Preman yang memimpin berkata sambil tertawa, "Gadis cantik, kamu tahu kami mau berbuat apa. Cepat serahkan metode rahasia supaya kamu nggak perlu disiksa!"Lestari bertanya dengan wajah yang pucat pasi, "Kalian orang suruhan Keluarga Sutedja?""Menurutmu?" ucap preman. Dia tidak mengaku ataupun menyangkal. Kemudian, dia mengeluarkan pisau, lalu menggerakkannya di wajah Lestari seraya berujar, "Cepat serahkan metode rahasia. Kalau nggak, aku akan menggores wajahmu!"Lestari menyahut, "Aku ... aku nggak tahu metode rahasia apa pun. Nggak ada gunanya kamu menggores wajahku!" Ketika pisau bergerak di wajahnya, Lestari yang gemetaran bersiap mengaku.Lestari tahu jelas nilai dari metode rahasia produksi gula. Nominal uangnya sangat besar. Kalaupun harus mengorbankan wajahnya, Lestari juga akan membantu Wira merahasiakan metode produksi gula dan tidak akan menyerah.Preman tersebut mengancam, "Kamu cukup berani juga, ya. Nanti aku baru gores wajahmu, biar aku tusuk sepuluh jarimu dulu!"Prem
Pagi harinya, di pengadilan daerah. Iqbal yang baru tidur saat tengah malam bangun. Selesai mandi, dia bahkan tidak sarapan.Seorang petugas pengadilan berlari masuk dengan terburu-buru, "Pak Iqbal, inspektur istana mengutus orang untuk menyampaikan mereka sudah sampai di daerah yang berjarak 5 kilometer dari Kabupaten Uswal. Mereka datang untuk memeriksa keadaan rakyat dan memintamu mendampingi!""Inspektur istana!" seru Iqbal seraya mengernyit. Setelah terdiam beberapa saat, dia baru berkata, "Suruh Regan kemari!"Inspektur istana adalah pejabat dari lembaga pengawas. Mereka tidak memiliki kuasa untuk mengadili, tetapi bisa melapor berdasarkan kabar yang beredar. Banyak kasus besar di pemerintahan yang dilaporkan oleh inspektur istana. Bahkan, pejabat tingkat ketiga bisa ditumbangkan.Inspektur istana selalu menginspeksi secara diam-diam saat datang ke berbagai tempat. Tidak ada yang pernah seheboh ini!Sekarang, inspektur istana malah menyampaikan agar Iqbal ikut mendampingi. Kalau
"Aku nggak punya waktu untuk berbicara omong kosong dengan kalian. Cepat beri tahu mereka resep rahasia yang diinginkan Keluarga Sutedja!" ucap Kepala petugas patroli, Lisun. Dia menutup hidung dan mulutnya, lalu melemparkan dua perhiasan ke tanah.Suryadi berseru, "Lestari!" Setelah mengambil perhiasan, sosoknya tampak gemetar dan wajahnya sangat pucat.Kemudian, Suryadi menerjang ke arah Lisun layaknya binatang buas dan berseru, "Dasar berengsek! Apa yang kamu lakukan pada putriku? Kalau terjadi sesuatu padanya, aku akan bertarung mati-matian denganmu!"Dari kedua perhiasan itu, salah satunya dibeli oleh Suryadi dan satunya lagi dibeli oleh Wira. Putrinya itu sangat menyukai kedua perhiasan tersebut dan mengenakannya setiap hari.Brak! Lisun mengangkat lututnya. Sosok Suryadi yang ditendang dengan keras pun tampak meringkuk. Dia menahan rambut Suryadi, lalu mengangkat kepalanya seraya berkata dengan suara tegas, "Putrimu sekarang dalam keadaan baik, tapi kalau kamu masih keras kepala
