Anak-anak itu merasa sangat malu."Ternyata kamu adalah kakakku. Kak, aku ini benar-benar bodoh sampai menyinggung Kakak, harap Kakak nggak marah," kata Greg yang segera berlutut dengan satu lutut dan memberi hormat dengan sopan.Agha menggaruk kepala dan berkata, "Kak, apa hubunganmu dengan anak ini? Jangan-jangan kamu juga mengangkatnya sebagai saudara?"Wira langsung menendang bokong Agha dan berkata dengan kesal, "Kamu juga baru berusia enam belas tahun, 'kan? Bukankah aku juga mengangkatmu menjadi saudara? Dia hanya lebih muda dua atau tiga tahun darimu, kamu malah meremehkannya.""Lagi pula, aku sudah bilang padamu jangan terus minum-minum lagi, 'kan? Sekarang kamu ini sudah termasuk pria yang punya keluarga dan pekerjaan. Kamu sudah setuju untuk menikahi Nona Fadela, jadi kamu harus memperlakukannya dengan baik. Kalau aku tahu kamu melakukan sesuatu yang bersalah pada Nona Fadela, jangan salahkan aku kalau aku menjadi kejam."Wira mengangkat tangannya saat mengatakan itu, sehing
Vion menganggukkan kepala dengan tak berdaya dan diam-diam melirik ke arah Agha. Meskipun masih belum berbicara dengan Wira, dia sudah bisa menebak apa yang ingin dikatakan Wira pasti berhubungan dengan Agha. Sepertinya, dia harus mempertimbangkan baik-baik apakah harus tetap akrab dengan Agha.Dalam sekejap, Wira dan yang lainnya sudah tiba di sebuah ruangan pribadi. Setelah mereka duduk, Wira menunjuk cangkir teh di samping dan berkata, "Cepat minum teh untuk menetralkan alkoholmu. Kamu masih muda, tapi sudah menjadi pecandu alkohol. Meskipun sudah menikahi Nona Fadela, kamu pikir dia akan perlahan-lahan menyukaimu yang seperti ini?"Sebenarnya, Wira juga sudah membuat kesepakatan dengan Anang dan mereka sudah saling memahami. Mereka ingin membiarkan Fadela dan Agha untuk saling berinteraksi secara perlahan-lahan, lalu keduanya akhirnya saling menyukai.Ini juga termasuk jodoh yang luar biasa. Bagaimanapun juga, Agha dan Fadela memiliki penampilan yang menarik dan status serta posisi
"Nona Lucy sudah pulang?" Mata Vion sontak berbinar-binar.Dilihat dari penampilan Vion, Wira seketika memahami sesuatu. "Vion, kamu tertarik pada Lucy?""Mana mungkin! Kak Vion nggak tertarik sama wanita! Dia pernah bilang wanita cuma penghambat. Kalau punya hubungan dengan wanita, fokusnya akan terbagi!""Sekarang aku juga merasa begitu. Sebelumnya waktu di arena, kalau yang berdiri di depanku bukan wanita, aku pasti bisa menaklukkannya dalam waktu singkat!" jelas Agha dengan sungguh-sungguh."Hehe." Wira menggeleng sambil terkekeh-kekeh. Menurut orang zaman dulu, pria yang tergila-gila pada wanita memang akan bernasib sial. Agha yang begitu pemberani saja merasa demikian, apalagi orang lain. Hanya saja, Agha sungguh tidak pengertian. Dia tidak bisa menebak isi hati Vion."Benar, yang Agha bilang masuk akal. Aku cuma penasaran. Apa yang dilakukan wanita seperti Lucy setiap hari? Yang jelas, aku nggak punya maksud apa-apa. Aku cuma ingin berteman dengannya," ucap Vion segera.Namun, m
