"Tuan, kenapa kamu kembali?" Begitu Wira tiba di depan pintu, Danu kebetulan keluar dan menabraknya. Tatapannya dipenuhi kebingungan. Bukannya Wira berniat untuk bersembunyi? Kenapa malah kembali?"Di mana Raja Kresna? Aku mau ketemu dia," ujar Wira langsung.Sepertinya, orang yang paling khawatir selama beberapa waktu ini adalah Kresna, 'kan? Jika Kresna tahu dirinya kembali, Kresna pasti akan langsung menemuinya. Tidak perlu Wira repot-repot mencarinya."Dia di kamar. Dia cukup tenang beberapa hari ini kok. Tapi, kudengar dia terus mencari jejakmu," timpal Danu.Wira mengangguk. "Kalau begitu, aku temui dia dulu."Apa aku perlu ikut?" Danu mencemaskan keselamatan Wira.Wira terkekeh-kekeh sebelum menyahut, "Nggak usah. Aku bukan mau berkelahi dengannya kok. Cuma ada hal penting yang harus dibahas. Tapi, aku memang butuh bantuan kalian."Tiba-tiba, muncul sesosok di benak Wira.Danu berkata, "Katakan saja kalau butuh bantuan. Nggak usah sungkan-sungkan padaku.""Aku mau informasi tent
"Yang Mulia, Tuan Wira datang ...." Pria itu terbata-bata dan tampak ketakutan. Pada saat yang sama, dia mundur dua langkah.Seketika, Wira muncul di hadapan Kresna. Ternyata itu benar-benar Wira! Kresna tak kuasa termangu. Dia tidak bodoh. Kresna tahu Wira sengaja bersembunyi darinya. Siapa sangka, Wira malah tiba-tiba muncul sekarang. Situasi macam apa ini?"Raja Kresna, lama nggak ketemu. Belakangan ini aku sangat sibuk, makanya aku pergi tanpa berpamitan. Kamu nggak keberatan, 'kan?" ucap Wira.Wira melirik pria berpakaian hitam di samping, lalu langsung berjalan masuk dan duduk. Sikap santainya ini terlihat seolah-olah dia sedang pulang ke rumahnya. Suasana pun tidak terlalu canggung.Kresna membalas, "Mana mungkin aku keberatan? Sebagai pemimpin, kamu pasti sibuk karena ada banyak masalah yang terjadi belakangan ini. Aku sudah merasa sangat terhormat karena kamu masih ingat padaku."Wira tak kuasa merasa lucu melihat penampilan Kresna yang bermuka dua. Namun, dia tetap berpura-p
Senia terus memikirkan cara untuk melemahkan kekuasaan Kresna. Kali ini, tindakan Senia yang mengutusnya sudah cukup untuk membuktikan bahwa akan ada perubahan yang terjadi. Inilah hal yang paling dikhawatirkan Kresna.Wira terkekeh-kekeh dan membalas, "Boleh saja. Aku bisa menghargai permintaanmu ini. Kamu boleh membawa Dahlan pergi nanti. Kalau masalah Desa Damaro, aku bakal membantu kalian mengurusnya. Aku nggak bakal membiarkan mereka mencari masalah dengan kalian."Kresna merasa senang. Dia tidak menyangka semuanya akan berjalan selancar ini. Apa mungkin terjadi sesuatu pada Wira? Jika tidak, mana mungkin dia berubah pikiran secepat ini?Wira meneruskan, "Aku mengambil inisiatif untuk mencarimu karena ada yang ingin kubahas. Aku rasa kamu bakal sangat tertarik dengan tawaranku.""Tawaran?" Kresna menatap Wira dengan bingung. Memangnya keuntungan apa yang bisa Wira dapatkan dari dirinya?Wira menyahut, "Ya, ada penawaran besar. Kamu adalah orang yang paling cocok untuk penawaran in