"Lestari sudah diculik!" ucap Wira yang matanya memerah dan urat di kedua kepalan tangannya terlihat sangat jelas. Sorot matanya memancarkan niat membunuh, lalu dia berkata, "Ayo, kita pergi ke rumah Keluarga Sutedja. Semuanya, bawa Pedang Treksha!"Enam puluh orang yang memasuki kota dengan pedang bisa menimbulkan kepanikan dengan mudah. Itu sebabnya, semua pedang disimpan dalam kereta kuda. Sepuluh veteran Pasukan Zirah Hitam dan 50 veteran lainnya mengambil Pedang Treksha, lalu menggantungkannya di pinggang mereka dengan niat membunuh yang kuat!Wira telah berjuang mati-matian di perbatasan. Dia mengalahkan 100.000 pasukan bangsa Agrel dan mendapatkan prestasi besar! Dia telah melindungi jutaan orang dari bahaya, termasuk para keluarga kaya kabupaten di Kabupaten Uswal!Alhasil, para keluarga kaya kabupaten ini menyakiti orang-orang yang paling dekat dengan Wira dan hendak merampas resep rahasianya! Di momen ini, mereka benar-benar kesal. Amarah mereka membeludak dan ingin sekali me
Ketika bangsa Agrel menyusup, Wira telah melakukan banyak hal berjasa di wilayah utara. Setelah dia kembali, semua masyarakat Kabupaten Uswal memandangnya sebagai sosok yang luar biasa dan sangat menghormatinya.Meskipun tidak tahu apa yang telah dilakukan Wira, Regan tahu bahwa karakter Iqbal dapat dipercaya! Lantaran takut sesuatu akan terjadi dengan toko besi, Regan sudah mengutus anak buahnya untuk berjaga sepanjang waktu, tetapi hasilnya tidak sesuai harapan!Kini, Wira telah kembali. Dia bahkan membawa 60 pasukan, 60 ekor kuda perang, dan 60 bilah pedang! Berdasarkan keberanian Wira dalam membantai Desa Tiga Harimau, bagaimana mungkin dia akan melepaskan Keluarga Sutedja begitu saja karena telah menculik Nona Lestari?Hanya saja, Wira yang langsung menerobos ke rumah Keluarga Sutedja menandakan bahwa Keluarga Sutedja telah melakukan kesalahan besar!....Kabupaten Uswal, 16 kilometer di barat kota.Iqbal melihat Kaesang Bakara yang berpakaian resmi mendekatinya, lalu berkata, "Tu
Kini, paman Wira difitnah dan dipenjarakan, sementara adik sepupunya diculik di tengah malam! Berdasarkan karakter Wira, Iqbal tidak tahu apa yang akan dilakukan olehnya! Namun, dia tahu bahwa jika terlambat kembali, situasi di Kabupaten Uswal pasti akan kacau balau!....Meski tidak mengetahui posisi rumah Keluarga Sutedja, bukanlah hal yang sulit untuk menanyakan alamat di Kabupaten Uswal! Setelah meninggalkan toko besi selama 15 menit, Wira memimpin 60 pasukan berkuda ke depan rumah Keluarga Sutedja!Itu adalah sebuah lahan besar berukuran sepuluh hektare, dengan dua singa batu di depan pintu, serta tiga gerbang yang dijaga oleh dua pengawal. Di bagian atas, ada sebuah plakat hitam bertulisan emas "Rumah Keluarga Sutedja".Kerajaan Nuala menetapkan aturan bahwa hanya keluarga pejabat yang boleh menggunakan kata "kediaman" di plakat rumah mereka. Tak peduli seberapa kaya seorang pedagang, mereka akan dianggap berstatus rendah dan hanya boleh menggunakan kata "rumah"!Kedatangan 60 pa
"Cari mati!" Sorot mata Pasukan Zirah Hitam dan veteran lainnya penuh dengan niat membunuh. Di Kota Pusat Pemerintahan Jagabu, dari prefektur tingkat keempat hingga wakil prefektur tingkat kelima harus bersikap hormat ketika bertemu dengan Wira.Kini, beraninya seorang keluarga kaya kabupaten mengancam Wira hanya karena dia merupakan pejabat sipil tingkat kedelapan! Lantaran sudah memutuskan untuk mengikuti Wira, merasa sontak emosi atas kelakuan Husni yang tidak menghormati Wira!"Oh, ya?" tanya Wira sembari tersenyum. Kemudian, dia melanjutkan, "Aku akan dipenjara karena menerobos ke rumah Keluarga Sutedja, lalu bagaimana dengan menghajarmu hingga lumpuh?"Husni menggertakkan giginya dan memelotot seraya menjawab, "Memangnya kamu berani?" Tatapan Wira tampak sangat suram, lalu dia berkata, "Patahkan kedua kakinya!"Krak! Krak! Sebelum orang lain bertindak, Fandi dan Rudi yang berjarak paling dekat segera mematahkan kedua kakinya!"Aahhh ...." Jeritan melengking bergema di jalanan. Se
