"Kakakmu, Molika?" tanya Wira. Dia mengangkat alisnya, lalu berkata sambil tersenyum, "Bagus. Kalau begitu, aku akan menunggunya datang untuk menyelamatkanmu!"Meri bertanya, "Kamu, apa yang mau kamu lakukan?" Dia sontak panik mendengar perkataan Wira. Kemudian, dia bertanya lagi, "Apa kamu ingin memanfaatkanku sebagai umpan untuk menjebak kakakku?"Wira berujar, "Menggunakanmu sebagai umpan? Ide ini bagus!" Mata pria itu tampak berbinar-binar. Kemudian, dia berkata, "Nona Meri, terima kasih sudah memberitahuku cara untuk melawan kakakmu!""Ka, kamu ...." ucap Meri. Air mata wanita itu sudah hampir menetes. "Aku hanya asal bicara. Kakakku sama sekali nggak menyayangiku. Kalaupun kamu membunuhku, dia juga akan menghiraukanku! Akulah yang ingin membunuhmu, jadi kamu bunuh aku saja. Ini nggak ada hubungannya dengan kakakku!""Apa kamu menganggapku bodoh?" tanya Wira. Dia memutar matanya sembari berujar, "Karena kakakmu begitu menyayangimu dan kamu juga begitu peduli dengannya, jelas sekal
Seorang perampok gunung pergi mengirim pesan dari Molika. Semua perampok merasa heran. Mereka tidak tahu alasan Molika yang tidak langsung pergi menyelamatkan Meri, melainkan malah ingin menunggu selama dua jam dahulu."Ikut denganku!" perintah Molika seraya berbalik dengan ekspresi pucat. Sekelompok perampok gunung buru-buru mengikutinya. Mereka datang ke belakang gunung ini dengan ketakutan.Di tempat ini, peti mati terlihat di mana-mana. Banyak mumi yang tergantung di pohon, serta tengkorak yang tersebar di pinggir jalan. Bahkan pada siang hari, aura suramnya mampu membuat bulu kuduk berdiri.Para perampok gunung tampak sangat kebingungan. Mereka tidak tahu alasan Molika membawa mereka ke tempat yang menakutkan seperti ini. Ini adalah kuburan massal di atas gunung, di mana malam harinya akan penuh dengan hantu-hantu. Beberapa perampok bahkan pernah bertemu dengan hantu di sini.Molika mengajak sekelompok orang itu menuju ke kedalaman gua. Kemudian, mereka sontak terkejut. Di dalam g
Tanpa memedulikan Meri, Wira memerintahkan, "Fandi, kendalikan busur silang dan tunggu perintah dariku. Para veteran, kenakan zirah sisik dan gabungkan perisai untuk pertahanan. Gunakan Busur Silang Zeta! Rudi, kamu dan sembilan orang lainnya kenakan zirah!"Kretak, kretak, kretak ....Para veteran mengeluarkan zirah sisik dari dalam kereta kuda, lalu menggabungkan perisai, dan membentuk formasi Busur Silang Zeta!Sebagai pemimpin Pasukan Zirah Hitam, Rudi mengeluarkan zirah satu per satu dan mengenakannya. Zirah hitam yang mereka miliki sudah aus setelah melalui berbagai pertempuran besar. Zirah ini adalah perlengkapan pasukan infanteri sehingga lebih cocok untuk pertempuran jarak dekat daripada zirah hitam.Semua zirah ini dilengkapi dengan dokumen resmi. Sebab, militer telah menyediakannya kepada Wira untuk meningkatkan dan menguji efektivitas tempur mereka. Para jenderal di militer merasa bahwa pertahanan dari zirah sisik terlalu lemah. Zirah juga berbobot terlalu berat sehingga ti
"Lepaskan Ketua Meri. Kalau nggak, kita akan benar-benar bertempur!""Wira, jangan bersikap nggak tahu diri! Pasukan kami terdiri dari 300 orang lebih, tapi kalian bahkan nggak sampai 100 orang!""Untuk apa berbasa-basi dengan mereka. Kita punya zirah dan busur, jadi pasti bisa mengalahkan mereka!"Para perampok gunung Yispohan sangat berlagak. Jika menyetujui persyaratan Wira, siapa di antara para pedagang yang masih bersedia membayar ketika melewati kawasan mereka?"Tempur? Apa kalian pantas?" tanya Wira. Dia berkata dengan ekspresi dingin, "Danu, bunuh Meri!" Jamal yang emosi pun berseru, "Wira, kamu berani?"Sementara itu, Dian yang berada di dalam kereta kuda juga terkejut. Dia tidak menyangka bahwa Wira akan memerintahkan hal itu!Meri berseru, "Pencuri sialan! Kamu ... aaahh!" Wajah cantik Meri tiba-tiba menjadi pucat. Sebelum menyelesaikan perkataannya, Danu sudah datang dengan menunggangi kuda. Kemudian, dia menghantam leher wanita itu hingga membuatnya pingsan.Bruk! Bukan ha
