Raja Bakri mencibir, “Bersumpah atas nama ayahmu? Bukannya ayahmu itu juga pemberontak?”“Yang Mulia ....” Yudha merasa sangat marah dan mengepalkan tangannya erat-erat sambil berkata, “Ayahku sudah meninggal. Aku harap Yang Mulia tidak menghinanya lagi!”Para pengawal istana yang berada 60 meter jauhnya langsung menyerbu keluar dan mengepung paviliun sambil menghunuskan pedang.“Memangnya kenapa kalau aku menghinanya? Apa kamu berani membunuhku?” Raja Bakir tersenyum sinis, lalu menjauhkan diri dari Yudha dan membentak, “Putro sangat cerdas, sedangkan ayahmu mengendalikan pasukan militer. Mereka berkomplot dengan Raja Darojati untuk merebut kedudukanku, tetapi aku berhasil menumpas mereka. Apa lagi sebutan yang cocok untuk mereka kalau bukan pemberontak?”“Yang Mulia!” Yudha berkata dengan kesal, “Ayah sangat setia pada istana dan tidak pernah berpikir untuk berkhianat. Dulu, Raja Darojati menulis surat untuk Ayah dan meminta Ayah menggerakkan prajurit untuk membantunya, tapi Ayah men
Tadi, Raja Bakir hanya merasa marah karena Yudha berani melawannya. Jika bukan karena para menterinya membantah dan Yudha masih bermanfaat, Raja Bakir pasti sudah memenggalnya dari dulu.Kemal melirik ekspresi Raja Bakir, lalu buru-buru menarik Yudha dan menegur, “Yudha, kenapa kamu menyinggung Yang Mulia? Cepat minta maaf padanya. Apa kamu nggak mau keluargamu melewati Tahun Baru dengan tenang?” Saat memikirkan ibunya yang sakit dan adik-adiknya yang masih kecil, Yudha pun menjadi sedih. Dia bersujud dengan hati yang dipenuhi rasa putus asa dan berkata, “Yang Mulia, maafkan aku karena sudah menyinggungmu. Tapi, aku benar-benar tidak pernah berpikir untuk mengkhianati Yang Mulia. Harap Yang Mulia bisa memaafkanku!”“Yang Mulia! Maafkanlah dia!” Kemal, Suhendra, dan Gatot menatap Raja Bakir dengan penuh harapan.“Aku tahu kamu berkata jujur karena memikirkan kerajaan ini. Aku akan memaafkanmu!” kata Raja Bakir dengan ekspresi datar. Kemudian, dia berbalik untuk pergi sambil berkata, “M
Senia yang mengenakan gaun merah dan dipadu dengan mahkota emas terlihat sangat cantik. Dia menerima surat rahasia itu dan membacanya. Setelah itu, dia langsung berseru gembira, “Kerajaan Nuala akan segera hancur!”Seorang anak kecil yang mengenakan jubah bermotif naga bertanya dengan heran, “Ibu? Ada berita baik?”“Otto!” Senia mencubit pipi Otto, lalu berkata sambil tersenyum, “Raja Bakir mengira Tuan Wahyudi hanyalah seorang pesuruh, lalu memberi perintah untuk melarangnya mengikuti ujian kerajaan dan bekerja untuk istana. Berhubung Tuan Wahyudi nggak akan membantu Raja Bakir, Kerajaan Agrel nggak usah khawatir lagi.”“Oh!” Raja yang masih kecil itu terlihat bingung.Duk! Duk! Duk! Senia mengetuk meja, lalu seorang pelayan istana tiba-tiba muncul tanpa suara. Senia bertanya dengan penuh wibawa, “Apa sudah ada kabar dari Pasukan Elang Hitam di Provinsi Jawali?”“Lapor, Ibu Suri. Mata-mata kita pernah menawarkan giokmu kepada Tuan Wahyudi, tapi dia tidak menerimanya.” Pelayan itu berl
