Ini pertama kalinya para bandit itu memakai baju zirah. Mereka sedikit tidak leluasa dan tidak tahu cara memanfaatkannya semaksimal mungkin.Lain halnya dengan para veteran Pasukan Zirah Hitam dan prajurit veteran lain yang mengenakan baju zirah terusan dan membawa pedang. Keterampilan seni bela diri mereka jauh di atas para bandit. Mereka juga memiliki pengalaman bertempur di medan perang yang kaya.Para veteran ini mengabaikan senjata yang digunakan para bandit untuk menyerang. Sebaliknya, mereka mengandalkan baju zirah mereka untuk bertahan. Begitu Pedang Treksha ditebaskan, bandit langsung jatuh dan menjerit kesakitan.Prajurit veteran bertempur sesuai perintah saat berperang kavaleri bangsa Agrel. Namun, saat melawan para bandit, mereka memukul membabi buta tanpa sedikit pun rasa takut.Dalam waktu singkat, para bandit kejam itu sepenuhnya dikalahkan. Sebagian besar dari 300 orang bandit itu tergeletak di tanah sambil menjerit kesakitan, sementara sisanya berpencar dengan tergesa-
Meri mengerutkan alisnya, tampak tidak puas. Mengetahui sifat adiknya, Molika kembali memperingatkan dengan cemas, "Jangan pernah berpikir untuk kabur. Kamu bisa mati kalau membuatnya marah. Dia bukan orang baik!" Kali ini, Meri mengangguk setuju. Si pencuri ini memang bukan orang baik.Lima belas menit sudah berlalu. Meski tidak rela, kakak beradik itu tetap harus berpisah. Iring-iringan kereta itu pun berangkat. Meri ikut dengan Wira ke Dusun Darmadi untuk menjadi sandera jangka panjang. Sementara itu, Molika berdiri diam di tempatnya, menyaksikan kereta itu pergi.Para bandit lainnya berkumpul, termasuk Jamal yang bergegas mendekat. Jamal berkata, "Nggak usah khawatir, Ketua. Tuan Wira itu pria yang baik. Dia juga sangat baik pada saudara-saudaraku sebelumnya, dia nggak akan menyiksa Ketua Meri.""Orang yang baik?" Bibir Molika berkedut-kedut saat dia berkata, "Jamal, Meri dan aku berakhir begini karena nggak mendengarkan nasihatmu. Aku harus minta maaf padamu.""Nggak perlu begitu,
Di kejauhan, Farrel dan gadis berpakaian ungu yang mengenakan jubah mondar-mandir di dusun. Meri tercengang melihat mereka. Pemuda berpakaian putih itu sangat tampan, bahkan lebih menawan dari Wira yang tak tahu malu.Hani, istri Paman Hasan, berkata, "Pemuda itu bilang kalau dia temanmu dan ingin menunggumu kembali ke dusun. Jadi, aku membiarkan mereka tinggal di rumah baru Danu. Dia memberiku 5 juta!"Saat Farrel dan gadis berpakaian ungu itu datang, seluruh dusun benar-benar terkejut. Mereka belum pernah melihat wanita dan pria yang berparas begitu memesona sebelumnya. Mereka juga terpesona dengan tutur kata sopan dan kemurahan hati kedua orang itu dalam mengeluarkan uang.Wira berkata dengan nada serius, "Semuanya, ingatlah, nggak peduli berapa banyak uang yang diberikan seseorang di masa depan, jangan biarkan orang luar yang nggak diketahui asal-usulnya tinggal di dusun!"Wira baru pernah bertemu satu kali dengan keduanya, jadi mereka sama sekali bukan teman. Mengapa mereka datang
Jika digaji sama seperti Hasan, yakni sebesar 5.000 hingga 6.000 gabak sebulan, mereka tidak akan hidup susah. Para veteran Pasukan Zirah Hitam itu terkekeh-kekeh, merasa sedikit malu tetapi juga gembira.Di era itu, salah satu tabu terbesar adalah tidak memiliki keturunan. Jika bisa menikah dan mendapatkan anak, siapa yang bersedia melajang seumur hidup?"Oke, semuanya, ayo kembali bekerja. Aku mau menemui tamu tak diundang kita dulu," ujar Wira.Setelah menyampaikan beberapa pesan lagi, Wira berjalan mendekati Farrel dan gadis berpakaian ungu. Dia melarang veteran Pasukan Zirah Hitam mengikutinya."Pencuri busuk, kamu memperkenalkan banyak orang pada penduduk dusun, tapi kamu nggak memperkenalkan aku. Meremehkan aku, ya!" rutuk Meri. Meri yang merasa diperlakukan berbeda memanyunkan bibir merahnya dengan kesal.Penduduk dusun juga penasaran dengan identitas Meri yang cantik. Namun, mereka juga tidak bertanya. Wira pasti akan memberi tahu mereka jika itu memang sesuatu yang harus mere
