Setelah naik ke lantai atas, mereka tidak bisa menemukan sosok Dahlan. Keduanya bertatapan. Salah satunya bertanya, "Di mana dia? Bukannya dia di depan tadi? Kenapa tiba-tiba hilang? Apa kita perlu menunggu di luar saja? Cuma ada satu pintu keluar di sini. Dia nggak mungkin lewat pintu lain, 'kan?""Nggak bisa. Kita datang untuk mencari tahu dia bertemu siapa. Kita harus mencari tahu apa yang dilakukannya di belakang kita. Kalau pergi begitu saja, kita nggak bisa melapor kepada Kapten Lucy," tolak prajurit yang satu lagi sambil mengernyit.Dengan demikian, mereka hanya bisa memeriksa satu per satu ruang privat untuk menemukan Dahlan.Ketika keduanya hendak mengambil tindakan, tiba-tiba Dahlan berjalan keluar dari sebuah belokan. Dia bersandar di dinding sambil melipat lengan dan menatap keduanya dengan tersenyum tipis."Kenapa kalian membuntutiku?" Begitu ucapan ini dilontarkan, kedua prajurit itu sontak terkesiap. Sorot mata mereka dipenuhi ketakutan. Siapa sangka, mereka ketahuan!"H
Plak! Plak! Sebelum Kasyafa menyelesaikan ucapannya, Dahlan sudah mengangkat tangannya untuk menampar Kasyafa.Wajah Kasyafa terasa perih, tetapi dia tidak berani berbicara. Dahlan menghardik, "Dasar bodoh! Jangan membuat keputusan sendiri! Kamu kira aku nggak tahu apa yang ada di pikiranmu?""Aku tahu kamu ingin membuktikan kemampuanmu dengan menyelinap masuk ke Penjara Jagat dan menemukan Ahmad. Kamu kira bajingan itu tahu apa?""Sudah kubilang, jangan ikut campur lagi! Kamu berani menentang perintahku? Kamu rasa kamu sudah cukup hebat ya?"Kasyafa tidak berani bersuara. Dia membuat keputusan sendiri karena merasa enggan atas kegagalannya. Dia baru mengikuti Dahlan dan dipercayakan misi penting, tetapi malah berakhir dengan kegagalan. Hal ini membuat Kasyafa sangat frustrasi.Itu sebabnya, dia hanya bisa membuktikan kemampuannya untuk memenangkan kepercayaan Dahlan kembali. Kelak, dia akan menjadi tangan kanan Dahlan. Jika menyerah begitu saja, takutnya posisinya akan digantikan oleh
Asalkan menutup mulutnya rapat-rapat, Wira tidak akan menemukan petunjuk apa pun. Dahlan dan Kerajaan Agrel pun tidak akan terlibat dalam masalah ini.Semuanya dirahasiakan dengan sangat baik. Kasyafa telah memperhitungkan dan merencanakan semuanya matang-matang sebelum mengambil tindakan.Dahlan sontak meraih kerah baju Kasyafa, lalu berkata dengan dingin, "Pemikiranmu terlalu sederhana. Kamu kira dengan beberapa patah kata darimu, Wira bakal percaya?""Kamu bilang kamu nggak punya hubungan apa pun dengan Kerajaan Agrel, tapi kamu rasa kamu bisa menyembunyikan fakta dari Lucy? Jangan lupa, jaringan mata-mata milik Wira adalah jaringan intelijen terhebat di dunia. Nggak ada yang bisa disembunyikan dari mereka.""Selain itu, penanggung jawabnya sekarang adalah Lucy. Bisa dibilang kemampuan Lucy lebih hebat sedikit daripada Biantara. Aku jadi nyesal karena menyuruhmu membentuk organisasi yang setara dengan jaringan mata-mata. Bukan cuma rugi sumber daya, aku juga harus kecewa. Kamu ini b