Dilihat dari perlakuan Iqbal terhadap Wira, Wira pasti bukan orang biasa. Namun, apa yang hendak dilakukannya sekarang, yakni menjebak orang secara terang-terangan, sudah terlalu angkuh.Rudi mendengkus pelan dan berkata, "Huh, nggak semua orang punya kesempatan untuk menjadi orangnya Tuan Wahyudi. Nggak semua orang juga punya kesempatan bekerja bagi Tuan Wahyudi.""Tuan Wahyudi?" ujar Regan dengan mata berbinar. Setelah itu, dia buru-buru menangkupkan tinjunya tanda hormat dan berkata, "Jangan khawatir, Tuan. Saya akan kerjakan sekarang juga!"Sebelumnya, Regan bertugas melayani iring-iringan kereta para pejabat yang melakukan perjalanan ke selatan. Dia pernah mendengar cerita orang-orang tentang kondisi perang di utara.Panglima Yudha menunjuk seorang pria sebagai penasihat militer. Penasihat militer bernama Tuan Wahyudi itulah yang membuat strategi perang, menembak mati Raja Tanuwi, membakar 30.000 infanteri bangsa Agrel , dan menggunakan formasi kerbau api untuk menyerang markas b
"Selain kabut yang agak tebal, sepertinya nggak ada apa-apa di sini," ujar Agha sambil menggaruk kepalanya."Justru kabut di depan ini yang membuatku merasa ada yang nggak beres." Wendi mengernyit, lalu mengeluarkan sebuah botol porselen dari sakunya.Kemudian, dia segera mengeluarkan empat butir pil dari dalam. Setelah memakan sebutir, dia membagikan sisanya kepada mereka."Kabut ini beracun. Kalian cepat makan pil ini." ucap Wendi untuk memperingatkan.Tanpa ragu sedikit pun, Wira dan lainnya segera menelan pil itu.Wendi ahli dalam racun. Dia tentu bisa mendeteksi jika ada racun di kabut ini. Trik licik seperti ini tidak ada apa-apanya di hadapan Wendi.Ekspresi Wira menjadi sangat suram. "Ternyata ada orang yang ingin menghalangi jalan kita. Sepertinya jejak kita terdeteksi musuh."Saat berikutnya, terdengar tawa yang keras. Yang muncul di depan mereka tidak lain adalah Panji dan Caraka. Di belakang mereka terdapat banyak orang.Seiring dengan kemunculan mereka, kabut beracun itu p
Ini adalah kesempatan terbaik bagi mereka untuk bertindak!Jika mereka bisa membunuh Wira, anak buahnya tidak mungkin bisa apa-apa lagi. Dengan begitu, Provinsi Lowala dan Provinsi Yonggu akan jatuh ke tangan mereka!Ketika saat itu tiba, di seluruh sembilan provinsi, siapa yang bisa menandingi Senia? Kerajaan Agrel akan menyapu sembilan provinsi dan Senia akan menjadi penguasa baru!"Apa Wira dan lainnya benaran akan datang? Kalau perjalanan mereka tertunda, apa kita harus terus menunggu di sini?"Caraka bertanya sambil minum teh. Nada bicaranya terdengar tidak sabar. Karena kali ini mereka tidak membawa banyak orang, mereka tidak sepenuhnya menguasai informasi tentang Wira dan lainnya, hanya bisa menuruti spekulasi Panji.Panji mengusap janggutnya sambil tertawa. Kemudian, dia menyahut, "Nggak usah cemas. Dengan kecerdikan Wira, aku rasa nggak sulit bagi dia untuk tahu dari mana aku berasal.""Lembah Duka memang tempat yang sangat misterius, tapi banyak orang yang tahu keberadaannya.