“Yang namanya pria nggak akan nolak wanita cantik! Lagian, kamu juga sudah nggak mungkin bersama Panglima Yudha lagi. Ngapain kamu khawatir soal itu?” Farrel mengedipkan matanya dan melanjutkan, “Aku juga ingin mencarikan pria yang baik untukmu. Biar bagaimanapun, kamu itu sahabat baikku. Nggak mungkin aku membiarkanmu menikah sama pecundang.”“Nggak usah sok baik!” Belani mendengus, “Aku tahu kamu mau merusak hubungannya dan Panglima Yudha supaya mereka nggak beraliansi, lalu merusak rencana Keluarga Barus.”“Wah, Cantik, kamu makin pintar saja!” Farrel menekan dagu Belani, lalu mengecup bibirnya dan berkata, “Aku jadi nggak rela memberikanmu pada pria lain.”“Kamu!” Dicium oleh sesama wanita adalah hal yang memalukan. Belani pun tidak bisa berkata-kata....Di Kediaman Linardi di kota provinsi.“Wulan, apa kamu sudah tahu soal dekrit yang diturunkan istana?” Melati melambaikan selembar surat resmi dan membaca isinya, “Wira Darmadi dari Dusun Darmadi yang terletak di Kabupaten Uswal m
Di pengadilan daerah Kabupaten Uswal.“I ... ini?” Fadil yang baru diangkat menjadi patih memegang surat dari istana dengan terkejut.Dikatakan bahwa Wira ingin merebut jasa dalam mengalahkan bangsa Agrel sehingga membuat Raja Bakri marah. Oleh karena itu, dia pun dilarang mengikuti ujian kerajaan dan bekerja untuk istana.Namun, saat Yudha datang waktu itu, dia terlihat sangat menghormati Wira. Fadil menyaksikan hal ini sendiri, bukan mendengar kabar dari orang lain. Namun, pihak istana malah memberikan “hadiah” seperti ini.Tidak peduli apakah Wira benar-benar berjasa atau tidak, Raja Bakri sepertinya sangat membenci Wira. Berhubung Raja Bakri sudah menunjukkan sikap seperti itu, sikap pengadilan daerah terhadap Wira juga harus berubah.Fadil mengetuk-ngetuk meja, lalu berseru, “Pengawal, suruh Pak Regan kemari!”Tidak lama kemudian, Regan yang baru diangkat menjadi jenderal militer pun berkata dengan hormat, “Pak Fadil mau kasih perintah apa?”Fadil bertanya tanpa ekspresi, “Pak Reg
“Apa Raja sudah gila? Kak Wira sudah berjasa besar, tapi dia bukannya mendapat penghargaan dan malah dihukum. Kalau dilarang ikut ujian kerajaan dan bekerja untuk istana, itu setara dengan menghancurkan masa depan Kak Wira!”“Raja benar-benar nggak masuk akal! Dulu, Panglima Dirga dibunuh padahal sudah berjasa pada kerajaan. Sekarang, giliran Kak Wira yang dihukum setelah berjasa besar.”“Raja dan para pejabat di istana benar-benar bodoh! Kalau nggak, mana mungkin Kerajaan Nuala bisa ditindas bangsa Agrel!”Sekelompok orang berdiskusi dengan marah.“Sudahlah!” Wira berkata dengan suara berat, “Jangan ngomong begitu di luar sana. Kalau nggak, kalian bakal dihukum mati!”Semua orang pun menunduk. Mereka tahu apa konsekuensi dari mengatakan hal seperti itu. Dulu, jangankan mengkritik Raja, mereka bahkan tidak berani mengkritik seorang patih. Namun, setelah mengalami banyak hal bersama Wira, ada banyak orang yang sudah mulai bernyali.“Kak Wira, kami merasa kamu diperlakukan dengan sangat
Wira mengangguk, lalu berkata, “Coba kamu pilihkan sekelompok orang yang bisa diandalkan dan pintar. Tempatkan dulu mereka di Desa Tiga Harimau. Aku akan menyuruh orang untuk melatih mereka di sana. Nggak boleh ada orang lain yang mengetahui hal ini, ya.”“Oke!” Gavin mengiakannya, lalu segera pergi.Wira juga berjalan ke depan pintu dan menatap kepergian Gavin dengan ekspresi serius. Dia sudah membantu istana untuk mengalahkan bangsa Agrel, tetapi istana malah bersikap seperti ini terhadapnya. Tidak mungkin dia tidak merasa kesal.Dekrit yang diturunkan Raja Bakir akan mendatangkan banyak bahaya bagi Wira. Demi keluarganya, dia harus menyiapkan beberapa cara lain untuk melindungi diri.Setelah menghela napas panjang, Wira keluar dari rumah dan mulai tersenyum. Saat ini, seluruh penduduk dusun sedang menunggu giliran untuk mengambil barang yang disiapkan Wira. Orang yang sudah mendapat bagian mereka pun berjalan pulang ke rumah dengan gembira.Saat melewati tahun baru sebelumnya, merek