Di dalam Restoran Hangkra."Kenapa kamu kembali lagi? Bukannya aku sudah menyuruhmu pergi?" tanya Dahlan yang mengernyit saat melihat Kasyafa yang kembali lagi.Jika Kasyafa berlama-lama di sini, situasi Dahlan akan menjadi makin rumit. Dahlan harus segera mengusir Kasyafa agar posisinya aman.Kasyafa berjalan ke arah jendela. Dia menunjuk ke lantai bawah sambil berujar, "Tuan, lihat lantai bawah. Semuanya bawahan Wira. Kita sudah dikepung. Aku nggak bisa keluar lagi."Hanya ada satu pintu masuk di Restoran Hangkra. Jika ingin pergi, mereka hanya bisa melewati pintu itu. Tidak mudah bagi Kasyafa untuk pergi.Begitu menampakkan diri, wajahnya yang memiliki bekas luka pisau akan langsung dikenali. Lucy pasti bisa mengenalinya hanya dengan melihat sekilas. Situasi akan makin merepotkan. Kasyafa pun tidak mungkin bisa kabur lagi."Bawahan Wira tiba secepat ini? Jangan-jangan ...." Wajah Dahlan tampak pucat. Sepertinya dia sudah bertindak gegabah. Mungkin, tindakannya tadi telah membuat Wir
"Tuan, maafkan aku!"Segera, Dahlan dan Kasyafa menuruni tangga. Di bawah sana, suasana sudah sangat ramai. Wira berdiri di garis paling depan. Di sisi kiri dan kanannya adalah Agha dan Danu. Tidak terlihat Lucy di depan sana."Siapa kamu? Kenapa menyandera Dahlan?" tanya Wira dengan dingin sambil menatap Kasyafa.Dahlan punya status yang tinggi, apalagi dia datang dari Kerajaan Agrel. Wira tidak bisa menyebutkan status Dahlan di depan umum. Selain itu, ada banyak orang di sini karena kedatangan Wira. Jika orang-orang tahu status Dahlan, mungkin akan terjadi konflik."Kamu nggak perlu tahu siapa aku. Cepat minggir atau kubunuh Dahlan. Aku sudah tahu identitasnya. Latar belakangnya jelas nggak biasa. Kalau dia mati begitu saja, takutnya kamu bakal kerepotan, 'kan? Cepat minggir!" sergah Kasyafa. Dahlan tidak melontar sepatah kata pun sejak tadi."Boleh saja." Wira langsung menyetujuinya. Tindakannya ini bukan hanya membuat Dahlan dan Kasyafa termangu, tetapi Agha dan Danu juga sama. Tid
"Biarkan mereka pergi."Di bawah tatapan semua orang, Wira memberi perintah dengan dingin. Sikapnya tegas. Dia benar-benar ingin membiarkan Dahlan dan Kasyafa pergi.Orang-orang pun tercengang mendengarnya. Apa Wira sudah gila? Jika melepaskan mereka begitu saja, kelak pasti akan susah untuk menangkap mereka lagi. Apalagi, masalah sebelumnya berkaitan dengan pria dengan bekas luka pisau di wajah. Pria di depan mereka ini jelas tidak boleh pergi begitu saja.Agha menggertakkan giginya dengan geram. Dia mengernyit, lalu berujar dengan dingin, "Kak Wira, aku nggak setuju kalau dia dilepaskan begitu saja. Aku yakin aku bisa menangkapnya tanpa melukai Dahlan."Danu tidak berbicara, tetapi sikapnya sama dengan Agha. Tidak ada yang ingin membiarkan musuh pergi. Bagaimanapun, kejadian hari ini terlalu kebetulan. Mereka baru menyadari kejanggalan pada Dahlan, lalu tiba-tiba muncul Kasyafa di sini. Parahnya, Kasyafa menyandera Dahlan. Semua kebetulan ini adalah bukti bahwa ada konspirasi besar.