Wira melirik ketiga orang itu sejenak, lalu menggeleng dengan putus asa. Orang-orang ini benar-benar seperti hantu kelaparan! "Kak, kulihat kamu bicara lama dengan pelayan tadi. Apa kamu sudah dapat informasi?" tanya Agha sambil membersihkan giginya dengan tusuk gigi dan beralih menatap Wira.Wira mengangguk, lalu menyahut, "Aku sudah tanya semuanya. Orang-orang yang menguasai kemampuan aneh itu berasal dari tempat yang disebut Lembah Duka. Lembah itu terletak di Provinsi Tengah.""Kalau kita ingin menyelidiki tentang Panji dan mencari cara untuk melawannya, kita harus pergi ke Provinsi Tengah dan mencoba masuk ke Lembah Duka!""Asalkan kita bisa masuk ke Lembah Duka, nggak peduli siapa sebenarnya Panji atau seperti apa hubungannya dengan orang-orang di sana, setidaknya misi kita sudah selesai setengah. Tentunya, kita akan menemukan cara untuk melawan Panji!"Mengetahui informasi musuh adalah kunci kemenangan. Karena orang-orang di Lembah Duka tidak sembarangan terlibat dengan urusan
"Provinsi Tengah? Sebaiknya lupakan saja deh ...." Wira menggeleng dan menghela napas. "Dengar-dengar, Provinsi Tengah memang makmur dan kaya, juga merupakan pusat dari wilayah barat. Banyak orang yang datang ke wilayah barat pasti pergi ke Provinsi Tengah.""Harus kuakui bahwa tempat itu memang bagus, tapi aku punya satu kekhawatiran, yaitu ...." Wira sengaja memperpanjang suaranya, lalu melanjutkan, "Katanya di sana ada banyak masalah dan banyak orang lokal yang menguasai ilmu hitam. Mereka biasanya tinggal di Provinsi Tengah.""Kita yang baru datang ini masih asing dengan wilayah barat. Kalau kita sampai menarik perhatian orang-orang seperti itu, bukankah kita akan celaka?""Pada akhirnya, kita malah cuma buang-buang tenaga, bahkan bisa kehilangan nyawa. Kalau begitu, untuk apa kita susah payah datang ke wilayah barat?"Saat berbicara, Wira terus mengamati pelayan di depannya, sembari mencoba menebak pikirannya.Daripada langsung bertanya tentang orang-orang yang menguasai kemampuan
Wira sampai tidak tahu harus bagaimana menghadapi adiknya yang satu ini!Tidak lama kemudian, mereka menemukan sebuah penginapan dan segera mengurus prosedur menginap.Setelah selesai menata barang, mereka turun ke lantai bawah dan segera memesan beberapa makanan. Agha pun makan dengan lahap."Kelihatannya sederhana saja, tapi rasanya lumayan enak! Kalian juga makan yang banyak!" ucap Agha sambil makan.Wira sama sekali tidak menghiraukannya dan malah menatap pelayan penginapan yang sedang berdiri di depan pintu.Karena di dalam penginapan tidak ada banyak orang, pelayan itu terlihat cukup santai dan sedang berdiri di depan pintu menikmati angin.Sekarang musim panas di wilayah barat. Wira dan lainnya juga tidak tahan menghadapi suhu yang terlalu tinggi ini, apalagi pelayan yang harus bekerja.Wira meletakkan peralatan makannya, lalu mendekati pelayan itu. Sambil tersenyum, dia bertanya, "Sobat, aku rasa kamu bukan orang asli sini, 'kan?""Benar, penilaianmu tajam sekali! Aku memang bu
