Detik berikutnya, Jamadi kembali tersadar bahwa perhitungannya salah. Namun, nominal yang ditawarkan sebesar 12.000 gabak itu termasuk cukup menggiurkan.Budi diam-diam merasa bangga. Sifat Jamadi memang sangat tamak, dia berani melakukan apa pun asalkan diberi imbalan yang setimpal. Saat ini, sebaiknya dia memberikan sejumlah uang kepada Jamadi untuk membereskan pecundang ini. Setelah itu, barulah Budi akan membuat perhitungan pada Jamadi.Wira melirik Jamadi sekilas dan berkata, "Kamu tergoda?""Omong kosong apa? Memangnya aku ini orang yang mementingkan keuntungan?"Ekspresi Jamadi tampak suram, dia melambaikan tangan sambil berkata, "Budi bersekongkol dengan perampok, bawa dia ke pengadilan daerah!""Jamadi, kamu ... kamu ...."Seketika, Budi tercengang. Entah mengapa sifat Jamadi tiba-tiba berubah.Tanpa berbicara sama sekali, Jamadi hanya tersenyum sinis. Dia memang menyukai uang, tetapi Jamadi bisa membedakan uang mana yang pantas diterimanya.Budi adalah orang yang licik. Kalau
Raut wajah Jamadi berubah drastis.Di kabupaten, ada tiga keluarga kaya yang terkenal, yaitu Sutedja, Silali, dan Wibowo. Ketiga keluarga ini menguasai industri yang paling menguntungkan, yaitu kain, garam, dan beras. Keluarga Silali adalah pedagang garam terbesar di kabupaten tersebut.Sebelumnya, Budi mengeklaim memiliki hubungan dengan Keluarga Silali di kabupaten. Saat itu, semua orang menganggap omongannya itu hanyalah bualan belaka. Sekarang, tampaknya omongannya memang benar.Tirai kereta dibuka, terlihat seorang pemuda yang mengenakan kain penutup kepala dan jubah brokat turun dari kereta tersebut. Dia memberi salam kepada Wira dari kejauhan dengan hormat, "Saudara Wahyudi, lama tidak bertemu!"Wahyudi adalah namanya sebelumnya.Wira membalasnya dengan ekspresi datar, "Katakan saja langsung apa maumu!"Mahendra Silali, pewaris Keluarga Silali di kabupaten, memiliki usia yang sama dengan Wira. Mereka berdua lulus sebagai murid sekolah rendah pada saat yang sama. Tahun ini, Mahen
Jamadi terkejut. Dia tidak menyangka ada rencana seperti ini di balik masalah ini.Budi tersenyum sinis. Jika bukan karena ada dukungan dari Tuan Mahendra, dia tidak akan berani menyusun rencana seperti ini terhadap seorang cendekiawan.Danu, Doddy, dan Sony mengepalkan tangan mereka sambil menatap marah pada Mahendra. "Bencana yang lebih besar?"Wira mengangkat alisnya dan menyipitkan matanya, lalu melayangkan sebuah tinjuan ke wajah Mahendra. "Apakah ini cukup besar?"Buk buk buk!Mahendra terhuyung mundur, setengah wajahnya memerah dan mulutnya berdarah. Jamadi dan Budi terdiam.Tidak ada yang menyangka bahwa Wira berani memukul Tuan Muda Keluarga Silali di depan umum."Berani-beraninya kamu memukulku!" teriak Mahendra dengan tatapan marah.Kedua pelayan Mahendra buru-buru menghampirinya. Sebelum mereka mendekat, Doddy telah menyerbu kedua pelayan itu.Wira berkata dengan ekspresi dingin, "Kamu bukan hanya mengincar istriku, tapi juga bahkan mau menghancurkanku. Memukulmu saja sudah
Wira berbalik dan berkata, "Jamadi, tugas ini kuserahkan padamu.""Terima kasih, Tuan Wira!" ucap Jamadi sambil membungkukkan badan.Tatapan Budi tampak tidak rela. Padahal, ini adalah uangnya. Namun, Jamadi bahkan tidak meliriknya sama sekali. Pecundang ini benar-benar tahu bagaimana memanfaatkan orang dan licik. Budi harus memperingatkan anggota keluarganya untuk jangan berurusan dengan orang ini.Mereka semua pergi ke pengadilan daerah, sementara Wira, Gandi, Lianam, dan Liteja tetap tinggal di luar.Buk!Gandi bersujud dengan mata berkaca-kaca. "Tuan Wira, padahal kami bertiga telah mencuri barangmu. Tapi, kamu malah memperlakukan kami sebaik ini, kami sangat malu. Aku berutang nyawa padamu. Kalau kamu butuh bantuan, silakan utus orang untuk memberi tahu kami."Lianam dan Liteja mendengarkan ucapannya dengan ketakutan. Apakah orang ini bersedia mengorbankan nyawanya demi Wira?"Sebagai lelaki sejati, kamu tidak pantas bersujud pada siapa pun selain orang tuamu."Wira memapah Gandi
