Seorang perampok gunung pergi mengirim pesan dari Molika. Semua perampok merasa heran. Mereka tidak tahu alasan Molika yang tidak langsung pergi menyelamatkan Meri, melainkan malah ingin menunggu selama dua jam dahulu."Ikut denganku!" perintah Molika seraya berbalik dengan ekspresi pucat. Sekelompok perampok gunung buru-buru mengikutinya. Mereka datang ke belakang gunung ini dengan ketakutan.Di tempat ini, peti mati terlihat di mana-mana. Banyak mumi yang tergantung di pohon, serta tengkorak yang tersebar di pinggir jalan. Bahkan pada siang hari, aura suramnya mampu membuat bulu kuduk berdiri.Para perampok gunung tampak sangat kebingungan. Mereka tidak tahu alasan Molika membawa mereka ke tempat yang menakutkan seperti ini. Ini adalah kuburan massal di atas gunung, di mana malam harinya akan penuh dengan hantu-hantu. Beberapa perampok bahkan pernah bertemu dengan hantu di sini.Molika mengajak sekelompok orang itu menuju ke kedalaman gua. Kemudian, mereka sontak terkejut. Di dalam g
Tanpa memedulikan Meri, Wira memerintahkan, "Fandi, kendalikan busur silang dan tunggu perintah dariku. Para veteran, kenakan zirah sisik dan gabungkan perisai untuk pertahanan. Gunakan Busur Silang Zeta! Rudi, kamu dan sembilan orang lainnya kenakan zirah!"Kretak, kretak, kretak ....Para veteran mengeluarkan zirah sisik dari dalam kereta kuda, lalu menggabungkan perisai, dan membentuk formasi Busur Silang Zeta!Sebagai pemimpin Pasukan Zirah Hitam, Rudi mengeluarkan zirah satu per satu dan mengenakannya. Zirah hitam yang mereka miliki sudah aus setelah melalui berbagai pertempuran besar. Zirah ini adalah perlengkapan pasukan infanteri sehingga lebih cocok untuk pertempuran jarak dekat daripada zirah hitam.Semua zirah ini dilengkapi dengan dokumen resmi. Sebab, militer telah menyediakannya kepada Wira untuk meningkatkan dan menguji efektivitas tempur mereka. Para jenderal di militer merasa bahwa pertahanan dari zirah sisik terlalu lemah. Zirah juga berbobot terlalu berat sehingga ti
"Lepaskan Ketua Meri. Kalau nggak, kita akan benar-benar bertempur!""Wira, jangan bersikap nggak tahu diri! Pasukan kami terdiri dari 300 orang lebih, tapi kalian bahkan nggak sampai 100 orang!""Untuk apa berbasa-basi dengan mereka. Kita punya zirah dan busur, jadi pasti bisa mengalahkan mereka!"Para perampok gunung Yispohan sangat berlagak. Jika menyetujui persyaratan Wira, siapa di antara para pedagang yang masih bersedia membayar ketika melewati kawasan mereka?"Tempur? Apa kalian pantas?" tanya Wira. Dia berkata dengan ekspresi dingin, "Danu, bunuh Meri!" Jamal yang emosi pun berseru, "Wira, kamu berani?"Sementara itu, Dian yang berada di dalam kereta kuda juga terkejut. Dia tidak menyangka bahwa Wira akan memerintahkan hal itu!Meri berseru, "Pencuri sialan! Kamu ... aaahh!" Wajah cantik Meri tiba-tiba menjadi pucat. Sebelum menyelesaikan perkataannya, Danu sudah datang dengan menunggangi kuda. Kemudian, dia menghantam leher wanita itu hingga membuatnya pingsan.Bruk! Bukan ha
