Di kejauhan, Farrel dan gadis berpakaian ungu yang mengenakan jubah mondar-mandir di dusun. Meri tercengang melihat mereka. Pemuda berpakaian putih itu sangat tampan, bahkan lebih menawan dari Wira yang tak tahu malu.Hani, istri Paman Hasan, berkata, "Pemuda itu bilang kalau dia temanmu dan ingin menunggumu kembali ke dusun. Jadi, aku membiarkan mereka tinggal di rumah baru Danu. Dia memberiku 5 juta!"Saat Farrel dan gadis berpakaian ungu itu datang, seluruh dusun benar-benar terkejut. Mereka belum pernah melihat wanita dan pria yang berparas begitu memesona sebelumnya. Mereka juga terpesona dengan tutur kata sopan dan kemurahan hati kedua orang itu dalam mengeluarkan uang.Wira berkata dengan nada serius, "Semuanya, ingatlah, nggak peduli berapa banyak uang yang diberikan seseorang di masa depan, jangan biarkan orang luar yang nggak diketahui asal-usulnya tinggal di dusun!"Wira baru pernah bertemu satu kali dengan keduanya, jadi mereka sama sekali bukan teman. Mengapa mereka datang
Jika digaji sama seperti Hasan, yakni sebesar 5.000 hingga 6.000 gabak sebulan, mereka tidak akan hidup susah. Para veteran Pasukan Zirah Hitam itu terkekeh-kekeh, merasa sedikit malu tetapi juga gembira.Di era itu, salah satu tabu terbesar adalah tidak memiliki keturunan. Jika bisa menikah dan mendapatkan anak, siapa yang bersedia melajang seumur hidup?"Oke, semuanya, ayo kembali bekerja. Aku mau menemui tamu tak diundang kita dulu," ujar Wira.Setelah menyampaikan beberapa pesan lagi, Wira berjalan mendekati Farrel dan gadis berpakaian ungu. Dia melarang veteran Pasukan Zirah Hitam mengikutinya."Pencuri busuk, kamu memperkenalkan banyak orang pada penduduk dusun, tapi kamu nggak memperkenalkan aku. Meremehkan aku, ya!" rutuk Meri. Meri yang merasa diperlakukan berbeda memanyunkan bibir merahnya dengan kesal.Penduduk dusun juga penasaran dengan identitas Meri yang cantik. Namun, mereka juga tidak bertanya. Wira pasti akan memberi tahu mereka jika itu memang sesuatu yang harus mere
Farrel tersenyum dan melanjutkan, "Para pihak berkuasa ini akan menghubungimu. Kemungkinan, mereka akan mencoba memenangkan hatimu dengan iming-iming posisi tinggi, gaji besar, dan wanita cantik. Kemungkinan lainnya, kalau mereka gagal menyuapmu, mereka akan membunuhmu untuk menghindari masalah di masa depan."Hati Wira bergetar mendengar ucapan Farrel yang ada benarnya. Tahu begini, dia seharusnya lebih rendah hati lagi.Mata ekspresif Farrel menggelap saat dia kembali berkata, "Biarpun mereka tidak bisa membunuhmu, apa yang akan dipikirkan oleh orang kerajaan ketika mereka mendengar bahwa kamu melakukan kontak dengan orang-orang itu? Apa kamu tahu, faksi penasihat kanan kerajaan yang memegang kekuasaan besar saat ini sangat tidak puas denganmu!"Wira berkata dengan nada terkejut, "Aku bahkan belum pernah berhubungan dengan faksi penasihat kanan. Kapan aku menyinggung perasaan mereka?""Tuan Wahyudi, kamu tidak harus berpura-pura di depan saya," ujar Farrel.Farrel memutar bola matany
"Uhuk! Uhuk!" Wira yang wajahnya memerah berdeham. Memangnya dia orang seperti itu? Wira menggeleng dan berkata dengan tegas, "Sepertinya, niat baikku malah disalahartikan. Tuan Farrel, kamu nggak mengerti aku dan nggak tahu apa yang kumau. Silakan pergi!"Farrel menimpali seraya memberi hormat, "Aku tahu Tuan menunggu direkrut pemerintah, bangsa Agrel, Kerajaan Monoma, Kerajaan Sonora, dan bangsa Lokus. Tapi, seharusnya Tuan tahu Raja berniat menyeimbangkan situasi pemerintahan. Masalahnya, persaingan terus muncul di pemerintahan. Kalaupun kamu sangat berbakat, juga nggak bisa menunjukkan kemampuanmu."Wira merasa tidak berdaya setelah mendengarnya. Farrel sama sekali tidak tahu apa sebenarnya yang diinginkan Wira. Dia hanya ingin menjadi orang kaya yang hidup santai dan menjalani kehidupan dengan tenang. Wira sama sekali tidak tertarik pada persaingan di pemerintahan ataupun perebutan kekuasaan.Saat menghadapi perang di Kota Pusat Pemerintahan Jagabu dan banyak prajurit yang dipimpi