"Biar aku pikirkan baik-baik lagi," jawab Kresna yang tidak menolak niat baik Wira, tetapi dia juga tidak langsung menyetujuinya. Hal ini memang harus dipertimbangkan, tetapi masih ada hal lain yang lebih layak untuk dipertimbangkan. Jika dia menolak Wira sekarang, mungkin dia tidak akan bisa membawa Dahlan kembali seumur hidupnya.Jika gagal menyelesaikan tugas, Kresna berpikir Senia pasti akan menyulitkannya saat dia kembali nanti. Senia memiliki kekuatan militer yang absolut, ini adalah kekuatan yang tidak bisa dilawannya. Di tengah zaman yang kacau ini, melindungi diri sendiri adalah hal yang paling penting. Mengenai ambisi besarnya, dia hanya bisa perlahan-lahan mencari kesempatan untuk mewujudkannya."Gina." Setelah Wira pergi, Kresna menatap ke arah sudut ruangan dan memanggil dengan tenang.Seorang wanita yang mengenakan jubah hijau keluar dan berdiri di depan Kresna dengan hormat. Dia adalah seorang ahli yang dilatih di Pasukan Bayangan dan juga satu-satunya ahli wanita di pas
"Dengan begitu, Wira bias mengikuti petunjuk itu dan perlahan-lahan pasti akan menemukan dalang di balik semua itu," kata Gina.Kresna tenggelam dalam renungannya, bertanya-tanya apakah semuanya seperti yang dikatakan Gina. Dengan kata lain, berarti Wira hanya ingin dia naik takhta untuk menjadikannya sebagai boneka di tangan Wira saja. Jika itu terjadi, Kerajaan Agrel akan menjadi milik Wira dan mereka terpaksa meninggalkan Provinsi Ladu.Saat ini, dua dari sembilan provinsi sudah berada di tangan Wira. Jika Kerajaan Beluana berhasil dihancurkan, Wira akan menjadi penguasa nomor satu di dunia ini. Pada saat itu, Wira akan menduduki posisi tertinggi sepenuhnya. Saat memikirkan itu, Kresna merasa ini benar-benar sebuah transaksi yang menguntungkan Wira."Ternyata begitu. Setelah mendengar penjelasanmu, sekarang aku akhirnya mengerti apa yang sedang dipikirkan Wira. Kamu ini benar-benar orang kepercayaanku. Sepertinya keputusanku dulu untuk membiarkanmu tetap berada di sisiku adalah lang
Jika bukan karena Wira belum memberikan perintah, Danu sudah langsung menebas Delon.Delon berkata, "Wira, kalau hari ini kamu nggak memberiku sebuah penjelasan, jangan harap kamu bisa keluar dari sini. Aku dan Raja Kresna sudah berada di sini selama seminggu. Bukan hanya nggak membiarkan kami membawa adikku pulang, kamu bahkan nggak mengizinkanku menemuinya.""Aku nggak tahu apa adikku masih hidup atau sudah mati. Kamu ini terlalu keterlaluan, kamu pikir orang-orang dari bangsa Agrel takut padamu?"Orang-orang di utara terkenal sebagai prajurit yang gagah berani. Selain itu, orang-orang dari Kerajaan Agrel juga tidak memiliki kesan yang baik terhadap orang-orang dari sembilan provinsi.Tidak peduli seberapa besar reputasi Wira, dia hanya seorang yang pandai memanipulasi hati orang lain di mata orang-orang dari Kerajaan Agrel ini. Kebaikan apa pun yang dilakukannya, mereka tidak merasakannya. Oleh karena itu, mereka berpikir mereka tidak perlu menghormatinya.Delon juga berpikir demiki
"Tadi kamu sudah bersikap nggak sopan pada tuanku, apa bisa selesai begitu saja?" kata Danu sambil meletakkan pedangnya hampir mengenai leher Delon.Delon menelan ludahnya. "Jadi, apa yang kamu inginkan?"Saat mengatakan itu, nada bicara Delon yang tadinya angkuh kini menjadi jauh lebih lembut. Sepertinya, manusia memang perlu diberi pelajaran keras agar bisa menjadi lebih patuh."Sangat mudah, minta maaf pada tuanku. Kalau nggak, meskipun aku bersedia melepaskanmu, saudara-saudaraku ini juga nggak akan membiarkanmu pergi," kata Danu.Para prajurit juga segera menyetujui perkataan Danu sambil mengangkat pedang mereka lagi. Aura mereka terasa sangat mengintimidasi. Bukan hanya Delon, siapa pun yang berada dalam posisinya juga pasti akan merasa ketakutan saat menghadapi aura itu.Meskipun Delon yakin Wira tidak berani membunuhnya, sekarang yang mengancamnya adalah Danu dan para perwira di sekitarnya. Jika mereka yang membunuhnya, dia juga tidak bisa melakukan apa pun. Jika nanti Senia me
