu tenda tiba-tiba terbuka dan Joko berjalan masuk. Setelah memberi salam pada Zaki, dia menatap Darsa dan berkata, "Aku sudah menangani semua perintah Tuan Darsa, sekarang tinggal menunggu laporan dari mata-mata. Kami sudah mengerahkan banyak mata-mata. Kalau ada informasi, mereka pasti akan segera melaporkannya."Mendengar laporan itu, Darsa merasa sangat puas. Dia menatap semua orang dan berkata, "Baiklah. Karena semuanya sudah diatur, sekarang kita akan menyusun rencana perang. Bisa dipastikan para perampok di Desa Riwut sudah bergabung dengan pasukan Wira. Apa kita berhasil menangkap salah satu dari mereka?"Tepat pada saat itu, salah seorang wakil jenderal yang bertugas untuk membersihkan medan perang memberi hormat dan berkata, "Tuan, sebelumnya kami memang berhasil menangkap satu tahanan. Orang ini tadinya berpura-pura mati, tapi untungnya p
Mendengar perkataan itu, Darsa menganggukkan kepala. Melihat Joko hendak pergi, dia baru teringat sesuatu dan perlahan-lahan berkata, "Oh ya. Setelah selesai mengatur semuanya, datang lagi ke sini. Aku harus merencanakan beberapa hal lagi untuk langkah selanjutnya.""Baik!" jawab Joko.Setelah Joko pergi, Darsa mengernyitkan alis. Pada saat itu, dia melihat Zaki masuk dari luar. Dia langsung tertegun sejenak saat melihat Zaki, lalu bertanya, "Bagaimana? Pikiranmu sudah jernih?"Mendengar pertanyaan Darsa, Zaki menganggukkan kepala dan langsung berkata sambil memberi hormat, "Tuan Darsa, maaf, sebelumnya aku memang terlalu gegabah. Tapi, kali ini ada begitu banyak saudara kita yang tewas, aku benar-benar merasa nggak rela."Darsa tersenyum, lalu berkata, "Hehe. Ini bukan masalah, kita akan membalasnya lain kali. Kali ini mereka memang menang, tapi menang dan kalah adalah hal yang biasa dalam dunia peperangan. Kalau kamu putus asa dan hanya memikirkan soal balas dendam karena kekalahan k