"Kak, di sini ramai sekali! Kamu seharusnya menjaga harga diriku sedikit dong!" keluh Agha. Namun, Wira sama sekali tidak memedulikannya. Wira menjewernya dan menariknya keluar secara paksa.Pada akhirnya, Agha pun hanya bisa mengikuti Wira kembali ke kediaman jenderal. Vion tentu merasa lucu melihatnya.....Di kegelapan, pria dengan bekas luka pisau di wajah telah meninggalkan wilayah Kerajaan Beluana. Dia telah sampai di tempat yang aman. Saat ini, sekujur tubuhnya diperban karena mengalami cedera. Bisa dilihat betapa seriusnya cederanya.Bam! Pria itu mengepalkan tangannya dengan erat dan meninju kursi di samping dengan kesal. Dia menggertakkan giginya dan berkata, "Dendam ini harus dibalaskan!""Kenapa marah-marah begini? Kamu sendiri yang kurang kompeten. Sudah syukur majikanmu nggak menyalahkanmu. Kamu malah buat onar. Lihat dulu performamu. Kamu nggak merasa bersalah pada majikanmu?" Di luar pintu, seorang pemuda perlahan-lahan berjalan masuk.Pemuda ini memakai sutra dan satin
Semua ini jelas menunjukkan bahwa ada rahasia di Desa Damaro. Wira tentu ingin tahu apa rahasia itu. Sayangnya, sampai sekarang dia belum mendapat petunjuk apa pun."Tuan." Ketika Wira sedang merenungkan masalah ini di kamarnya, tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu. Danu bergegas masuk dan melapor. Di luar ada orang. Namanya Dahlan Guritno. Dari Kerajaan Agrel."Dahlan? Apa hubungannya dengan Senia?" tanya Wira.Marga Guritno adalah marga besar di Kerajaan Agrel. Tidak sembarang orang berani memakainya. Sementara itu, pria yang bernama Dahlan ini punya marga yang sama dengan Senia. Jelas sekali, identitasnya tidak biasa.Namun, setelah empat kerajaan mencapai kesepakatan dan memutuskan untuk hidup damai, Wira dan Senia bisa dibilang tidak berkomunikasi lagi. Mereka tidak mengganggu satu sama lain. Meskipun Wira berselisih dengan Kerajaan Beluana, Senia hanya mengamati dari samping dan tidak menampakkan diri. Lantas, kenapa tiba-tiba ada yang mencarinya?"Aku belum tahu soal ini. Dia
"Karena Tuan Wira sudah bicara begitu, aku nggak mungkin menolak lagi." Dahlan menyetujui, lalu duduk bersama Wira. Sejak tadi, Danu mengikuti di belakang Wira. Kini, dia adalah pemimpin Provinsi Yonggu. Dia tentu tidak perlu bersikap seperti bawahan biasanya lagi. Danu pun duduk di samping Wira. Tatapannya terus tertuju pada Dahlan.Orang Kerajaan Agrel tiba-tiba datang. Ini jelas agak aneh. Selama bertahun-tahun, kedua belah pihak tidak pernah berkomunikasi. Namun, sekarang tiba-tiba ada yang datang. Pasti ada motif tersembunyi di balik semua ini.Jika tidak, mana mungkin mereka datang jauh-jauh kemari. Hanya saja, Danu tidak berhak untuk bertanya. Karena Wira sudah ada di sini, Wira tentu akan memperjelas semuanya."Apa ada urusan? Kenapa Tuan Dahlan tiba-tiba kemari?" tanya Wira langsung.Hubungan Wira dengan Senia cukup bagus. Namun, dia dan Dahlan baru berkenalan. Meskipun Dahlan dan Osman segenerasi, status keduanya jauh berbeda.Osman telah menjadi Raja Kerajaan Nuala. Meskipun
Bagaimanapun, Dahlan adalah putra Senia. Dari obrolan tadi, Wira bisa melihat ambisi Dahlan. Kelak, Dahlan ingin menjadi penguasa Kerajaan Agrel.Itu sebabnya, Wira harus memastikan keselamatannya. Jika terjadi sesuatu pada Dahlan di wilayahnya, Wira yang akan kesulitan memberi penjelasan kepada Senia."Tuan, apa yang dikatakannya benar? Masa dia kemari cuma untuk jalan-jalan? Dilihat dari penampilannya, aku rasa nggak begitu.""Aku rasa dia menyembunyikan sesuatu dari kita. Firasatku sangat kuat. Hanya saja aku nggak tahu apa yang disembunyikannya," ujar Danu sambil mengernyit. Tatapannya terus tertuju pada Dahlan yang menjauh.Wira menyahut dengan tenang, "Tentu saja nggak sesederhana itu. Tapi, karena dia nggak mau bilang, kita nggak bakal bisa mengorek informasi apa pun. Kita cuma bisa menyuruh orang mengawasinya. Cepat atau lambat, tujuannya pasti akan terungkap.""Aku juga penasaran dengan apa yang ingin dilakukan orang Kerajaan Agrel. Kalau dia ingin bermain dengan kita di saat
