Vion menganggukkan kepala dengan tak berdaya dan diam-diam melirik ke arah Agha. Meskipun masih belum berbicara dengan Wira, dia sudah bisa menebak apa yang ingin dikatakan Wira pasti berhubungan dengan Agha. Sepertinya, dia harus mempertimbangkan baik-baik apakah harus tetap akrab dengan Agha.Dalam sekejap, Wira dan yang lainnya sudah tiba di sebuah ruangan pribadi. Setelah mereka duduk, Wira menunjuk cangkir teh di samping dan berkata, "Cepat minum teh untuk menetralkan alkoholmu. Kamu masih muda, tapi sudah menjadi pecandu alkohol. Meskipun sudah menikahi Nona Fadela, kamu pikir dia akan perlahan-lahan menyukaimu yang seperti ini?"Sebenarnya, Wira juga sudah membuat kesepakatan dengan Anang dan mereka sudah saling memahami. Mereka ingin membiarkan Fadela dan Agha untuk saling berinteraksi secara perlahan-lahan, lalu keduanya akhirnya saling menyukai.Ini juga termasuk jodoh yang luar biasa. Bagaimanapun juga, Agha dan Fadela memiliki penampilan yang menarik dan status serta posisi
"Nona Lucy sudah pulang?" Mata Vion sontak berbinar-binar.Dilihat dari penampilan Vion, Wira seketika memahami sesuatu. "Vion, kamu tertarik pada Lucy?""Mana mungkin! Kak Vion nggak tertarik sama wanita! Dia pernah bilang wanita cuma penghambat. Kalau punya hubungan dengan wanita, fokusnya akan terbagi!""Sekarang aku juga merasa begitu. Sebelumnya waktu di arena, kalau yang berdiri di depanku bukan wanita, aku pasti bisa menaklukkannya dalam waktu singkat!" jelas Agha dengan sungguh-sungguh."Hehe." Wira menggeleng sambil terkekeh-kekeh. Menurut orang zaman dulu, pria yang tergila-gila pada wanita memang akan bernasib sial. Agha yang begitu pemberani saja merasa demikian, apalagi orang lain. Hanya saja, Agha sungguh tidak pengertian. Dia tidak bisa menebak isi hati Vion."Benar, yang Agha bilang masuk akal. Aku cuma penasaran. Apa yang dilakukan wanita seperti Lucy setiap hari? Yang jelas, aku nggak punya maksud apa-apa. Aku cuma ingin berteman dengannya," ucap Vion segera.Namun, m
"Kak, di sini ramai sekali! Kamu seharusnya menjaga harga diriku sedikit dong!" keluh Agha. Namun, Wira sama sekali tidak memedulikannya. Wira menjewernya dan menariknya keluar secara paksa.Pada akhirnya, Agha pun hanya bisa mengikuti Wira kembali ke kediaman jenderal. Vion tentu merasa lucu melihatnya.....Di kegelapan, pria dengan bekas luka pisau di wajah telah meninggalkan wilayah Kerajaan Beluana. Dia telah sampai di tempat yang aman. Saat ini, sekujur tubuhnya diperban karena mengalami cedera. Bisa dilihat betapa seriusnya cederanya.Bam! Pria itu mengepalkan tangannya dengan erat dan meninju kursi di samping dengan kesal. Dia menggertakkan giginya dan berkata, "Dendam ini harus dibalaskan!""Kenapa marah-marah begini? Kamu sendiri yang kurang kompeten. Sudah syukur majikanmu nggak menyalahkanmu. Kamu malah buat onar. Lihat dulu performamu. Kamu nggak merasa bersalah pada majikanmu?" Di luar pintu, seorang pemuda perlahan-lahan berjalan masuk.Pemuda ini memakai sutra dan satin
Semua ini jelas menunjukkan bahwa ada rahasia di Desa Damaro. Wira tentu ingin tahu apa rahasia itu. Sayangnya, sampai sekarang dia belum mendapat petunjuk apa pun."Tuan." Ketika Wira sedang merenungkan masalah ini di kamarnya, tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu. Danu bergegas masuk dan melapor. Di luar ada orang. Namanya Dahlan Guritno. Dari Kerajaan Agrel."Dahlan? Apa hubungannya dengan Senia?" tanya Wira.Marga Guritno adalah marga besar di Kerajaan Agrel. Tidak sembarang orang berani memakainya. Sementara itu, pria yang bernama Dahlan ini punya marga yang sama dengan Senia. Jelas sekali, identitasnya tidak biasa.Namun, setelah empat kerajaan mencapai kesepakatan dan memutuskan untuk hidup damai, Wira dan Senia bisa dibilang tidak berkomunikasi lagi. Mereka tidak mengganggu satu sama lain. Meskipun Wira berselisih dengan Kerajaan Beluana, Senia hanya mengamati dari samping dan tidak menampakkan diri. Lantas, kenapa tiba-tiba ada yang mencarinya?"Aku belum tahu soal ini. Dia