Dengan wajah masam, Agha berjalan ke sisi lain.Wira menggeleng sambil menunjuk punggung Agha. "Dasar anak ini. Tahunya cuma bertarung. Dia nggak ngerti maksud baikku."Danu tidak berbicara. Yang jelas, dia memahami satu hal. Wira pasti sudah punya rencana. Jika tidak, Wira tidak akan membuat keputusan seperti ini.Pada saat yang sama, Kasyafa dan Dahlan telah tiba di luar gerbang kota.Di luar kota Provinsi Yonggu, tidak ada yang menghalangi mereka sepanjang perjalanan. Bahkan, prajurit yang bertugas menjaga pintu juga membiarkan mereka pergi begitu saja.Semuanya berjalan dengan lancar. Setibanya di hutan, muncul satu per satu sosok di sekeliling mereka. Orang-orang ini tidak lain adalah bawahan Kasyafa yang bertugas berjaga di luar kota. Kasyafa telah mengatur rute pelariannya dengan baik."Tuan, terima kasih sudah menolongku kali ini. Tanpa bantuanmu, aku mungkin nggak bisa selamat," ujar Kasyafa.Bagaimanapun, Restoran Hangkra telah dikepung. Semuanya adalah bawahan Wira. Ditambah
"Mungkin aku nggak bakal memahami kenikmatan teh untuk seumur hidup." Danu menggeleng sambil tersenyum getir. Kemudian, dia mengalihkan topik pembicaraan, "Tuan, kamu sengaja melepaskan Dahlan dan pria itu pasti karena tujuan lain, 'kan?"Agha masih muda sehingga tidak bisa memahami tindakan Wira. Namun, Danu telah mengikuti Wira selama bertahun-tahun. Dia tentu paham betul sikap Wira. Wajar jika Danu tahu Wira punya rencana lain.Dahlan memiliki status tinggi dan berasal dari Kerajaan Agrel. Jika terjadi sesuatu pada Dahlan di Provinsi Yonggu, Wira akan kesulitan memberi penjelasan pada Senia. Sekarang, Wira malah terlihat begitu santai. Dia pasti yakin dengan rencananya.Makanya, Danu tidak menanyakan apa-apa sejak tadi. Dia khawatir pertanyaannya akan membuat Wira kesal dan risau."Kamu memang lebih cerdas dari adikku itu. Seperti yang kamu bilang, aku memang sudah menyusun rencana. Kamu nggak menyadari ada seseorang yang nggak ikut berpartisipasi dalam operasi kali ini?" Wira menye
Tanpa basa-basi, Agha langsung menampar kedua selir Kunaf. Mereka pun langsung diam, tak berani berteriak lagi.Namun, saat itu juga, Agha mencium bau pesing yang menyengat dan sontak mengumpat pelan, "Sialan!"Setelah beberapa saat, Kunaf sudah diikat erat. Adjie lalu menoleh ke arah Agha dan bertanya, "Apa kita perlu mengabari Tuan Wira? Sekarang situasi di dalam kota sudah terkendali, tinggal menunggu pasukan Kerajaan Nuala tiba."Mendengar nama Kerajaan Nuala, Kunaf yang tergeletak di lantai langsung mengeluarkan suara dari mulutnya yang disumpal dengan kain. Tubuhnya meronta-ronta.Adjie tidak berkata apa-apa dan hanya menendang tubuh Kunaf agar tetap diam. Setelah itu, dia duduk perlahan di kursi dan berkata dengan tenang, "Aku sudah mengutus orang untuk memberi tahu Wira. Tapi sebelum itu, ada sesuatu yang perlu kita lakukan.""Apa itu?""Dengan menggunakan perintah Kunaf, kita panggil semua kepala penjaga gerbang ke sini dengan alasan rapat mendadak. Begitu mereka masuk ke hala
Selama mereka bisa menguasai tembok kota, saat fajar tiba dan pasukan Kerajaan Nuala memasuki kota, mereka dapat bergerak menuju tiga gerbang lainnya melalui jalur yang menghubungkan tembok kota.Nafis memberi hormat, lalu segera memimpin 100 orang untuk naik. Begitu mereka mencapai tembok kota, mereka mendapati bahwa para prajurit musuh di sana ternyata tertidur dengan bersandar pada dinding.Wira yang baru saja naik ke tembok juga melihat pemandangan itu dan hanya bisa tersenyum getir. Setelah beberapa saat, dia memberi isyarat untuk tetap diam dan memberi isyarat tangan untuk membunuh mereka.Orang-orang di belakangnya langsung mengerti maksudnya. Dengan hati-hati, mereka berjalan berjongkok menuju para prajurit yang sedang tertidur.Para prajurit dari pasukan utara itu bahkan tidak menyadari bahwa tidur mereka kali ini akan membawa mereka ke akhir hayat.....Sementara itu, di kediaman Kunaf.Meskipun kota dalam keadaan siaga penuh, sebagai tempat kediaman penguasa tertinggi di kot