Rumah dinas terletak lima kilometer dari luar kota. Meskipun tempatnya agak terpencil dan bukan berada di wilayah Provinsi Yonggu, rumah dinas ini tidak jauh dari Provinsi Yonggu.Tempat ini memang tidak semakmur kota. Namun, dari sini ke kota Provinsi Yonggu, hanya butuh waktu kurang dari sejam. Selain itu, lingkungan di sini sangat tenang.Di sini juga terdapat banyak prajurit yang bertugas. Semuanya adalah prajurit elite. Bagaimanapun, yang bisa tinggal di rumah dinas adalah para pejabat dan para utusan. Identitas mereka tidak biasa, jadi keselamatan mereka harus terjamin.Saat ini, Dahlan berada di sebuah kamar di rumah dinas. Ini adalah tempat yang diatur Wira untuknya. Dahlan berdiri di pinggir jendela sambil membaca sebuah surat.Dahlan baru menerima informasi dari Kasyafa. Kasyafa dan lainnya telah tiba di Provinsi Yonggu. Hanya saja, mereka belum menampakkan diri.Dahlan mengernyit. Tadi Dahlan berinteraksi dengan Wira. Hanya untuk mengujinya. Dia ingin melihat apakah Wira ben
Wira sendiri juga tidak menyangka Adjie adalah orang seperti ini, perasaannya terhadap Adjie menjadi lebih rumit.Mendengar perkataan itu, ekspresi Kunaf yang terikat erat langsung menjadi muram dan berteriak, "Tunggu sebentar. Aku akan beri tahu, orang yang dikirim untuk memimpin pasukan utara ini adalah asisten andalan Bimala, Zaki."Mendengar nama Zaki itu, Wira pun mengernyitkan alis karena dia benar-benar belum pernah mendengar nama itu sebelumnya.Melihat yang lainnya sangat kebingungan, Latif yang berdiri di samping langsung maju dan berkata, "Aku mengenal orang ini, dia ini tangan kanannya Bimala. Dulu dia pernah datang ke sini untuk menginspeksi kami, tapi orang ini penuh dengan gairah seksual. Soal kelemahan lainnya, aku belum pernah mendengarnya."Agha yang berdiri di samping langsung berteriak dengan keras, "Nggak perlu peduli siapa dia. Kalau dia berani datang ke sini, aku pasti akan membuatnya nggak bisa kembali."Mendengar perkataan Agha, semua orang tertawa terbahak-bah
Bukan hanya Adjie dan yang lainnya, bahkan Wira yang berdiri di depan Kunaf pun tertegun setelah mendengar perkataan itu. Dia benar-benar tidak menyangka Bimala malah mengerahkan pasukan besar hanya untuk menangkapnya, benar-benar menghargainya.Agha yang mudah emosi pun langsung menendang Kunaf dan memarahi, "Katakan dengan jelas, kali ini ada berapa banyak pasukan utara yang dikirim?"Kunaf meludah ke tanah, lalu tertawa dingin dan berkata, "Hehe. Semuanya ada 100 ribu pasukan untuk menjaga perbatasan. Begitu pasukan besar itu tiba, kalian semua nggak akan bisa kabur lagi. Kalau kalian melepasku sekarang ...."Namun, sebelum Kunaf selesai berbicara, Nafis langsung menendang tubuh Kunaf untuk memaksanya menahan kata-kata berikutnya. "Melepaskanmu? Kamu bermimpi. Sayangnya, kamu nggak akan bisa keluar dari sini hidup-hidup lagi."Tak disangka, ekspresi Kunaf malah tetap datar saat mendengar perkataan Nafis. Sebaliknya, dia malah tertawa dan berkata, "Hehe. Nggak masalah. Lagi pula, kal