"Wira nggak akan membunuhnya," jawab Kresna dengan percaya diri."Kenapa Raja bisa begitu yakin? Jenderal Danu dan yang lainnya juga sudah menghunuskan pedang mereka dan jarak mereka dengan Pangeran Delon hanya selangkah lagi. Kalau mereka ingin membunuhnya, mereka bisa langsung melakukannya," kata Gina dengan ekspresi bingung.Gina bertanya-tanya apakah tebakannya benar-benar salah dan orang-orang itu hanya ingin menakuti Delon saja. Namun, saat pelatihan di Pasukan Bayangan, dia juga pernah dilatih khusus untuk mendeteksi niat membunuh yang bisa ditentukan dari aura dan tatapan mata seseorang. Tadi Danu dan yang lainnya jelas menunjukkan niat membunuh, dia yakin dia tidak mungkin salah menilainya.Kresna menjelaskan, "Wira bukan orang yang bodoh, dia nggak mungkin membunuh Pangeran Delon. Tadi dia hanya ingin menakut-nakuti Pangeran Delon saja. Meskipun Pangeran Delon nggak mau mengalah dan meminta maaf, Wira juga akan memberinya kesempatan.""Kalau Wira benar-benar membunuh Pangeran
"Aku tahu batasan. Kamu tenang saja." Usai melontarkan itu, Wendi kembali ke tempatnya dan berbaring untuk tidur.Besok mereka masih harus melanjutkan perjalanan. Ada begitu banyak kejadian yang terjadi malam ini. Wendi tentu harus beristirahat untuk memulihkan energinya.Karena Kavin sudah takut pada Wira dan lainnya, dia pun tidak berani macam-macam meskipun mereka sedang tidur. Itu sebabnya, tidur mereka sangat nyenyak.Setelah langit terang, Agha kembali. Setelah membereskan noda darah di tubuhnya, dia mengeluarkan makanan dan air untuk dinikmati.Kavin yang duduk di samping hanya bisa menelan ludahnya. Meskipun merasa lapar, dia tidak berani bersuara ...."Kamu juga ingin makan?" Agha meliriknya sekilas, lalu melemparkan roti kepadanya. "Makan saja, kamu masih harus memandu jalan untuk kami. Kami nggak mungkin membiarkanmu mati kelaparan di sini."Kavin buru-buru mengambilnya. Tanpa peduli pada debu di atasnya, dia langsung makan dengan lahap. Dia juga minum beberapa teguk air."K
Semua orang yang ada di sini sudah mati dan Dzul kemungkinan besar tidak akan bertahan sampai malam ini.Setelah Agha memberinya pelajaran, sekalipun Dzul bisa bertahan hidup, dia pasti akan menjadi orang cacat.Makanya, mereka membutuhkan Kavin untuk memandu perjalanan. Jika cederanya tidak segera diobati, dia pasti akan mati karena kehilangan banyak darah atau karena kesakitan. Ketika saat itu tiba, siapa yang harus mereka andalkan?Wendi mengangguk dan menghampiri Kavin. Kemudian, dia mengeluarkan beberapa botol dan jarum. Setelah melakukan akupunktur, Kavin pun tidak merasakan sakit lagi.Kavin menatap Wendi yang berada di hadapannya dengan tercengang. Dia masih merasa takut. Siapa sebenarnya orang-orang ini?Agha dan Dwija sangat kuat. Dwija bahkan tidak mengeluarkan pedang dari sarungnya, tetapi berhasil memenangkan pertarungan.Agha bahkan lebih mengerikan. Tinjunya sekeras besi. Satu pukulan sudah cukup untuk remukkan tulang rusuk orang.Anak buah mereka jelas begitu banyak, te