Farrel memukul bokong gadis berpakaian ungu. Kemudian, dia mendengkus, lalu berkata, "Kamu minta dihajar, ya? Aku sudah pernah bilang aku nggak akan pernah tunduk sama pria selamanya."....Setelah pulang, Wira memandang rumahnya yang familier. Hatinya terasa hampa karena tidak melihat sosok yang pemalu itu. Dia merasa kesepian.Kala itu, Wira tidak terlalu yakin bisa mengalahkan bangsa Agrel. Kalau tidak, dia juga tidak akan setuju pamannya membawa Wulan pergi. Sekarang, Wira kesulitan untuk menjemput Wulan di Provinsi Jawali.Sekarang ini musim dingin dan tak lama lagi salju lebat akan turun. Jadi, menempuh perjalanan sejauh 200 kilometer akan sangat sulit. Mereka juga tidak pernah pergi ke kota provinsi sehingga tidak familier dengan jalannya. Kecepatan mereka akan sangat lambat.Selain itu, saat menghadapi cuaca ekstrem, Wira dan rombongannya akan mati kedinginan jika tidak sempat sampai di kota untuk mencari penginapan. Itulah sebabnya, Wira hanya bisa menunggu sampai musim semi b
Wira sudah berjanji kepada Keluarga Sutedja. Asalkan mereka mengikuti aturan, Wira pasti akan menjual gula kepada mereka. Ternyata, Keluarga Sutedja sangat serakah dan ingin menguasai semua keuntungan, bisa-bisanya mereka mencelakai Suryadi! Mereka memang pantas mati!Gavin segera membujuk, "Tuan, gerbang kota sudah ditutup. Kalaupun kita pergi, juga nggak bisa masuk ke kota. Pak Suryadi pasti aman karena ada Pak Iqbal yang menjaganya. Aku selalu pergi menjenguk Pak Suryadi 2 hari sekali. Kami sudah menyogok penjaga di penjara, jadi nggak ada yang melukai Pak Suryadi.""Selain itu, Pak Iqbal sudah mengutus petugas patroli untuk menjaga Nona Lestari. Aku juga mengunjunginya 2 hari sekali dan Nona Lestari baik-baik saja," lanjut Gavin."Oke. Besok pagi, kita segera berangkat ke kota untuk menjemput Paman dan Lestari!" ujar Wira dengan ekspresi kesal.Keluarga Sutedja tentu tidak akan terus menunggu seperti ini karena sudah merencanakannya sejak awal. Mereka pasti akan mencari cari untuk
Preman yang memimpin berkata sambil tertawa, "Gadis cantik, kamu tahu kami mau berbuat apa. Cepat serahkan metode rahasia supaya kamu nggak perlu disiksa!"Lestari bertanya dengan wajah yang pucat pasi, "Kalian orang suruhan Keluarga Sutedja?""Menurutmu?" ucap preman. Dia tidak mengaku ataupun menyangkal. Kemudian, dia mengeluarkan pisau, lalu menggerakkannya di wajah Lestari seraya berujar, "Cepat serahkan metode rahasia. Kalau nggak, aku akan menggores wajahmu!"Lestari menyahut, "Aku ... aku nggak tahu metode rahasia apa pun. Nggak ada gunanya kamu menggores wajahku!" Ketika pisau bergerak di wajahnya, Lestari yang gemetaran bersiap mengaku.Lestari tahu jelas nilai dari metode rahasia produksi gula. Nominal uangnya sangat besar. Kalaupun harus mengorbankan wajahnya, Lestari juga akan membantu Wira merahasiakan metode produksi gula dan tidak akan menyerah.Preman tersebut mengancam, "Kamu cukup berani juga, ya. Nanti aku baru gores wajahmu, biar aku tusuk sepuluh jarimu dulu!"Prem
Pagi harinya, di pengadilan daerah. Iqbal yang baru tidur saat tengah malam bangun. Selesai mandi, dia bahkan tidak sarapan.Seorang petugas pengadilan berlari masuk dengan terburu-buru, "Pak Iqbal, inspektur istana mengutus orang untuk menyampaikan mereka sudah sampai di daerah yang berjarak 5 kilometer dari Kabupaten Uswal. Mereka datang untuk memeriksa keadaan rakyat dan memintamu mendampingi!""Inspektur istana!" seru Iqbal seraya mengernyit. Setelah terdiam beberapa saat, dia baru berkata, "Suruh Regan kemari!"Inspektur istana adalah pejabat dari lembaga pengawas. Mereka tidak memiliki kuasa untuk mengadili, tetapi bisa melapor berdasarkan kabar yang beredar. Banyak kasus besar di pemerintahan yang dilaporkan oleh inspektur istana. Bahkan, pejabat tingkat ketiga bisa ditumbangkan.Inspektur istana selalu menginspeksi secara diam-diam saat datang ke berbagai tempat. Tidak ada yang pernah seheboh ini!Sekarang, inspektur istana malah menyampaikan agar Iqbal ikut mendampingi. Kalau