Ini pertama kalinya para bandit itu memakai baju zirah. Mereka sedikit tidak leluasa dan tidak tahu cara memanfaatkannya semaksimal mungkin.Lain halnya dengan para veteran Pasukan Zirah Hitam dan prajurit veteran lain yang mengenakan baju zirah terusan dan membawa pedang. Keterampilan seni bela diri mereka jauh di atas para bandit. Mereka juga memiliki pengalaman bertempur di medan perang yang kaya.Para veteran ini mengabaikan senjata yang digunakan para bandit untuk menyerang. Sebaliknya, mereka mengandalkan baju zirah mereka untuk bertahan. Begitu Pedang Treksha ditebaskan, bandit langsung jatuh dan menjerit kesakitan.Prajurit veteran bertempur sesuai perintah saat berperang kavaleri bangsa Agrel. Namun, saat melawan para bandit, mereka memukul membabi buta tanpa sedikit pun rasa takut.Dalam waktu singkat, para bandit kejam itu sepenuhnya dikalahkan. Sebagian besar dari 300 orang bandit itu tergeletak di tanah sambil menjerit kesakitan, sementara sisanya berpencar dengan tergesa-
Meri mengerutkan alisnya, tampak tidak puas. Mengetahui sifat adiknya, Molika kembali memperingatkan dengan cemas, "Jangan pernah berpikir untuk kabur. Kamu bisa mati kalau membuatnya marah. Dia bukan orang baik!" Kali ini, Meri mengangguk setuju. Si pencuri ini memang bukan orang baik.Lima belas menit sudah berlalu. Meski tidak rela, kakak beradik itu tetap harus berpisah. Iring-iringan kereta itu pun berangkat. Meri ikut dengan Wira ke Dusun Darmadi untuk menjadi sandera jangka panjang. Sementara itu, Molika berdiri diam di tempatnya, menyaksikan kereta itu pergi.Para bandit lainnya berkumpul, termasuk Jamal yang bergegas mendekat. Jamal berkata, "Nggak usah khawatir, Ketua. Tuan Wira itu pria yang baik. Dia juga sangat baik pada saudara-saudaraku sebelumnya, dia nggak akan menyiksa Ketua Meri.""Orang yang baik?" Bibir Molika berkedut-kedut saat dia berkata, "Jamal, Meri dan aku berakhir begini karena nggak mendengarkan nasihatmu. Aku harus minta maaf padamu.""Nggak perlu begitu,
Di kejauhan, Farrel dan gadis berpakaian ungu yang mengenakan jubah mondar-mandir di dusun. Meri tercengang melihat mereka. Pemuda berpakaian putih itu sangat tampan, bahkan lebih menawan dari Wira yang tak tahu malu.Hani, istri Paman Hasan, berkata, "Pemuda itu bilang kalau dia temanmu dan ingin menunggumu kembali ke dusun. Jadi, aku membiarkan mereka tinggal di rumah baru Danu. Dia memberiku 5 juta!"Saat Farrel dan gadis berpakaian ungu itu datang, seluruh dusun benar-benar terkejut. Mereka belum pernah melihat wanita dan pria yang berparas begitu memesona sebelumnya. Mereka juga terpesona dengan tutur kata sopan dan kemurahan hati kedua orang itu dalam mengeluarkan uang.Wira berkata dengan nada serius, "Semuanya, ingatlah, nggak peduli berapa banyak uang yang diberikan seseorang di masa depan, jangan biarkan orang luar yang nggak diketahui asal-usulnya tinggal di dusun!"Wira baru pernah bertemu satu kali dengan keduanya, jadi mereka sama sekali bukan teman. Mengapa mereka datang
Jika digaji sama seperti Hasan, yakni sebesar 5.000 hingga 6.000 gabak sebulan, mereka tidak akan hidup susah. Para veteran Pasukan Zirah Hitam itu terkekeh-kekeh, merasa sedikit malu tetapi juga gembira.Di era itu, salah satu tabu terbesar adalah tidak memiliki keturunan. Jika bisa menikah dan mendapatkan anak, siapa yang bersedia melajang seumur hidup?"Oke, semuanya, ayo kembali bekerja. Aku mau menemui tamu tak diundang kita dulu," ujar Wira.Setelah menyampaikan beberapa pesan lagi, Wira berjalan mendekati Farrel dan gadis berpakaian ungu. Dia melarang veteran Pasukan Zirah Hitam mengikutinya."Pencuri busuk, kamu memperkenalkan banyak orang pada penduduk dusun, tapi kamu nggak memperkenalkan aku. Meremehkan aku, ya!" rutuk Meri. Meri yang merasa diperlakukan berbeda memanyunkan bibir merahnya dengan kesal.Penduduk dusun juga penasaran dengan identitas Meri yang cantik. Namun, mereka juga tidak bertanya. Wira pasti akan memberi tahu mereka jika itu memang sesuatu yang harus mere