Setelah pasukan terbagi, Wira memimpin kelompoknya keluar dari hutan lebat.Karena Kunaf telah mengeluarkan perintah untuk menangkap Wira, gerbang kota berada dalam keadaan siaga penuh.Namun, karena Kunaf yakin bahwa Wira telah melarikan diri ke utara, dia lantas menarik kembali setengah dari pasukannya.Melihat jumlah patroli di gerbang kota berkurang, Nafis berbisik, "Tuan, kenapa jumlah prajurit tampak jauh lebih sedikit dibandingkan siang tadi? Jangan-jangan ini jebakan?"Wira tersenyum dan menyahut, "Nggak. Ini pasti karena Latif memberi tahu Kunaf kita kabur ke utara."Mendengar itu, yang lainnya tersenyum kecil. Jika Kunaf benar-benar mempercayai informasi itu,berarti dia benar-benar bodoh.Bagaimana mungkin mereka yang telah melarikan diri dari utara justru kembali ke arah sana? Itu sama saja mencari mati!"Nafis, kamu yang memimpin di depan. Sebarkan pasukan, jangan berkumpul di satu tempat. Habisi prajurit musuh yang menjaga gerbang, lalu kenakan seragam mereka. Lakukan den
Mendengar laporan itu, Kunaf langsung berseri-seri dan segera menyuruh para penari untuk pergi.Setelah aula menjadi kosong, Kunaf menatap Latif dengan penuh antusiasme. Dia bahkan lupa menyuruhnya berdiri.Kunaf sangat memahami perintah dari Bimala. Tidak peduli apa pun caranya, Wira harus ditangkap. Jika berhasil, Kunaf bisa meninggalkan tempat ini.Latif perlahan-lahan berdiri, lalu menangkupkan tangannya sambil berujar dengan tenang, "Lapor, Jenderal. Kami telah mencari di dalam hutan untuk waktu yang lama, tapi nggak menemukan jejak musuh. Aku menduga mereka sudah meninggalkan area ini.""Nggak ada jejak?" Ekspresi Kunaf yang tadinya bersemangat langsung berubah. Dia lantas terdiam beberapa saat sebelum mengerutkan kening dan bertanya, "Kalau begitu, apa ada informasi dari penjaga gerbang?"Latif bertugas di benteng utama, jadi pertanyaan itu masih berada dalam ranah tanggung jawabnya. Dia segera menjawab, "Saat kembali, aku sudah menanyakan kepada penjaga gerbang. Hingga saat ini
Mengingat semua hal besar yang telah dilakukan oleh Wira, Latif merasa sangat bersemangat. Ini adalah pertama kalinya dia bertemu langsung dengan Wira.Latif segera menangkupkan tangan dan berkata, "Aku sudah lama mengetahui nama besar Tuan Wira. Hari ini, aku akhirnya bisa bertemu langsung denganmu. Ini benar-benar suatu kehormatan bagiku. Aku Latif, mohon ampuni nyawaku."Wira terkekeh-kekeh dan membalas, "Haha. Dengan cara pencarian seperti ini, kamu nggak takut Kunaf mengetahuinya dan memenggal kepalamu?"Saat berbicara, Wira menunjuk ke arah para prajurit yang masih memegang obor di kejauhan. Kini, dia sudah bisa menebak maksud Latif. Rupanya, dia sedang berusaha membantu Wira sebagai tanda persahabatan.Latif hanya bisa tertawa canggung dan berkata dengan suara rendah, "Jujur saja, aku nggak terlalu menyukai Kunaf. Lagian, dia nggak ada di sini. Dia nggak akan tahu apa yang sebenarnya terjadi.""Hari ini, ketika aku melihat Tuan berada dalam situasi sulit, aku ingin membantu sebi