Adjie menganggukkan kepalanya karena sangat setuju dengan pengaturan Agha. Jika terjadi sesuatu yang tak terduga pada saat seperti ini, semua usaha mereka sebelumnya akan sia-sia.Saat ini, di gerbang kota. Wira yang sedang memimpin sekelompok orang pun memandang ke langit di kejauhan, lalu memanggil Nafis dan bertanya dengan nada pelan, "Ada kabar dari para mata-mata?"Begitu menguasai kota, Wira langsung mengirim banyak mata-mata untuk menyambut 200 ribu pasukan dari Kerajaan Nuala.Nafis memberi hormat dan menjawab, "Belum ada kabar. Tapi, berdasarkan informasi sebelumnya dari para mata-mata, mereka harusnya sudah dekat."Wira menganggukkan kepala. Tidak boleh ada kesalahan sedikit pun pada saat seperti ini.Tepat pada saat itu, ada seorang prajurit yang berlari mendekat. Setelah melihat keduanya, dia langsung memberi hormat dan berkata, "Tuan, Kak Nafis, Kak Adjie dan yang lainnya sudah kembali. Mereka bahkan berhasil menangkap Kunaf."Mendengar laporan itu, Nafis merasa sangat sen
Mendengar Latif berkata demikian, Adjie merasa agak ragu karena saat ini situasinya sangat mendesak. Jika dia melepaskan mereka begitu saja, dia akan kesulitan.Menyadari Adjie sepertinya merasa agak kesulitan, Latif yang berdiri di depan pintu tersenyum dan berkata sambil memberi hormat, "Kalau Kak Adjie merasa agak kesulitan, kamu bisa menahan kami di halaman ini dulu. Selama nyawa kami nggak terancam, kami bisa menerima cara lainnya."Melihat Latif yang begitu pengertian, Adjie membalas hormat itu dengan tersenyum. Setelah ragu sejenak, dia berkata perlahan-lahan, "Melihat Jenderal Latif begitu sungkan, aku akan terus terang saja. Saat fajar nanti, 200 ribu pasukan dari Kerajaan Nuala akan langsung masuk ke kota.""Sekarang kami sudah menguasai gerbang kota dan kediaman wali kota juga. Begitu pasukan tiba mereka bisa langsung menerobos masuk tanpa hambatan."Kata-kata Adjie ini membuat Latif sangat bersemangat karena tidak ada satu pun dari mereka yang ingin menjadi seorang penjaga
Tanpa basa-basi, Agha langsung menampar kedua selir Kunaf. Mereka pun langsung diam, tak berani berteriak lagi.Namun, saat itu juga, Agha mencium bau pesing yang menyengat dan sontak mengumpat pelan, "Sialan!"Setelah beberapa saat, Kunaf sudah diikat erat. Adjie lalu menoleh ke arah Agha dan bertanya, "Apa kita perlu mengabari Tuan Wira? Sekarang situasi di dalam kota sudah terkendali, tinggal menunggu pasukan Kerajaan Nuala tiba."Mendengar nama Kerajaan Nuala, Kunaf yang tergeletak di lantai langsung mengeluarkan suara dari mulutnya yang disumpal dengan kain. Tubuhnya meronta-ronta.Adjie tidak berkata apa-apa dan hanya menendang tubuh Kunaf agar tetap diam. Setelah itu, dia duduk perlahan di kursi dan berkata dengan tenang, "Aku sudah mengutus orang untuk memberi tahu Wira. Tapi sebelum itu, ada sesuatu yang perlu kita lakukan.""Apa itu?""Dengan menggunakan perintah Kunaf, kita panggil semua kepala penjaga gerbang ke sini dengan alasan rapat mendadak. Begitu mereka masuk ke hala
Selama mereka bisa menguasai tembok kota, saat fajar tiba dan pasukan Kerajaan Nuala memasuki kota, mereka dapat bergerak menuju tiga gerbang lainnya melalui jalur yang menghubungkan tembok kota.Nafis memberi hormat, lalu segera memimpin 100 orang untuk naik. Begitu mereka mencapai tembok kota, mereka mendapati bahwa para prajurit musuh di sana ternyata tertidur dengan bersandar pada dinding.Wira yang baru saja naik ke tembok juga melihat pemandangan itu dan hanya bisa tersenyum getir. Setelah beberapa saat, dia memberi isyarat untuk tetap diam dan memberi isyarat tangan untuk membunuh mereka.Orang-orang di belakangnya langsung mengerti maksudnya. Dengan hati-hati, mereka berjalan berjongkok menuju para prajurit yang sedang tertidur.Para prajurit dari pasukan utara itu bahkan tidak menyadari bahwa tidur mereka kali ini akan membawa mereka ke akhir hayat.....Sementara itu, di kediaman Kunaf.Meskipun kota dalam keadaan siaga penuh, sebagai tempat kediaman penguasa tertinggi di kot