Farrel tersenyum dan melanjutkan, "Para pihak berkuasa ini akan menghubungimu. Kemungkinan, mereka akan mencoba memenangkan hatimu dengan iming-iming posisi tinggi, gaji besar, dan wanita cantik. Kemungkinan lainnya, kalau mereka gagal menyuapmu, mereka akan membunuhmu untuk menghindari masalah di masa depan."Hati Wira bergetar mendengar ucapan Farrel yang ada benarnya. Tahu begini, dia seharusnya lebih rendah hati lagi.Mata ekspresif Farrel menggelap saat dia kembali berkata, "Biarpun mereka tidak bisa membunuhmu, apa yang akan dipikirkan oleh orang kerajaan ketika mereka mendengar bahwa kamu melakukan kontak dengan orang-orang itu? Apa kamu tahu, faksi penasihat kanan kerajaan yang memegang kekuasaan besar saat ini sangat tidak puas denganmu!"Wira berkata dengan nada terkejut, "Aku bahkan belum pernah berhubungan dengan faksi penasihat kanan. Kapan aku menyinggung perasaan mereka?""Tuan Wahyudi, kamu tidak harus berpura-pura di depan saya," ujar Farrel.Farrel memutar bola matany
"Selain kabut yang agak tebal, sepertinya nggak ada apa-apa di sini," ujar Agha sambil menggaruk kepalanya."Justru kabut di depan ini yang membuatku merasa ada yang nggak beres." Wendi mengernyit, lalu mengeluarkan sebuah botol porselen dari sakunya.Kemudian, dia segera mengeluarkan empat butir pil dari dalam. Setelah memakan sebutir, dia membagikan sisanya kepada mereka."Kabut ini beracun. Kalian cepat makan pil ini." ucap Wendi untuk memperingatkan.Tanpa ragu sedikit pun, Wira dan lainnya segera menelan pil itu.Wendi ahli dalam racun. Dia tentu bisa mendeteksi jika ada racun di kabut ini. Trik licik seperti ini tidak ada apa-apanya di hadapan Wendi.Ekspresi Wira menjadi sangat suram. "Ternyata ada orang yang ingin menghalangi jalan kita. Sepertinya jejak kita terdeteksi musuh."Saat berikutnya, terdengar tawa yang keras. Yang muncul di depan mereka tidak lain adalah Panji dan Caraka. Di belakang mereka terdapat banyak orang.Seiring dengan kemunculan mereka, kabut beracun itu p
Ini adalah kesempatan terbaik bagi mereka untuk bertindak!Jika mereka bisa membunuh Wira, anak buahnya tidak mungkin bisa apa-apa lagi. Dengan begitu, Provinsi Lowala dan Provinsi Yonggu akan jatuh ke tangan mereka!Ketika saat itu tiba, di seluruh sembilan provinsi, siapa yang bisa menandingi Senia? Kerajaan Agrel akan menyapu sembilan provinsi dan Senia akan menjadi penguasa baru!"Apa Wira dan lainnya benaran akan datang? Kalau perjalanan mereka tertunda, apa kita harus terus menunggu di sini?"Caraka bertanya sambil minum teh. Nada bicaranya terdengar tidak sabar. Karena kali ini mereka tidak membawa banyak orang, mereka tidak sepenuhnya menguasai informasi tentang Wira dan lainnya, hanya bisa menuruti spekulasi Panji.Panji mengusap janggutnya sambil tertawa. Kemudian, dia menyahut, "Nggak usah cemas. Dengan kecerdikan Wira, aku rasa nggak sulit bagi dia untuk tahu dari mana aku berasal.""Lembah Duka memang tempat yang sangat misterius, tapi banyak orang yang tahu keberadaannya.