Kavin berbicara panjang lebar dan akhirnya melihat secercah harapan.Wira mendengus dingin dan tidak menghiraukan Kavin lagi. Saat ini, tatapannya tertuju pada Dzul."Aku sudah memberimu empat batang emas untuk menyuruhmu menjadi pemandu kami ke wilayah barat. Seharusnya aku nggak berutang padamu, 'kan?""Tapi, apa yang kamu lakukan? Kamu bersekongkol dengan orang luar untuk menjebak kami. Kamu mencoba untuk merampas harta kami, bahkan ingin membunuh kami?"Dzul tidak berani berbicara saat menghadapi pertanyaan Wira. Fakta jelas di depan mata. Sekalipun dia ingin membela diri, dia tidak tahu harus bagaimana ...."Sekarang aku sudah paham, kenapa orang-orang yang sebelumnya pergi ke wilayah barat nggak pernah kembali. Sepertinya mereka dibunuh di tengah jalan, 'kan?" tanya Wira.Dzul menelan ludahnya. Setelah ragu-ragu sejenak, dia memberanikan diri untuk menyahut, "Tuan, aku melakukan semua ini karena dihasut mereka. Kalau mereka nggak memaksaku, aku juga nggak bakal berani!""Kalau ny
"Sekarang sudah tahu takut?" Ketika Dwija hendak mengambil tindakan, tiba-tiba terdengar suara familier dari belakang.Dwija perlahan-lahan menoleh. Tatapannya tertuju pada Wira. Wira telah berdiri di belakangnya.Wira awalnya ingin tidur, tetapi tidak bisa karena tempat ini terlalu ribut. Dia merasa agak terganggu. Makanya, dia memilih untuk menonton saja.Kavin bukan orang bodoh. Hanya dengan melihat sekilas, dia tahu bahwa Wira adalah pemimpin pasukan ini. Asalkan mendapat pengampunan dari Wira, nyawanya akan selamat.Kavin memegang lukanya, lalu berjalan ke hadapan Wira dengan pincang. Saat berikutnya, dia berlutut dan berderai air mata."Tuan, aku tahu kamu orang baik. Tolong beri aku kesempatan untuk hidup ya? Aku benaran sudah menyadari kesalahanku. Asalkan kamu memberiku kesempatan, aku pasti akan berubah menjadi orang yang lebih baik.""Sekarang aku sudah cacat. Satu lenganku sudah putus. Kalaupun aku ingin buat jahat, aku nggak mungkin punya kesempatan lagi. Tolong ampuni aku
Ini adalah satu-satunya cara bagi mereka untuk menyelamatkan diri!Kalid ragu-ragu sejenak, lalu menatap para bawahannya yang tergeletak di tanah. Pada akhirnya, dia segera memerintahkan, "Mundur!"Lebih baik mundur daripada mati. Mereka masih punya banyak bawahan. Setelah membangun pasukan kembali, mereka masih bisa menguasai gurun pasir.Namun, jika bersikeras bertarung dengan Agha, kemungkinan besar mereka semua akan mati di sini. Pada akhirnya, semuanya akan menjadi sia-sia.Dzul dan Kavin bergegas mengikuti Kalid. Mereka berbondong-bondong menuju ke tempat tinggal mereka.Karena Agha masih terjebak dengan beberapa perampok, dia tidak akan punya kesempatan untuk menghentikan ketiga orang itu.Dwija yang hanya menonton dan terus menggenggam dengan erat pedangnya, sontak berkelebat dan tiba di depan ketiga orang itu.Dzul tidak punya senjata untuk pertahanan diri. Wajahnya memang menyeramkan, tetapi hanya bisa digunakan untuk menakuti orang. Dia tidak punya kemampuan apa pun.Ketika
"Kamu tidur saja, Kak. Serahkan para pecundang ini kepadaku." Kemudian, Agha menyeringai dan menatap Dwija. "Kamu juga nggak usah turun tangan melawan orang-orang lemah ini. Nanti yang ada pedangmu kotor. Biarkan aku berolahraga sedikit."Dwija mengangguk. Agha adalah orang terkuat di dunia. Ketika berada di Gedung Nomor Satu, Dwija dan Agha tidak akrab, tetapi Dwija pernah melihat kekuatan Agha.Jadi, beberapa perampok ini tidak ada apa-apanya di hadapan Agha. Dwija yakin Agha bisa menghabisi mereka semua dalam sekejap.Kedua bersaudara itu sama sekali tidak merasakan bahaya yang mengintai. Mereka terus memandang Agha dengan tatapan penuh ejekan. Bagaimana bisa ada orang sebodoh ini di dunia?Kalid melambaikan tangan kepada orang-orang di belakang, lalu tersenyum dan berujar, "Kalian serang dia bersama! Lumpuhkan dia! Aku rasa dia cukup kuat. Tapi, jumlah kita sangat banyak. Dia nggak mungkin bisa menang!"Orang-orang segera mengiakan dan menerjang ke arah Agha. Agha pun tersenyum sin