Setelah pasukan terbagi, Wira memimpin kelompoknya keluar dari hutan lebat.Karena Kunaf telah mengeluarkan perintah untuk menangkap Wira, gerbang kota berada dalam keadaan siaga penuh.Namun, karena Kunaf yakin bahwa Wira telah melarikan diri ke utara, dia lantas menarik kembali setengah dari pasukannya.Melihat jumlah patroli di gerbang kota berkurang, Nafis berbisik, "Tuan, kenapa jumlah prajurit tampak jauh lebih sedikit dibandingkan siang tadi? Jangan-jangan ini jebakan?"Wira tersenyum dan menyahut, "Nggak. Ini pasti karena Latif memberi tahu Kunaf kita kabur ke utara."Mendengar itu, yang lainnya tersenyum kecil. Jika Kunaf benar-benar mempercayai informasi itu,berarti dia benar-benar bodoh.Bagaimana mungkin mereka yang telah melarikan diri dari utara justru kembali ke arah sana? Itu sama saja mencari mati!"Nafis, kamu yang memimpin di depan. Sebarkan pasukan, jangan berkumpul di satu tempat. Habisi prajurit musuh yang menjaga gerbang, lalu kenakan seragam mereka. Lakukan den
Mendengar laporan itu, Kunaf langsung berseri-seri dan segera menyuruh para penari untuk pergi.Setelah aula menjadi kosong, Kunaf menatap Latif dengan penuh antusiasme. Dia bahkan lupa menyuruhnya berdiri.Kunaf sangat memahami perintah dari Bimala. Tidak peduli apa pun caranya, Wira harus ditangkap. Jika berhasil, Kunaf bisa meninggalkan tempat ini.Latif perlahan-lahan berdiri, lalu menangkupkan tangannya sambil berujar dengan tenang, "Lapor, Jenderal. Kami telah mencari di dalam hutan untuk waktu yang lama, tapi nggak menemukan jejak musuh. Aku menduga mereka sudah meninggalkan area ini.""Nggak ada jejak?" Ekspresi Kunaf yang tadinya bersemangat langsung berubah. Dia lantas terdiam beberapa saat sebelum mengerutkan kening dan bertanya, "Kalau begitu, apa ada informasi dari penjaga gerbang?"Latif bertugas di benteng utama, jadi pertanyaan itu masih berada dalam ranah tanggung jawabnya. Dia segera menjawab, "Saat kembali, aku sudah menanyakan kepada penjaga gerbang. Hingga saat ini
Mengingat semua hal besar yang telah dilakukan oleh Wira, Latif merasa sangat bersemangat. Ini adalah pertama kalinya dia bertemu langsung dengan Wira.Latif segera menangkupkan tangan dan berkata, "Aku sudah lama mengetahui nama besar Tuan Wira. Hari ini, aku akhirnya bisa bertemu langsung denganmu. Ini benar-benar suatu kehormatan bagiku. Aku Latif, mohon ampuni nyawaku."Wira terkekeh-kekeh dan membalas, "Haha. Dengan cara pencarian seperti ini, kamu nggak takut Kunaf mengetahuinya dan memenggal kepalamu?"Saat berbicara, Wira menunjuk ke arah para prajurit yang masih memegang obor di kejauhan. Kini, dia sudah bisa menebak maksud Latif. Rupanya, dia sedang berusaha membantu Wira sebagai tanda persahabatan.Latif hanya bisa tertawa canggung dan berkata dengan suara rendah, "Jujur saja, aku nggak terlalu menyukai Kunaf. Lagian, dia nggak ada di sini. Dia nggak akan tahu apa yang sebenarnya terjadi.""Hari ini, ketika aku melihat Tuan berada dalam situasi sulit, aku ingin membantu sebi