Wira melirik ketiga orang itu sejenak, lalu menggeleng dengan putus asa. Orang-orang ini benar-benar seperti hantu kelaparan! "Kak, kulihat kamu bicara lama dengan pelayan tadi. Apa kamu sudah dapat informasi?" tanya Agha sambil membersihkan giginya dengan tusuk gigi dan beralih menatap Wira.Wira mengangguk, lalu menyahut, "Aku sudah tanya semuanya. Orang-orang yang menguasai kemampuan aneh itu berasal dari tempat yang disebut Lembah Duka. Lembah itu terletak di Provinsi Tengah.""Kalau kita ingin menyelidiki tentang Panji dan mencari cara untuk melawannya, kita harus pergi ke Provinsi Tengah dan mencoba masuk ke Lembah Duka!""Asalkan kita bisa masuk ke Lembah Duka, nggak peduli siapa sebenarnya Panji atau seperti apa hubungannya dengan orang-orang di sana, setidaknya misi kita sudah selesai setengah. Tentunya, kita akan menemukan cara untuk melawan Panji!"Mengetahui informasi musuh adalah kunci kemenangan. Karena orang-orang di Lembah Duka tidak sembarangan terlibat dengan urusan
"Provinsi Tengah? Sebaiknya lupakan saja deh ...." Wira menggeleng dan menghela napas. "Dengar-dengar, Provinsi Tengah memang makmur dan kaya, juga merupakan pusat dari wilayah barat. Banyak orang yang datang ke wilayah barat pasti pergi ke Provinsi Tengah.""Harus kuakui bahwa tempat itu memang bagus, tapi aku punya satu kekhawatiran, yaitu ...." Wira sengaja memperpanjang suaranya, lalu melanjutkan, "Katanya di sana ada banyak masalah dan banyak orang lokal yang menguasai ilmu hitam. Mereka biasanya tinggal di Provinsi Tengah.""Kita yang baru datang ini masih asing dengan wilayah barat. Kalau kita sampai menarik perhatian orang-orang seperti itu, bukankah kita akan celaka?""Pada akhirnya, kita malah cuma buang-buang tenaga, bahkan bisa kehilangan nyawa. Kalau begitu, untuk apa kita susah payah datang ke wilayah barat?"Saat berbicara, Wira terus mengamati pelayan di depannya, sembari mencoba menebak pikirannya.Daripada langsung bertanya tentang orang-orang yang menguasai kemampuan
Wira sampai tidak tahu harus bagaimana menghadapi adiknya yang satu ini!Tidak lama kemudian, mereka menemukan sebuah penginapan dan segera mengurus prosedur menginap.Setelah selesai menata barang, mereka turun ke lantai bawah dan segera memesan beberapa makanan. Agha pun makan dengan lahap."Kelihatannya sederhana saja, tapi rasanya lumayan enak! Kalian juga makan yang banyak!" ucap Agha sambil makan.Wira sama sekali tidak menghiraukannya dan malah menatap pelayan penginapan yang sedang berdiri di depan pintu.Karena di dalam penginapan tidak ada banyak orang, pelayan itu terlihat cukup santai dan sedang berdiri di depan pintu menikmati angin.Sekarang musim panas di wilayah barat. Wira dan lainnya juga tidak tahan menghadapi suhu yang terlalu tinggi ini, apalagi pelayan yang harus bekerja.Wira meletakkan peralatan makannya, lalu mendekati pelayan itu. Sambil tersenyum, dia bertanya, "Sobat, aku rasa kamu bukan orang asli sini, 'kan?""Benar, penilaianmu tajam sekali! Aku memang bu
