Senia terus memikirkan cara untuk melemahkan kekuasaan Kresna. Kali ini, tindakan Senia yang mengutusnya sudah cukup untuk membuktikan bahwa akan ada perubahan yang terjadi. Inilah hal yang paling dikhawatirkan Kresna.Wira terkekeh-kekeh dan membalas, "Boleh saja. Aku bisa menghargai permintaanmu ini. Kamu boleh membawa Dahlan pergi nanti. Kalau masalah Desa Damaro, aku bakal membantu kalian mengurusnya. Aku nggak bakal membiarkan mereka mencari masalah dengan kalian."Kresna merasa senang. Dia tidak menyangka semuanya akan berjalan selancar ini. Apa mungkin terjadi sesuatu pada Wira? Jika tidak, mana mungkin dia berubah pikiran secepat ini?Wira meneruskan, "Aku mengambil inisiatif untuk mencarimu karena ada yang ingin kubahas. Aku rasa kamu bakal sangat tertarik dengan tawaranku.""Tawaran?" Kresna menatap Wira dengan bingung. Memangnya keuntungan apa yang bisa Wira dapatkan dari dirinya?Wira menyahut, "Ya, ada penawaran besar. Kamu adalah orang yang paling cocok untuk penawaran in
"Biar aku pikirkan baik-baik lagi," jawab Kresna yang tidak menolak niat baik Wira, tetapi dia juga tidak langsung menyetujuinya. Hal ini memang harus dipertimbangkan, tetapi masih ada hal lain yang lebih layak untuk dipertimbangkan. Jika dia menolak Wira sekarang, mungkin dia tidak akan bisa membawa Dahlan kembali seumur hidupnya.Jika gagal menyelesaikan tugas, Kresna berpikir Senia pasti akan menyulitkannya saat dia kembali nanti. Senia memiliki kekuatan militer yang absolut, ini adalah kekuatan yang tidak bisa dilawannya. Di tengah zaman yang kacau ini, melindungi diri sendiri adalah hal yang paling penting. Mengenai ambisi besarnya, dia hanya bisa perlahan-lahan mencari kesempatan untuk mewujudkannya."Gina." Setelah Wira pergi, Kresna menatap ke arah sudut ruangan dan memanggil dengan tenang.Seorang wanita yang mengenakan jubah hijau keluar dan berdiri di depan Kresna dengan hormat. Dia adalah seorang ahli yang dilatih di Pasukan Bayangan dan juga satu-satunya ahli wanita di pas
"Dengan begitu, Wira bias mengikuti petunjuk itu dan perlahan-lahan pasti akan menemukan dalang di balik semua itu," kata Gina.Kresna tenggelam dalam renungannya, bertanya-tanya apakah semuanya seperti yang dikatakan Gina. Dengan kata lain, berarti Wira hanya ingin dia naik takhta untuk menjadikannya sebagai boneka di tangan Wira saja. Jika itu terjadi, Kerajaan Agrel akan menjadi milik Wira dan mereka terpaksa meninggalkan Provinsi Ladu.Saat ini, dua dari sembilan provinsi sudah berada di tangan Wira. Jika Kerajaan Beluana berhasil dihancurkan, Wira akan menjadi penguasa nomor satu di dunia ini. Pada saat itu, Wira akan menduduki posisi tertinggi sepenuhnya. Saat memikirkan itu, Kresna merasa ini benar-benar sebuah transaksi yang menguntungkan Wira."Ternyata begitu. Setelah mendengar penjelasanmu, sekarang aku akhirnya mengerti apa yang sedang dipikirkan Wira. Kamu ini benar-benar orang kepercayaanku. Sepertinya keputusanku dulu untuk membiarkanmu tetap berada di sisiku adalah lang