Farrel tersenyum dan melanjutkan, "Para pihak berkuasa ini akan menghubungimu. Kemungkinan, mereka akan mencoba memenangkan hatimu dengan iming-iming posisi tinggi, gaji besar, dan wanita cantik. Kemungkinan lainnya, kalau mereka gagal menyuapmu, mereka akan membunuhmu untuk menghindari masalah di masa depan."Hati Wira bergetar mendengar ucapan Farrel yang ada benarnya. Tahu begini, dia seharusnya lebih rendah hati lagi.Mata ekspresif Farrel menggelap saat dia kembali berkata, "Biarpun mereka tidak bisa membunuhmu, apa yang akan dipikirkan oleh orang kerajaan ketika mereka mendengar bahwa kamu melakukan kontak dengan orang-orang itu? Apa kamu tahu, faksi penasihat kanan kerajaan yang memegang kekuasaan besar saat ini sangat tidak puas denganmu!"Wira berkata dengan nada terkejut, "Aku bahkan belum pernah berhubungan dengan faksi penasihat kanan. Kapan aku menyinggung perasaan mereka?""Tuan Wahyudi, kamu tidak harus berpura-pura di depan saya," ujar Farrel.Farrel memutar bola matany
"Uhuk! Uhuk!" Wira yang wajahnya memerah berdeham. Memangnya dia orang seperti itu? Wira menggeleng dan berkata dengan tegas, "Sepertinya, niat baikku malah disalahartikan. Tuan Farrel, kamu nggak mengerti aku dan nggak tahu apa yang kumau. Silakan pergi!"Farrel menimpali seraya memberi hormat, "Aku tahu Tuan menunggu direkrut pemerintah, bangsa Agrel, Kerajaan Monoma, Kerajaan Sonora, dan bangsa Lokus. Tapi, seharusnya Tuan tahu Raja berniat menyeimbangkan situasi pemerintahan. Masalahnya, persaingan terus muncul di pemerintahan. Kalaupun kamu sangat berbakat, juga nggak bisa menunjukkan kemampuanmu."Wira merasa tidak berdaya setelah mendengarnya. Farrel sama sekali tidak tahu apa sebenarnya yang diinginkan Wira. Dia hanya ingin menjadi orang kaya yang hidup santai dan menjalani kehidupan dengan tenang. Wira sama sekali tidak tertarik pada persaingan di pemerintahan ataupun perebutan kekuasaan.Saat menghadapi perang di Kota Pusat Pemerintahan Jagabu dan banyak prajurit yang dipimpi
Farrel memukul bokong gadis berpakaian ungu. Kemudian, dia mendengkus, lalu berkata, "Kamu minta dihajar, ya? Aku sudah pernah bilang aku nggak akan pernah tunduk sama pria selamanya."....Setelah pulang, Wira memandang rumahnya yang familier. Hatinya terasa hampa karena tidak melihat sosok yang pemalu itu. Dia merasa kesepian.Kala itu, Wira tidak terlalu yakin bisa mengalahkan bangsa Agrel. Kalau tidak, dia juga tidak akan setuju pamannya membawa Wulan pergi. Sekarang, Wira kesulitan untuk menjemput Wulan di Provinsi Jawali.Sekarang ini musim dingin dan tak lama lagi salju lebat akan turun. Jadi, menempuh perjalanan sejauh 200 kilometer akan sangat sulit. Mereka juga tidak pernah pergi ke kota provinsi sehingga tidak familier dengan jalannya. Kecepatan mereka akan sangat lambat.Selain itu, saat menghadapi cuaca ekstrem, Wira dan rombongannya akan mati kedinginan jika tidak sempat sampai di kota untuk mencari penginapan. Itulah sebabnya, Wira hanya bisa menunggu sampai musim semi b
Wira sudah berjanji kepada Keluarga Sutedja. Asalkan mereka mengikuti aturan, Wira pasti akan menjual gula kepada mereka. Ternyata, Keluarga Sutedja sangat serakah dan ingin menguasai semua keuntungan, bisa-bisanya mereka mencelakai Suryadi! Mereka memang pantas mati!Gavin segera membujuk, "Tuan, gerbang kota sudah ditutup. Kalaupun kita pergi, juga nggak bisa masuk ke kota. Pak Suryadi pasti aman karena ada Pak Iqbal yang menjaganya. Aku selalu pergi menjenguk Pak Suryadi 2 hari sekali. Kami sudah menyogok penjaga di penjara, jadi nggak ada yang melukai Pak Suryadi.""Selain itu, Pak Iqbal sudah mengutus petugas patroli untuk menjaga Nona Lestari. Aku juga mengunjunginya 2 hari sekali dan Nona Lestari baik-baik saja," lanjut Gavin."Oke. Besok pagi, kita segera berangkat ke kota untuk menjemput Paman dan Lestari!" ujar Wira dengan ekspresi kesal.Keluarga Sutedja tentu tidak akan terus menunggu seperti ini karena sudah merencanakannya sejak awal. Mereka pasti akan mencari cari untuk