Ini pertama kalinya para bandit itu memakai baju zirah. Mereka sedikit tidak leluasa dan tidak tahu cara memanfaatkannya semaksimal mungkin.Lain halnya dengan para veteran Pasukan Zirah Hitam dan prajurit veteran lain yang mengenakan baju zirah terusan dan membawa pedang. Keterampilan seni bela diri mereka jauh di atas para bandit. Mereka juga memiliki pengalaman bertempur di medan perang yang kaya.Para veteran ini mengabaikan senjata yang digunakan para bandit untuk menyerang. Sebaliknya, mereka mengandalkan baju zirah mereka untuk bertahan. Begitu Pedang Treksha ditebaskan, bandit langsung jatuh dan menjerit kesakitan.Prajurit veteran bertempur sesuai perintah saat berperang kavaleri bangsa Agrel. Namun, saat melawan para bandit, mereka memukul membabi buta tanpa sedikit pun rasa takut.Dalam waktu singkat, para bandit kejam itu sepenuhnya dikalahkan. Sebagian besar dari 300 orang bandit itu tergeletak di tanah sambil menjerit kesakitan, sementara sisanya berpencar dengan tergesa-
Meri mengerutkan alisnya, tampak tidak puas. Mengetahui sifat adiknya, Molika kembali memperingatkan dengan cemas, "Jangan pernah berpikir untuk kabur. Kamu bisa mati kalau membuatnya marah. Dia bukan orang baik!" Kali ini, Meri mengangguk setuju. Si pencuri ini memang bukan orang baik.Lima belas menit sudah berlalu. Meski tidak rela, kakak beradik itu tetap harus berpisah. Iring-iringan kereta itu pun berangkat. Meri ikut dengan Wira ke Dusun Darmadi untuk menjadi sandera jangka panjang. Sementara itu, Molika berdiri diam di tempatnya, menyaksikan kereta itu pergi.Para bandit lainnya berkumpul, termasuk Jamal yang bergegas mendekat. Jamal berkata, "Nggak usah khawatir, Ketua. Tuan Wira itu pria yang baik. Dia juga sangat baik pada saudara-saudaraku sebelumnya, dia nggak akan menyiksa Ketua Meri.""Orang yang baik?" Bibir Molika berkedut-kedut saat dia berkata, "Jamal, Meri dan aku berakhir begini karena nggak mendengarkan nasihatmu. Aku harus minta maaf padamu.""Nggak perlu begitu,
Di kejauhan, Farrel dan gadis berpakaian ungu yang mengenakan jubah mondar-mandir di dusun. Meri tercengang melihat mereka. Pemuda berpakaian putih itu sangat tampan, bahkan lebih menawan dari Wira yang tak tahu malu.Hani, istri Paman Hasan, berkata, "Pemuda itu bilang kalau dia temanmu dan ingin menunggumu kembali ke dusun. Jadi, aku membiarkan mereka tinggal di rumah baru Danu. Dia memberiku 5 juta!"Saat Farrel dan gadis berpakaian ungu itu datang, seluruh dusun benar-benar terkejut. Mereka belum pernah melihat wanita dan pria yang berparas begitu memesona sebelumnya. Mereka juga terpesona dengan tutur kata sopan dan kemurahan hati kedua orang itu dalam mengeluarkan uang.Wira berkata dengan nada serius, "Semuanya, ingatlah, nggak peduli berapa banyak uang yang diberikan seseorang di masa depan, jangan biarkan orang luar yang nggak diketahui asal-usulnya tinggal di dusun!"Wira baru pernah bertemu satu kali dengan keduanya, jadi mereka sama sekali bukan teman. Mengapa mereka datang
Jika digaji sama seperti Hasan, yakni sebesar 5.000 hingga 6.000 gabak sebulan, mereka tidak akan hidup susah. Para veteran Pasukan Zirah Hitam itu terkekeh-kekeh, merasa sedikit malu tetapi juga gembira.Di era itu, salah satu tabu terbesar adalah tidak memiliki keturunan. Jika bisa menikah dan mendapatkan anak, siapa yang bersedia melajang seumur hidup?"Oke, semuanya, ayo kembali bekerja. Aku mau menemui tamu tak diundang kita dulu," ujar Wira.Setelah menyampaikan beberapa pesan lagi, Wira berjalan mendekati Farrel dan gadis berpakaian ungu. Dia melarang veteran Pasukan Zirah Hitam mengikutinya."Pencuri busuk, kamu memperkenalkan banyak orang pada penduduk dusun, tapi kamu nggak memperkenalkan aku. Meremehkan aku, ya!" rutuk Meri. Meri yang merasa diperlakukan berbeda memanyunkan bibir merahnya dengan kesal.Penduduk dusun juga penasaran dengan identitas Meri yang cantik. Namun, mereka juga tidak bertanya. Wira pasti akan memberi tahu mereka jika itu memang sesuatu yang harus mere