Jika bukan karena Wira belum memberikan perintah, Danu sudah langsung menebas Delon.Delon berkata, "Wira, kalau hari ini kamu nggak memberiku sebuah penjelasan, jangan harap kamu bisa keluar dari sini. Aku dan Raja Kresna sudah berada di sini selama seminggu. Bukan hanya nggak membiarkan kami membawa adikku pulang, kamu bahkan nggak mengizinkanku menemuinya.""Aku nggak tahu apa adikku masih hidup atau sudah mati. Kamu ini terlalu keterlaluan, kamu pikir orang-orang dari bangsa Agrel takut padamu?"Orang-orang di utara terkenal sebagai prajurit yang gagah berani. Selain itu, orang-orang dari Kerajaan Agrel juga tidak memiliki kesan yang baik terhadap orang-orang dari sembilan provinsi.Tidak peduli seberapa besar reputasi Wira, dia hanya seorang yang pandai memanipulasi hati orang lain di mata orang-orang dari Kerajaan Agrel ini. Kebaikan apa pun yang dilakukannya, mereka tidak merasakannya. Oleh karena itu, mereka berpikir mereka tidak perlu menghormatinya.Delon juga berpikir demiki
"Tadi kamu sudah bersikap nggak sopan pada tuanku, apa bisa selesai begitu saja?" kata Danu sambil meletakkan pedangnya hampir mengenai leher Delon.Delon menelan ludahnya. "Jadi, apa yang kamu inginkan?"Saat mengatakan itu, nada bicara Delon yang tadinya angkuh kini menjadi jauh lebih lembut. Sepertinya, manusia memang perlu diberi pelajaran keras agar bisa menjadi lebih patuh."Sangat mudah, minta maaf pada tuanku. Kalau nggak, meskipun aku bersedia melepaskanmu, saudara-saudaraku ini juga nggak akan membiarkanmu pergi," kata Danu.Para prajurit juga segera menyetujui perkataan Danu sambil mengangkat pedang mereka lagi. Aura mereka terasa sangat mengintimidasi. Bukan hanya Delon, siapa pun yang berada dalam posisinya juga pasti akan merasa ketakutan saat menghadapi aura itu.Meskipun Delon yakin Wira tidak berani membunuhnya, sekarang yang mengancamnya adalah Danu dan para perwira di sekitarnya. Jika mereka yang membunuhnya, dia juga tidak bisa melakukan apa pun. Jika nanti Senia me
"Wira nggak akan membunuhnya," jawab Kresna dengan percaya diri."Kenapa Raja bisa begitu yakin? Jenderal Danu dan yang lainnya juga sudah menghunuskan pedang mereka dan jarak mereka dengan Pangeran Delon hanya selangkah lagi. Kalau mereka ingin membunuhnya, mereka bisa langsung melakukannya," kata Gina dengan ekspresi bingung.Gina bertanya-tanya apakah tebakannya benar-benar salah dan orang-orang itu hanya ingin menakuti Delon saja. Namun, saat pelatihan di Pasukan Bayangan, dia juga pernah dilatih khusus untuk mendeteksi niat membunuh yang bisa ditentukan dari aura dan tatapan mata seseorang. Tadi Danu dan yang lainnya jelas menunjukkan niat membunuh, dia yakin dia tidak mungkin salah menilainya.Kresna menjelaskan, "Wira bukan orang yang bodoh, dia nggak mungkin membunuh Pangeran Delon. Tadi dia hanya ingin menakut-nakuti Pangeran Delon saja. Meskipun Pangeran Delon nggak mau mengalah dan meminta maaf, Wira juga akan memberinya kesempatan.""Kalau Wira benar-benar membunuh Pangeran
"Selama bertahun-tahun ini, Senia diam-diam terus membina Dahlan, hanya saja nggak pernah membiarkan Dahlan tampil di publik saja. Kali ini Dahlan kebetulan keluar untuk menjalankan tugas, tapi malah ketemu dengan kita. Bisa dibilang, dia sial saja," gumam Wira. Jika bukan karena kebetulan ini, dia tidak akan memiliki kesempatan untuk berinteraksi dengan Dahlan.Sepertinya Senia memang telah menetapkan Dahlan sebagai pewaris. Meskipun kali ini Senia tidak langsung datang untuk mengurus masalah ini, Senia mengutus Kresna dan Delon. Orang lain mungkin tidak mengerti, tetapi Wira tahu jelas posisi Kresna karena dia pernah tinggal di Kerajaan Agrel untuk sementara waktu.Kresna adalah orang yang benar-benar memiliki kekuasaan, bahkan Senia pun harus segan padanya. Sekarang Senia malah mengutusnya datang ke sini, ini membuktikan betapa pentingnya posisi Dahlan bagi Senia.Danu langsung berkata, "Ternyata begitu. Kalau begitu, kita lebih nggak boleh melepaskan Dahlan pergi, 'kan? Cepat atau