"Karena Tuan Wira sudah bicara begitu, aku nggak mungkin menolak lagi." Dahlan menyetujui, lalu duduk bersama Wira. Sejak tadi, Danu mengikuti di belakang Wira. Kini, dia adalah pemimpin Provinsi Yonggu. Dia tentu tidak perlu bersikap seperti bawahan biasanya lagi. Danu pun duduk di samping Wira. Tatapannya terus tertuju pada Dahlan.Orang Kerajaan Agrel tiba-tiba datang. Ini jelas agak aneh. Selama bertahun-tahun, kedua belah pihak tidak pernah berkomunikasi. Namun, sekarang tiba-tiba ada yang datang. Pasti ada motif tersembunyi di balik semua ini.Jika tidak, mana mungkin mereka datang jauh-jauh kemari. Hanya saja, Danu tidak berhak untuk bertanya. Karena Wira sudah ada di sini, Wira tentu akan memperjelas semuanya."Apa ada urusan? Kenapa Tuan Dahlan tiba-tiba kemari?" tanya Wira langsung.Hubungan Wira dengan Senia cukup bagus. Namun, dia dan Dahlan baru berkenalan. Meskipun Dahlan dan Osman segenerasi, status keduanya jauh berbeda.Osman telah menjadi Raja Kerajaan Nuala. Meskipun
Bagaimanapun, Dahlan adalah putra Senia. Dari obrolan tadi, Wira bisa melihat ambisi Dahlan. Kelak, Dahlan ingin menjadi penguasa Kerajaan Agrel.Itu sebabnya, Wira harus memastikan keselamatannya. Jika terjadi sesuatu pada Dahlan di wilayahnya, Wira yang akan kesulitan memberi penjelasan kepada Senia."Tuan, apa yang dikatakannya benar? Masa dia kemari cuma untuk jalan-jalan? Dilihat dari penampilannya, aku rasa nggak begitu.""Aku rasa dia menyembunyikan sesuatu dari kita. Firasatku sangat kuat. Hanya saja aku nggak tahu apa yang disembunyikannya," ujar Danu sambil mengernyit. Tatapannya terus tertuju pada Dahlan yang menjauh.Wira menyahut dengan tenang, "Tentu saja nggak sesederhana itu. Tapi, karena dia nggak mau bilang, kita nggak bakal bisa mengorek informasi apa pun. Kita cuma bisa menyuruh orang mengawasinya. Cepat atau lambat, tujuannya pasti akan terungkap.""Aku juga penasaran dengan apa yang ingin dilakukan orang Kerajaan Agrel. Kalau dia ingin bermain dengan kita di saat
Rumah dinas terletak lima kilometer dari luar kota. Meskipun tempatnya agak terpencil dan bukan berada di wilayah Provinsi Yonggu, rumah dinas ini tidak jauh dari Provinsi Yonggu.Tempat ini memang tidak semakmur kota. Namun, dari sini ke kota Provinsi Yonggu, hanya butuh waktu kurang dari sejam. Selain itu, lingkungan di sini sangat tenang.Di sini juga terdapat banyak prajurit yang bertugas. Semuanya adalah prajurit elite. Bagaimanapun, yang bisa tinggal di rumah dinas adalah para pejabat dan para utusan. Identitas mereka tidak biasa, jadi keselamatan mereka harus terjamin.Saat ini, Dahlan berada di sebuah kamar di rumah dinas. Ini adalah tempat yang diatur Wira untuknya. Dahlan berdiri di pinggir jendela sambil membaca sebuah surat.Dahlan baru menerima informasi dari Kasyafa. Kasyafa dan lainnya telah tiba di Provinsi Yonggu. Hanya saja, mereka belum menampakkan diri.Dahlan mengernyit. Tadi Dahlan berinteraksi dengan Wira. Hanya untuk mengujinya. Dia ingin melihat apakah Wira ben
Setelah naik ke lantai atas, mereka tidak bisa menemukan sosok Dahlan. Keduanya bertatapan. Salah satunya bertanya, "Di mana dia? Bukannya dia di depan tadi? Kenapa tiba-tiba hilang? Apa kita perlu menunggu di luar saja? Cuma ada satu pintu keluar di sini. Dia nggak mungkin lewat pintu lain, 'kan?""Nggak bisa. Kita datang untuk mencari tahu dia bertemu siapa. Kita harus mencari tahu apa yang dilakukannya di belakang kita. Kalau pergi begitu saja, kita nggak bisa melapor kepada Kapten Lucy," tolak prajurit yang satu lagi sambil mengernyit.Dengan demikian, mereka hanya bisa memeriksa satu per satu ruang privat untuk menemukan Dahlan.Ketika keduanya hendak mengambil tindakan, tiba-tiba Dahlan berjalan keluar dari sebuah belokan. Dia bersandar di dinding sambil melipat lengan dan menatap keduanya dengan tersenyum tipis."Kenapa kalian membuntutiku?" Begitu ucapan ini dilontarkan, kedua prajurit itu sontak terkesiap. Sorot mata mereka dipenuhi ketakutan. Siapa sangka, mereka ketahuan!"H