Benda sejenis petasan yang dijual di Kabupaten Uswal adalah tabung bambu yang diisi dengan niter, belerang, dan arang. Saat meledak, petasan jenis ini akan menghasilkan suara ledakan yang kuat dan asap tebal. Setelah membeli petasan itu dan mencobanya, Wira merasa efeknya kurang bagus. Jadi, dia pun menambahkan sedikit bubuk mesiu dan membuat sumbu petasan sendiri. Begitu dinyalakan, semua penduduk dusun pun terkejut.“Oke!” Setelah mendapat izin dari Wira, Danu mengambil sebuah petasan, lalu menyalakannya dan melemparnya ke luar. Seluruh penduduk dusun yang berkeliling buru-buru menutup telinga mereka.Duar! Petasan itu mengeluarkan ledakan yang kuat, cahaya api, dan asap tebal.“Aku juga mau coba satu!”“Kak Danu, aku juga mau!”“Aku juga!”Sony, Danur, Padi, dan beberapa penduduk dusun juga maju dan ingin mencobanya. Kemudian, satu per satu orang pun mencoba menyalakan petasan dengan hati-hati.Duar! Duar! Suara ledakan memenuhi seluruh dusun. Beberapa orang tua menyaksikannya dari
Di mata semua orang, Doly sudah menjadi pengkhianat yang tidak termaafkan. Keadaannya bisa terpuruk seperti sekarang, dia mereka benar-benar menyedihkan dan menggelikan."Tuan Wira, aku akan kembali ke kamarku untuk beristirahat dulu. Tubuhku masih terluka, jadi harap Tuan Wira bisa memakluminya," kata Doly. Melihat Wira menganggukkan kepala, dia pun pergi.Pada saat yang bersamaan, Wira juga bergegas kembali ke kamarnya. Semua urusan sudah hampir selesai, sekarang dia benar-benar perlu beristirahat. Dia sudah tidak tidur selama satu hari satu malam dan sekarang dia merasa sangat lelah.Setibanya di kamar, Wira langsung tertidur. Selain itu, dia juga sudah memerintahkan pengawal yang berjaga di luar untuk tidak membangunkannya jika tidak ada hal yang mendesak. Masalah di wilayah tandus di utara dan bencana banjir sudah selesai diatasi, dia akhirnya bisa tidur dengan nyenyak.....Di Kerajaan Agrel.Setelah perjalanan selama beberapa hari, Senia dan rombongannya akhirnya sudah kembali k
"Untuk sementara ini nggak perlu," kata Wira sambil melambaikan tangan pada Doly.Doly berkata dengan tegas, "Orang itu sangat keras kepala, mungkin hanya Dokter Arifin yang punya kemampuan untuk membuatnya berbicara. Sekarang kita harus segera mencari cara untuk menghadapi makhluk beracun itu sebelum Senia kembali ke wilayah tandus di utara dan mengembangkan lebih banyak makhluk beracun. Ini akan menjadi bencana bagi rakyat.""Aku tahu Tuan Wira selalu mengutamakan kebaikan dan kesejahteraan rakyat, kamu pasti nggak ingin melihat hal itu terjadi, 'kan? Saat itu aku juga melawan Senia karena hal ini dan akhirnya aku terancam mati. Kalau nggak ada bantuan Tuan Wira, mungkin sekarang aku sudah mati."Dia ingin segera mengetahui kebenarannya bukan karena dendam pribadi. Meskipun suatu hari nanti Senia kalah dan berdiri di hadapannya, dia juga tidak akan sanggup membunuh Senia. Bagaimanapun juga, dia tidak pernah menganggap Senia sebagai musuhnya. Mungkin semua ini hanya karena perbedaan p