"Tuan, apa langkah kita selanjutnya?" tanya Danu. Sebagai saudara, dia tidak butuh pujian Wira yang berlebihan. Dia tahu selama tetap berada di sisi wira, kehidupannya memiliki arti dan nilai. Baik sebagai jenderal yang berani atau penguasa yang terampil, dia tetap berada di kubu Wira dan ini tidak akan pernah berubah selamanya.Wira menyipitkan mata dan tersenyum, lalu berkata dengan tenang, "Kita serahkan masalah sulit ini pada Raja Kresna dulu. Kita harus lihat sikap dan pendapatnya dulu baru kita merencanakan langkah selanjutnya. Oh ya. Kamu panggil Lucy kemari, aku ingin bertanya sesuatu padanya."Setelah merespons, Danu langsung pergi.Sepuluh menit kemudian, Lucy sudah tiba dan saat ini berdiri di depan Wira."Apa kamu sudah menyelidiki rencana Senia? Apa yang sebenarnya mereka lakukan secara rahasia?" tanya Wira langsung ke inti pembicaraannya.Selama beberapa hari ini, Lucy terus menyelidiki urusan terkait dengan Kerajaan Agrel. Masalah ini terus mengganggu hati Wira, sehingga
Mendengar perkataan itu, Darsa menganggukkan kepala. Melihat Joko hendak pergi, dia baru teringat sesuatu dan perlahan-lahan berkata, "Oh ya. Setelah selesai mengatur semuanya, datang lagi ke sini. Aku harus merencanakan beberapa hal lagi untuk langkah selanjutnya.""Baik!" jawab Joko.Setelah Joko pergi, Darsa mengernyitkan alis. Pada saat itu, dia melihat Zaki masuk dari luar. Dia langsung tertegun sejenak saat melihat Zaki, lalu bertanya, "Bagaimana? Pikiranmu sudah jernih?"Mendengar pertanyaan Darsa, Zaki menganggukkan kepala dan langsung berkata sambil memberi hormat, "Tuan Darsa, maaf, sebelumnya aku memang terlalu gegabah. Tapi, kali ini ada begitu banyak saudara kita yang tewas, aku benar-benar merasa nggak rela."Darsa tersenyum, lalu berkata, "Hehe. Ini bukan masalah, kita akan membalasnya lain kali. Kali ini mereka memang menang, tapi menang dan kalah adalah hal yang biasa dalam dunia peperangan. Kalau kamu putus asa dan hanya memikirkan soal balas dendam karena kekalahan k
Setelah pasukan utara kembali ke kemah, Darsa tidak bisa menahan amarahnya saat melihat ekspresi Zaki dan berkat, "Zaki, sebagai jenderal garis depan, kenapa kamu begitu gegabah? Musuh pasti sudah menyiapkan jebakan di depan makanya mereka mundur, tapi kamu malah masih ingin membawa pasukan untuk mengejar mereka."Mendengar perkataan itu, wajah Zaki langsung memerah. Setelah terdiam sejenak, dia baru berkata, "Kali ini memang aku yang salah perhitungan. Tapi, musuh kita benar-benar licik. Kalau kita terus membiarkan mereka begitu, kita akan terus dipermainkan mereka."Ekspresi Darsa langsung terlihat kecewa dan berkata dengan marah, "Tipu muslihat adalah hal yang biasa dalam perang dan ini sudah menjadi aturan sejak dulu. Apa yang kamu pikirkan? Aku beri tahu kamu, aku akan melupakan kesalahanmu kali ini kalau kamu bisa menyelesaikan masalah ini dengan baik."Darsa mendengus, lalu menoleh pada Joko dan berkata dengan pelan, "Bawa orang-orangmu untuk menghitung jumlah korban dan pasukan