Tak lama kemudian, obor mulai dinyalakan satu per satu.Di dalam hutan, Wira melihat cahaya obor yang menyala di kejauhan dan langsung tertegun."Apa yang dilakukan jenderal musuh ini? Kenapa dia menyalakan obor pada saat seperti ini?"Meskipun hari sudah gelap, cara terbaik untuk menangkap mereka seharusnya adalah dengan bersembunyi dalam kegelapan. Namun, musuh malah menyalakan obor, seolah-olah sengaja membocorkan posisi mereka sendiri.Adjie juga terkejut melihat tindakan aneh musuh ini. Setelah memastikan orang-orangnya sudah bersembunyi di tempat yang aman, dia mendekati Wira dan bertanya, "Tuan, apa yang dilakukan mereka? Menyalakan obor di saat seperti ini? Apa jenderal mereka nggak waras?"Wira tertawa kecil. Dia sendiri tidak menyangka musuh akan bertindak seperti ini. Setelah berpikir sejenak, dia berkata, "Haha ... jenderal mereka benar-benar menarik. Menyalakan obor di saat seperti ini, apa dia khawatir pasukannya mati terlalu lambat?"Namun, ada pepatah yang mengatakan ba
Keduanya langsung mengiakan, lalu membawa perlengkapan mereka dan pergi.Setelah mereka pergi, Adjie berbisik, "Tuan, 500 orang melawan 1.000. Kalau kita bisa menanganinya dengan baik, kita pasti bisa membasmi mereka semua di sini."Wira tersenyum. Sebelumnya, dia masih memikirkan bagaimana cara menyerang gerbang kota saat fajar. Sekarang, setelah mendengar kabar bahwa musuh telah menyusup, dia akhirnya menemukan jawabannya.Beberapa saat kemudian, Wira bertanya, "Adjie, kamu tahu strategi menangkap pemimpin untuk mengalahkan pasukan, 'kan?"Mendengar ini, Adjie tertegun sejenak. Tentu saja dia tahu strategi tersebut. Dia seperti menyadari sesuatu. Matanya berbinar saat membalas, "Tuan ingin menangkap pemimpin mereka? Kalau itu berhasil, pasukan mereka pasti akan kehilangan arah dan hancur dengan sendirinya!"Wira tersenyum dan mengangguk, lalu berucap dengan suara pelan, "Atur 100 orang dan sembunyikan mereka di kegelapan. Aku sendiri akan memancing mereka. Kalau kalian menemukan pemi
Setelah mendengar perkataan Adjie, Nafis dan Agha langsung menoleh ke arah Wira. Meskipun rencana Adjie terdengar cukup baik, keputusan akhir tetap harus dibuat oleh Wira.Wira menatap peta, lalu tersenyum dan mengangguk sambil berkata, "Rencana ini cukup bagus, persis dengan yang kupikirkan. Apa sudah ada informasi tentang jenderal besar yang menjaga kota?"Nafis mengangguk dan menjawab, "Sudah kami selidiki. Namanya Kunaf. Kabarnya, dia diangkat langsung oleh Bimala. Sekarang setelah suku utara dikuasai oleh Baris dan kelompoknya, kemungkinan besar semua urusan juga ditangani oleh Bimala."Mendengar ini, Wira tetap mempertahankan ekspresi datarnya. Saat ini, dia belum bisa memastikan apakah Bobby masih hidup atau tidak. Hanya saja, kalaupun Bobby masih hidup, situasinya pasti sangat berbahaya.Namun, ini bukan saatnya untuk memikirkan hal itu. Wira menggeleng, lalu menatap peta dan berkata dengan perlahan, "Kita akan membagi pasukan menjadi 2. Saat menjelang fajar, Nafis akan ikut de
Sambil berbicara, Agha tiba-tiba mengeluarkan seekor merpati dari pelukannya. Di kakinya, terikat sepotong bambu kecil berisi pesan tertulis.Wira merasa lebih tenang dan memerintahkan dengan suara rendah, "Bacakan!"Sama seperti mereka, Wira juga diliputi kekhawatiran. Namun, sebagai pemimpin tertinggi, semua orang boleh panik, kecuali dirinya. Jika dia kehilangan ketenangannya, seluruh pasukan akan jatuh dalam kekacauan.Agha mengangguk, segera menarik kertas dari bambu itu dan mulai membacanya."Salam kepada Tuan Wira, Hayam akan melapor. Aku telah berhasil meminta bala bantuan dari Kerajaan Nuala sebanyak 200.000 pasukan. Saat ini, mereka sedang dalam perjalanan bersama Jenderal Trenggi menuju perbatasan. Diperkirakan akan tiba dalam 2 hari!"Dua ratus ribu pasukan, dua hari perjalanan. Kecepatan ini tidak bisa dianggap lambat.Wira tersenyum dan segera berdiri. "Bawa peta ke sini!"Mendengar ini, Nafis terlihat bersemangat dan segera mengambil peta, lalu membentangkannya di tanah.