Darius memicingkan matanya sambil berkata, "Boris akan bangkit lagi di dalam istana."Boris Linardi adalah Kepala Keluarga Linardi, sekaligus ayah Wulan.Keluarga Silali dan Linardi adalah teman dekat selama bertahun-tahun, sampai ketika Keluarga Linardi mengalami kesulitan."Pengamatan Ayah memang jeli!"Mahendra mengangguk sambil tersenyum tipis, "Baru-baru ini, ada surat dari istana. Paman Boris telah menjadi teman dekat dengan tokoh terkemuka di istana dan sekarang telah menjabat sebagai Menteri Kiri. Kaisar mendukung adu kekuasaan antara Menteri Kiri dan Menteri Kanan, yang menunjukkan kemungkinan pergantian kekuasaan.""Kalau Menteri Kiri berhasil mengalahkan Menteri Kanan, Paman Boris pasti akan naik pangkat. Kalau aku menjadi menantu Keluarga Linardi, status Keluarga Silali juga akan ikut naik. Kita akan menjadi keluarga terhormat, bahkan keluarga terkemuka.""Apa informasi ini akurat?"Darius berjalan ke sana kemari dengan tangan di belakang punggungnya, "Boris telah mengalami
Di gerbang kota, Wira, Doddy, dan penduduk desa penjual ikan Dusun Darmadi berkumpul."Kak Wira, hari ini kita berhasil menjual ikan seharga 30.000 gabak. Memang benar, semakin banyak orang, kemampuan kita juga akan semakin besar!" kata Sony dengan semangat.Selain mendapatkan uangnya kembali, Sony bahkan bertemu dengan pemimpin kabupaten dan menginap di sini. Kalau Sony menceritakan hal ini setelah kembali ke Dusun Darmadi nanti, kepala desa mereka, Agus, juga pasti akan berubah pikiran terhadapnya. Istrinya juga pasti akan lebih hormat padanya lagi.Tidak akan ada yang memanggilnya Sony lagi. Mereka semua pasti akan memanggilnya Kak Sony. Saat ini, Sony sedang memimpin tim penjual ikan dengan penuh semangat.Tim penjual ikan terdiri dari 30 orang. Ketika panen besar, mereka bisa menangkap 500 kilogram ikan dalam sehari. Bahkan di saat kurang beruntung pun, mereka bisa mendapat 250 sampai 300 kilogram. Sebagian kecil hasil tangkapan mereka dijual di pasar, sementara sebagian besar lai
Tim penjual ikan telah kembali ke desa!Anak-anak langsung melarikan diri ketika melihat Wira, beberapa bahkan langsung menangis ketakutan. Para wanita muda yang melihat Wira langsung wajahnya memerah dan berusaha menahan tawa.Warga desa melihat Wira dengan penuh kagum, sekaligus ketakutan dalam pandangan mereka. Di sisi lain, Agus langsung pergi begitu saja ketika melihat Wira. Dia tidak lagi mencemoohnya seperti sebelumnya.Setelah makan, tim penangkap ikan langsung mengadakan pertemuan. Tanpa kursi, meja, atau ruang rapat, sekelompok orang itu hanya berdesakan di halaman Wira. Sebagian besar berjongkok, sementara beberapa orang lainnya langsung duduk di tanah. Wira duduk di depan pintu. Di kedua sisi, duduk empat anggota tim utama, yaitu Hasan, Sony, Danu, dan Doddy. Di posisi yang lebih jauh lagi, ada Sofyan, Said, Surya, Herman, Hamid, dan beberapa paman dari Keluarga Darmadi.Semakin dekat hubungan mereka, semakin dekat posisi duduknya dengan Wira. Para warga desa tahu sendiri
Sambil memegang koin perunggu yang berat di tangan mereka, banyak penduduk desa terduduk di tanah sambil berlinang air mata.Sebagai petani, bahkan setelah bekerja keras sepanjang tahun sekalipun, mereka tidak bisa menghasilkan banyak uang. Kalaupun ingin mencari pekerjaan di kabupaten, mereka tetap kesulitan menemukan pekerjaan yang cocok.Jika bekerja di rumah bos yang kaya, sering kali mereka hanya diberi makanan tanpa upah. Pekerjaan di kantor pemerintahan setempat bahkan lebih mirip seperti kerja paksa. Bukan hanya tidak mendapatkan upah, mereka bahkan harus membawa makanan sendiri.Namun sekarang, setelah bekerja beberapa hari untuk Wira, mereka bisa menghasilkan sejumlah besar koin perunggu."Ini memang kelalaianku, untung saja ada Paman Hasan yang mengingatkan!"Wira tersenyum saat berbicara, "Kalau bukan karena Paman Hasan mengingatkan, malam ini kita pasti tidak jadi membagikan gaji. Oleh karena itu, kalau ada masalah, semua orang harus mengemukakannya agar kita bisa mencari