Setelah melakukan penelitian, Wira memiliki pemahaman sederhana tentang wilayah barat. Jika dibandingkan dengan kesembilan provinsi, luas wilayah di wilayah barat memang kalah jauh.Wilayah ini terbagi menjadi lima zona besar, dengan zona pusat yang paling makmur, yang disebut Provinsi Tengah.Sementara itu, zona di timur, selatan, barat, dan utara dinamai sesuai dengan arah mata angin. Tempat mereka berada saat ini adalah Provinsi Utara.Namun, saat ini tidak ada petunjuk apa pun. Di wilayah barat ini, mereka juga tidak tahu harus bagaimana memulai penyelidikan tentang Panji. Jadi, mereka hanya bisa berjalan langkah demi langkah.Di gerbang masuk Provinsi Utara.Di depan gerbang tidak ada penjaga dan terlihat sangat sepi. Tidak ada yang perlu diherankan, karena wilayah barat tidak begitu berkembang. Jadi, tidak banyak orang yang datang kemari.Ketika mereka hampir memasuki kota, Wira memberi instruksi kepada orang-orang di sekitarnya, "Dengan penampilan kita ini, orang-orang akan tahu
Wira merasa senang mendengarnya. Dia segera mengambil peta itu dan mulai memeriksanya. Tak bisa dipungkiri, peta yang diberikan oleh Wardo sangat detail. Setiap jalan diberikan penjelasan yang jelas.Seperti yang Wardo katakan, untuk menuju ke wilayah barat, memang bukan hanya ada satu jalan. Namun, semua jalan itu memiliki kesamaan, yaitu harus melewati gurun!Dalam peta ini, bahkan jalan-jalan di gurun pun sudah dijelaskan dengan sangat rinci. Peta ini terlalu detail."Terima kasih," ucap Wira.Wardo melambaikan tangannya, lalu memandang ke arah orang-orang di belakangnya. Saat melihat mereka masih jauh dan tidak bisa mendengar percakapannya, dia menurunkan suara saat bertanya, "Kamu pasti Tuan Wira, penguasa Provinsi Lowala, 'kan?"Wira terkejut sesaat."Kamu nggak perlu menyembunyikan identitasmu lagi. Sebenarnya saat kamu bilang namamu Wiro, aku sudah bisa menebak kalau kamu adalah Tuan Wira.""Sebelumnya aku pernah meninggalkan desa ini untuk beberapa waktu dan mendengar beberapa
"Kalian ini bicara apa sih?" Agha menunjuk orang-orang di sekitar dengan tatapan dingin."Sudahlah!" Wira memberi isyarat mata kepada Agha, lalu menatap Wardo kembali."Yang mereka katakan juga benar. Meskipun bukan kami pembunuhnya, kematian orang-orang ini tetap ada kaitannya dengan kami. Kalau begitu, kami nggak akan berlama-lama lagi di sini."Ucapan Wira ini membuat banyak orang merasa lega. Jika Wira dan lainnya tetap tinggal di sini, kemungkinan besar akan terjadi masalah lagi. Jadi, lebih baik mereka pergi supaya desa kembali aman.Wardo mengangguk. "Aku mohon maaf, sebelumnya aku sudah salah paham kepada kalian.""Aku nggak nyangka, kalian begitu bijaksana. Kami nggak akan menghalangi lagi. Setelah kalian berkemas, silakan lanjutkan perjalanan kalian."Wira mengangguk, lalu membawa orang-orang di belakangnya menuju tempat mereka menginap semalam.Para penduduk desa melihat mereka dari jauh. Masih terlihat amarah pada ekspresi mereka."Orang-orang ini memang nggak tahu terima k
Caraka terkekeh-kekeh dan berkata, "Tentu saja aku punya rencana cadangan.""Apa itu?" Panji menatap Caraka dengan bingung.Orang ini sepertinya lebih licik dan penuh perhitungan daripada yang dibayangkan. Sebenarnya jika dipikir-pikir, itu masuk akal. Jika Caraka tidak licik, bagaimana mungkin dia bisa sampai di posisi seperti ini? Bahkan, dia perlahan-lahan menjadi tangan kanan Senia."Rencananya, aku akan ...." Caraka berbisik di samping telinga Panji, sambil merendahkan suaranya.Setelah mendengar rencana Caraka, Panji tak bisa menahan tawa. Sambil menunjuknya, dia berkata, "Kamu jauh lebih kejam dariku!"Mereka saling bertukar senyum dan tidak ada yang melanjutkan percakapan lagi. Sesaat kemudian, mereka berdua beranjak pergi. Sepertinya tidak ada lagi yang menarik untuk ditonton, jadi mereka lebih memilih untuk pergi.Mereka akan mengikuti rencana yang sudah disusun. Mereka yakin Wira dan lainnya tidak akan bisa membalikkan situasi.Pada saat yang sama, di pintu masuk desa.Setel