Pengirim pesan itu segera memberi hormat, lalu langsung berjalan keluar.Setelah pengirim pesan itu pergi, Darsa baru menghela napas. Saat ini, semuanya sudah direncanakan, tetapi tergantung pada takdir apakah ini akan berhasil atau tidak. Jika 10 ribu pasukan ini masih tidak bisa membawa kembali Joko dan Zaki, situasinya akan makin merepotkan.Saat itu, Wira yang berada di medan perang tiba-tiba menoleh dan melihat musuh sudah mengerahkan tambahan 10 ribu pasukan pun terkejut karena hal ini di luar perkiraannya. Dia tidak menyangka musuh masih memiliki pasukan sebanyak ini dan sebelumnya mereka juga sudah menunjukkan kekuatan yang luar biasa. Mengapa mereka tidak langsung mengerahkan seluruh pasukan?Sebelumnya, Wira dan pasukannya sudah berhasil menghancurkan semangat bertarung pasukan utara. Namun, begitu melihat musuh mendapat pasukan tambahan lagi sekarang, mereka langsung terkejut. Mereka tidak menduga musuh mereka ternyata begitu hebat.Tepat pada saat itu, salah seorang yang te
Begitu kedua belah pihak bertabrakan, suara benturannya langsung bergema dan kekuatan yang dahsyat membuat keduanya terlempar dari kuda mereka.Joko bisa begitu dipercaya Darsa karena ternyata kekuatannya memang luar biasa. Dia mendengus, dan segera memutar tubuhnya sambil mengayunkan senjatanya, lalu mendarat di tanah. Serangannya seharusnya sudah sangat cepat, tetapi dia tidak menyangka Arhan malah lebih cepat. Saat kakinya menyentuh tanah, Arhan sudah kembali menyerangnya.Keduanya bertarung dengan sangat sengit, membuat suasana medan perang menjadi makin kacau.Namun, pertarungan antara kedua orang itu malah membuat pasukan utara makin terdesak. Menurut mereka, kekuatan musuh mereka ini benar-benar luar biasa. Bahkan ada salah seorang prajurit yang berkata, "Kenapa pasukan musuh begitu kuat? Ini benar-benar merepotkan."Banyak prajurit lainnya yang menganggukkan kepala juga. Menurut mereka, kemampuan pasukan musuh kali ini benar-benar sangat hebat dan di luar perkiraan mereka. Bahk
Hayam menganggukkan kepala setelah mendengar Adjie berkata seperti itu, lalu segera berbalik dan memimpin pasukannya mendekati Wira.Saat melihat Agha juga memimpin pasukan untuk datang mengepung, Darsa yang berada di dalam tenda langsung terkejut. Dia selalu mengira bala bantuan dari pihak musuh hanya pasukan kavaleri yang bersembunyi di kegelapan, tetapi ternyata masih ada begitu banyak infanteri.Ekspresi Darsa langsung menjadi muram saat teringat dengan banjir yang tiba-tiba terjadi sebelumnya. Setelah tertegun sesaat, dia akhirnya menyadari semua itu adalah bagian dari jebakan yang sudah direncanakan musuh. Dia langsung berteriak dengan lantang, "Joko, bantu Zaki untuk mundur, sekarang bukan saatnya untuk menyerang."Ekspresi Joko berubah, lalu menganggukkan kepala dan berkata, "Baik, kita akan segera menerobos keluar."Namun, saat melihat pasukan musuh, seseorang yang berada di samping Joko berkata, "Sialan. Kita benar-benar nggak menyangka hal ini, tapi kekuatan mereka memang lu
Adegan ini benar-benar sama dengan situasi saat pasukan utara disergap sebelumnya, bahkan Zaki sendiri pun tidak menyangka hal ini akan menjadi seperti ini. Setelah terdiam beberapa saat, dia langsung berteriak agar semuanya mundur. Namun, para prajurit di bagian belakang tidak bisa mendengar suaranya, sehingga para kavaleri pun bertabrakan.Melihat adegan itu, Darsa yang merupakan komandan pasukan utara juga tercengang. Dia tidak menyangka para kavaleri yang tiba-tiba muncul ini begitu ganas, pasukan utara jelas tidak bisa menandingi kekuatan mereka. Dia langsung berteriak dengan lantang, "Joko, cepat pergi bantu Zaki, jangan biarkan dia jatuh ke tangan musuh."Joko yang terus mengamati situasi di medan perang pun langsung menyadari ada yang tidak beres dan segera maju ke depan.Melihat pasukan utara dikepung pasukan besar, Wira tersenyum dan langsung berteriak, "Semuanya, cepat serang mereka sekarang juga dan pastikan untuk menghabisi mereka semuanya."Semua orang merasa sangat berse