Wira menunggu respons dari Nayara. Namun, Nayara menggertakkan giginya dengan erat dan tetap tidak berbicara, seolah-olah tidak mendengar apa-apa. Dari keringat dingin di keningnya, dia bisa melihat Nayara sebenarnya juga sangat bingung dan jelas ketakutan. Dia benar-benar tidak mengerti apa yang sebenarnya sedang dipertimbangkan Nayara."Biarkan dia memikirkannya dengan baik dulu, beri dia sedikit waktu lagi. Lagi pula, sekarang kita juga nggak terburu-buru. Meskipun dia memberi tahu kita rahasia dari makhluk beracun itu, kita juga nggak bisa langsung menemukan cara untuk menghadapinya. Harapan kita masih tergantung pada Lucy," kata Wira.Mengenal diri dan lawan adalah kunci kemenangan. Bukan hanya bisa menciptakan racun, guru agung ini juga bisa mengendalikan situasinya. Wira dan yang lainnya juga menyaksikan langsung kejadian itu dan memang sangat menakutkan.Meskipun bisa mengatasi makhluk beracun itu, mereka juga tidak bisa menekan kekuatan guru besar ini. Jika guru besar ini munc
"Kenapa?" tanya Wira.Nayara tidak berbicara lagi, hanya duduk diam di tempatnya dan ekspresi tetap terlihat memohon untuk mati.Doly berjalan ke depan Nayara dan mendengus, lalu berkata dengan tenang, "Karena tubuhmu sudah diracuni seseorang. Jadi, kalau kamu mengatakan sesuatu pada Tuan Wira, mungkin kamu akan sangat menderita. Kamu juga takut dengan rasa sakit itu, jadi kamu memilih cara ini untuk mengakhiri hidupmu. Benar, 'kan?"Nayara mendongak dan melirik Doly, tetapi tetap tidak mengatakan apa pun.Namun, Wira bisa melihat tatapan Nayara yang membuktikan perkataan Doly memang benar dan mungkin itu memang kenyataan yang sebenarnya.Wira pun melanjutkan, "Kamu sebenarnya boleh memercayaiku. Aku nggak peduli apa pun yang kamu sembunyikan di dalam hatimu. Kalau memang seperti yang dikatakan Doly, aku bisa mencari orang untuk menyembuhkan racun itu. Nggak butuh waktu lama, kamu juga akan sembuh total."Nayara menggelengkan kepala dan bergumam, "Nggak ada gunanya. Nggak ada orang yan
Nayara memang sudah bersekongkol dengan Senia dan saat itu orang yang bertugas untuk menemuinya adalah Doly, sehingga dia mungkin melupakan wajah Doly.Namun, sekarang Senia sudah meninggalkan Provinsi Yonggu dan berselisih dengan Wira. Wira bahkan sudah bersiap mengejar dan membunuh Senia. Nayara berpikir jika Doly berada di pihak yang sama dengan Senia, Doly pasti sudah pergi juga dan saat ini tidak akan muncul di kamarnya.Doly tidak menghiraukan perkataan Nayara, hanya menatap Nayara dengan dingin. Bahkan dia sendiri pun merasa jijik dengan orang licik seperti Nayara. Setidaknya, dia tidak akan pernah mengkhianati tuannya, apalagi melakukan perbuatan keji seperti ini.Nayara jelas tahu orang di depannya adalah musuh bebuyutannya. Namun, demi keuntungannya sendiri, dia tetap tega bekerja sama dengan pihak musuh. Doly bertanya-tanya mengapa ada orang yang sekeji ini di dunia. Orang seperti ini pantas dibunuh oleh siapa pun.Wira kembali menatap Nayara dan berkata dengan tenang, "Seka
"Kalau aku nggak percaya perkataan mereka, jadi aku harus percaya perkataan siapa?" kata Wira sambil tersenyum dingin.Nayara segera berkata, "Tuan Wira tentu saja harus percaya perkataanku. Aku sudah berada di pihakmu dan bahkan menceritakan segala sesuatu tentang Desa Damaro padamu, ini sudah cukup untuk membuktikan kesetiaanku.""Aku tahu, pasti ada orang yang iri melihatku makin dekat dengan Tuan Wira belakangan ini. Hubungan kita juga makin baik, jadi ada orang yang cemburu dan membisikkan hal-hal yang nggak benar agar Tuan Wira salah paham padaku."Wira menggelengkan kepala sambil tersenyum dingin merasa Nayara ini benar-benar tidak tahu diri. Dia sudah berdiri di hadapan Nayara karena ingin memberinya satu kesempatan untuk mengakui semuanya dengan patuh. Namun, sampai sekarang pun Nayara masih mencari berbagai alasan untuk membela diri, dia benar-benar merasa kecewa.Dia berdiri dan berjalan ke belakang Nayara, lalu menekan pundak Nayara dan berkata, "Kalau aku nggak punya bukti