Setelah melakukan penelitian, Wira memiliki pemahaman sederhana tentang wilayah barat. Jika dibandingkan dengan kesembilan provinsi, luas wilayah di wilayah barat memang kalah jauh.Wilayah ini terbagi menjadi lima zona besar, dengan zona pusat yang paling makmur, yang disebut Provinsi Tengah.Sementara itu, zona di timur, selatan, barat, dan utara dinamai sesuai dengan arah mata angin. Tempat mereka berada saat ini adalah Provinsi Utara.Namun, saat ini tidak ada petunjuk apa pun. Di wilayah barat ini, mereka juga tidak tahu harus bagaimana memulai penyelidikan tentang Panji. Jadi, mereka hanya bisa berjalan langkah demi langkah.Di gerbang masuk Provinsi Utara.Di depan gerbang tidak ada penjaga dan terlihat sangat sepi. Tidak ada yang perlu diherankan, karena wilayah barat tidak begitu berkembang. Jadi, tidak banyak orang yang datang kemari.Ketika mereka hampir memasuki kota, Wira memberi instruksi kepada orang-orang di sekitarnya, "Dengan penampilan kita ini, orang-orang akan tahu
Wira merasa senang mendengarnya. Dia segera mengambil peta itu dan mulai memeriksanya. Tak bisa dipungkiri, peta yang diberikan oleh Wardo sangat detail. Setiap jalan diberikan penjelasan yang jelas.Seperti yang Wardo katakan, untuk menuju ke wilayah barat, memang bukan hanya ada satu jalan. Namun, semua jalan itu memiliki kesamaan, yaitu harus melewati gurun!Dalam peta ini, bahkan jalan-jalan di gurun pun sudah dijelaskan dengan sangat rinci. Peta ini terlalu detail."Terima kasih," ucap Wira.Wardo melambaikan tangannya, lalu memandang ke arah orang-orang di belakangnya. Saat melihat mereka masih jauh dan tidak bisa mendengar percakapannya, dia menurunkan suara saat bertanya, "Kamu pasti Tuan Wira, penguasa Provinsi Lowala, 'kan?"Wira terkejut sesaat."Kamu nggak perlu menyembunyikan identitasmu lagi. Sebenarnya saat kamu bilang namamu Wiro, aku sudah bisa menebak kalau kamu adalah Tuan Wira.""Sebelumnya aku pernah meninggalkan desa ini untuk beberapa waktu dan mendengar beberapa
"Kalian ini bicara apa sih?" Agha menunjuk orang-orang di sekitar dengan tatapan dingin."Sudahlah!" Wira memberi isyarat mata kepada Agha, lalu menatap Wardo kembali."Yang mereka katakan juga benar. Meskipun bukan kami pembunuhnya, kematian orang-orang ini tetap ada kaitannya dengan kami. Kalau begitu, kami nggak akan berlama-lama lagi di sini."Ucapan Wira ini membuat banyak orang merasa lega. Jika Wira dan lainnya tetap tinggal di sini, kemungkinan besar akan terjadi masalah lagi. Jadi, lebih baik mereka pergi supaya desa kembali aman.Wardo mengangguk. "Aku mohon maaf, sebelumnya aku sudah salah paham kepada kalian.""Aku nggak nyangka, kalian begitu bijaksana. Kami nggak akan menghalangi lagi. Setelah kalian berkemas, silakan lanjutkan perjalanan kalian."Wira mengangguk, lalu membawa orang-orang di belakangnya menuju tempat mereka menginap semalam.Para penduduk desa melihat mereka dari jauh. Masih terlihat amarah pada ekspresi mereka."Orang-orang ini memang nggak tahu terima k
Caraka terkekeh-kekeh dan berkata, "Tentu saja aku punya rencana cadangan.""Apa itu?" Panji menatap Caraka dengan bingung.Orang ini sepertinya lebih licik dan penuh perhitungan daripada yang dibayangkan. Sebenarnya jika dipikir-pikir, itu masuk akal. Jika Caraka tidak licik, bagaimana mungkin dia bisa sampai di posisi seperti ini? Bahkan, dia perlahan-lahan menjadi tangan kanan Senia."Rencananya, aku akan ...." Caraka berbisik di samping telinga Panji, sambil merendahkan suaranya.Setelah mendengar rencana Caraka, Panji tak bisa menahan tawa. Sambil menunjuknya, dia berkata, "Kamu jauh lebih kejam dariku!"Mereka saling bertukar senyum dan tidak ada yang melanjutkan percakapan lagi. Sesaat kemudian, mereka berdua beranjak pergi. Sepertinya tidak ada lagi yang menarik untuk ditonton, jadi mereka lebih memilih untuk pergi.Mereka akan mengikuti rencana yang sudah disusun. Mereka yakin Wira dan lainnya tidak akan bisa membalikkan situasi.Pada saat yang sama, di pintu masuk desa.Setel