Begitu para pemanah menghentikan serangan mereka, banyak orang yang terkejut. Beberapa saat kemudian, seseorang berkata, "Jenderal, waktunya sudah hampir tiba."Mendengar ini, Zaki mengangguk dan berseru dengan penuh antusiasme, "Kavaleri, serbu!"Gelombang besar pasukan berkuda langsung melesat ke depan, menyerbu dengan kekuatan penuh. Melihat ini, Wira tetap tidak menunjukkan ekspresi apa pun. Di sisinya, Nafis dan Arhan tampak agak heran. Menurut mereka, jika kavaleri musuh sudah mulai menyerang, ini adalah waktu terbaik untuk menumpas mereka.Namun, ketika melihat Wira tetap tenang dan tidak segera menurunkan perintah, keduanya sempat tertegun.Beberapa saat kemudian, seolah-olah telah memperhitungkan sesuatu, Wira tersenyum tipis dan berkata dengan suara pelan, "Kalian berdua jangan terburu-buru. Tunggu sebentar lagi. Biarkan mereka mencapai puncak semangat mereka terlebih dahulu."Awalnya, Nafis dan Arhan masih kebingungan. Namun, mereka segera memahami maksud Wira. Tidak heran W
Tak jauh dari Pulau Hulu, Wira bersama pasukannya menunggu dengan sabar. Saat ini, seorang mata-mata yang dikirim sebelumnya berlari kembali dan melaporkan dengan hormat, "Tuan, pasukan utara sedang berkumpul. Sepertinya kali ini mereka akan melakukan serangan kavaleri."Mendengar laporan itu, wajah Wira langsung berseri-seri. Dia mengangguk paham. Akhirnya kavaleri pasukan utara mulai bergerak. Jika mereka sudah mengambil langkah ini, sisanya akan lebih mudah ditangani.Segera, dia melambaikan tangannya dan berseru, "Kavaleri, bersiap!"Di barisan belakang, Arhan dan Nafis langsung mengepalkan tangan mereka sebagai tanda hormat dan merespons dengan lantang.Meskipun Wira membawa pasukan dalam jumlah besar, kavaleri yang dimilikinya sebenarnya tidak terlalu banyak. Selain 3.000 kavaleri dari Pasukan Harimau, dia hanya memiliki 5.000 kavaleri di bawah komando Nafis, sementara sebagian besar adalah pasukan infanteri.Itu sebabnya, Wira begitu menantikan pertempuran ini.Setelah beberapa
Bahkan, ada yang begitu bersemangat hingga berkata, "Kita sendiri pun nggak nyangka kekuatan kita kali ini akan begitu luar biasa. Kalau kita bisa menyelesaikan ini, yang lainnya pun pasti bisa kita atasi juga."Mendengar itu, para prajurit pasukan utara mengangguk setuju. Setelah berhasil menumpas musuh, wajah para bandit yang masih bertahan di garis depan pun berubah drastis, menjadi pucat.Beberapa dari mereka pun mulai bersuara, "Ini benar-benar di luar dugaan! Ternyata pasukan utara sekuat ini!"Ada yang tetap tenang, tetapi ada yang sangat bersemangat. Mereka merasa bahwa kemenangan sudah pasti di tangan pasukan utara.Melihat situasi ini, para prajurit tersenyum. Setelah menyelesaikan gelombang serangan ini, mereka mengangguk puas. Seseorang bahkan berkata dengan penuh semangat, "Ternyata para bandit ini nggak sekuat yang kita kira. Mereka bisa dilenyapkan secepat ini? Lemah sekali!"Di sisi pasukan utara, sorak-sorai kemenangan bergema. Menurut mereka, kekuatan mereka kali ini