Sementara itu, Wira dan lainnya justru terlihat sangat tenang dan sama sekali tidak takut."Sudah kubilang sejak awal, kalau kamu punya niat buruk, aku pasti nggak akan mengampunimu. Siapa sangka, kamu benaran berani bermain belakang dengan kami, bahkan kerja sama dengan sekelompok penjahat di gurun ini.""Kalian ingin merebut harta kami? Sepertinya, langit memberiku kesempatan untuk memberimu pelajaran!"Mata Agha berbinar-binar. Sejak awal memasuki gurun, dia sudah merasa ada yang aneh pada Dzul. Hanya saja, karena Wira ada di sini, ditambah lagi mereka memang membutuhkan pemandu, Agha terus menahan amarahnya.Begitu memasuki gurun, Dzul langsung menunjukkan wajah aslinya. Kali ini, Agha tentu tidak akan mengampuninya!Dzul memandang Agha dengan tatapan penuh penghinaan. Dia tidak peduli pada ucapan Agha dan mengalihkan pandangannya kepada kedua bersaudara itu.Dzul menunjuk Agha dan berkata, "Kak Kalid, Kak Kavin, setelah semuanya beres, kuharap kalian bisa membiarkan bocah ini hidu
Karena telah berjalan selama beberapa jam, semua orang pun sangat lelah. Setelah bisa beristirahat, mereka melepaskan semua beban dan tidur lebih awal.Di siang hari, gurun terasa sangat panas, membuat mereka seperti berada di dalam oven raksasa. Namun, di malam hari, suhu turun drastis sehingga mereka bisa tidur dengan nyenyak.Hanya saja, sebelum sempat tidur sejam, mereka sudah mendengar suara langkah kaki yang ringan. Agha dan Dwija berasal dari Gedung Nomor Satu dan memiliki keahlian khusus. Sementara itu, Wendi sudah lama tinggal di pegunungan dan memiliki pendengaran yang sangat tajam.Adapun Wira, meskipun tidak sehebat mereka, dia tetap bukan orang biasa. Keempat orang itu langsung mendengar suara itu dan membuka mata mereka.Setelah melihat sekeliling, mereka mendapati ada banyak pria memegang tongkat yang mengepung mereka. Di antaranya adalah Dzul."Kak Kalid, Kak Kavin, mereka yang membawa emas batangan. Mereka pasti orang kaya! Kamu lihat pakaian mereka? Itu kain sutra hal
Kalau bukan karena Wira tidak bersuara, Agha pasti sudah memberi pelajaran kepada Dzul sejak tadi.Dzul membalas dengan suara dingin, "Kalau kalian nggak percaya, aku akan kembalikan emas kalian. Tapi, kalian harus bayar biaya perjalanan. Aku nggak bisa ikut kalian secara cuma-cuma, 'kan?""Soal gimana kalian akan masuk ke gurun, itu bukan urusanku lagi. Mau kalian hidup atau mati, itu juga urusan kalian."Ketika melihat Dzul masih bersikap angkuh, Agha pun semakin marah.Saat berikutnya, Wira berdiri di antara mereka dan berkata, "Dzul, jangan terlalu diambil hati dengan sikap adikku ini. Dia memang begini.""Kamu cuma perlu tunjukkan jalan kasih kami. Kalau kami nggak percaya padamu, mana mungkin kami kasih kamu uang sebanyak itu cuma untuk menyuruhmu membawa kami menyeberangi gurun."Dzul menatap Wira beberapa saat, lalu melanjutkan perjalanan tanpa menanggapi apa-apa."Apa-apaan? Setelah balik dari wilayah barat, aku pasti akan memberinya pelajaran! Berani sekali dia bicara begitu