Nayara berkata sambil menggertakkan giginya, "Dia tentu saja musuh bebuyutanku. Aku nggak akan melupakan apa yang terjadi di Desa Damaro, bahkan sampai sekarang pun aku masih sering bermimpi tentang pemandangan semuanya mati dengan mengerikan di depanku. Semua ini adalah ulah Senia. Aku tentu saja nggak akan pernah berhubungan apa pun dengannya.""Kalau benar-benar ada, itu pun hanya hubungan hidup atau mati. Entah dia yang membunuhku atau aku yang membunuhnya. Kalau bukan karena dendamku pada Senia, aku mana mungkin tega menyerang Dahlan."Nayara berbicara dengan penuh amarah dan tatapan yang penuh dengan niat membunuh, bahkan matanya pun sudah memerah. Ini cukup untuk menunjukkan betapa besar amarah yang tersimpan di hatinya.Namun, Wira tidak menghiraukan perkataan Nayara, melainkan mendengus dan berkata sambil bertepuk tangan, "Aku mengakui aktingmu benar-benar hebat, bahkan aku pun sudah tertipu. Mungkin karena aku percaya dengan apa yang terjadi di Desa Damaro dan juga padamu.""
Wira baru teringat kembali dia sudah melupakan orang yang begitu penting. Berkat peringatan dari Doly, dia sudah mengetahui Nayara bukan orang yang sejalan dengannya dan sudah berpihak pada Senia. Nayara bisa mendekatinya karena ingin menjadi mata-mata di sisinya, sehingga bisa membocorkan informasi mereka pada Senia dan sekaligus menyesatkan dirinya.Mengingat semua perbuatan Nayara, Wira benar-benar marah. Nayara berasal dari Desa Damaro, tetapi dia tega melihat para penduduk desa mati secara tragis hanya demi kepentingan pribadinya dan bahkan berpihak pada musuhnya. Syarat apa yang sebenarnya sudah ditawarkan Senia sampai membuatnya begitu setia dengan Senia? Dia bahkan sampai mengabaikan hubungan kekeluargaan.Dalam sekejap, Wira sudah sampai di depan kamar Nayara dan mendengar suara teriakan dari dalam."Cepat lepaskan aku. Aku ingin bertemu dengan Tuan Wira. Aku adalah tamu kehormatan Tuan Wira. Saat Tuan Wira datang ke Desa Damaro, aku yang mengenalkannya. Aku bahkan rela mengor
Doly segera bertanya dengan nada penasaran, "Apa kamu membiarkan mereka pergi karena masih mengenang masa lalu?"Bagi Doly, Senia seperti bom waktu yang bisa meledak kapan saja. Terlebih lagi, dia dikelilingi oleh orang seperti Panji yang licik dan berbahaya.Mereka berdua layaknya dua serigala yang saling mendukung untuk menebar kekacauan. Jika kali ini mereka gagal dibunuh dan dibiarkan lolos begitu saja, masalah di masa depan akan makin sulit untuk diatasi. Pada saat itu, dunia mungkin akan jatuh ke dalam kehancuran besar.Meskipun ada hubungan masa lalu yang harus dipertimbangkan, Doly tetap berharap bahwa Wira bisa membunuh Senia. Dengan begitu, masalah ini bisa diselesaikan untuk selamanya. Semua ini demi rakyat jelata yang tak berdosa.Meskipun kedua belah pihak berada di kubu yang berbeda dan bahkan bukan dari bangsa yang sama, peperangan yang terus-menerus sudah membawa banyak penderitaan. Mana mungkin mereka bisa terus merenggut lebih banyak nyawa lagi?Wira bertanya, "Kamu p