Sebelumnya, Fadela memang terlalu gegabah. Selain itu, banyak hal yang sebenarnya adalah kesalahannya sendiri. Sekalipun palu itu diambil oleh Agha, itu juga bukan salah siapa-siapa. Bagaimanapun, dirinya sudah memutuskan untuk bertaruh dengan Wira, Fadela memang harus mengakui kekalahannya.Kalau bukan karena kecerobohannya, bagaimana mungkin semua masalah ini bisa terjadi? Bagaimana mungkin dirinya jadi harus berbaring di tempat tidur?Sementara itu, soal perasaannya terhadap Wira ....Tidak bisa dipungkiri, Fadela lumayan menyukai Wira. Namun, itu adalah perasaan suka terhadap keluarga atau teman, sama sekali bukan romansa antara pria dan wanita!Menyadari dirinya yang salah bicara, pelayan wanita itu seketika berdiri diam tanpa berani melanjutkan kata-katanya.....Lima belas menit kemudian, di desa.Anang berjalan ke desa dengan menggebu-gebu. Dia yang ingin menemui putrinya, mendapati orang yang menyambutnya ternyata adalah Wira.Anang maju dan membungkuk sambil berkata dengan te
"Semuanya akan disumbangkan pada para rakyat di Provinsi Yonggu? Ini semua adalah harta kekayaanmu. Kalau kamu menyumbangkan semuanya begitu saja, bagaimana Keluarga Jati akan bertahan kelak?" kata Wira sambil menatap Anang di depannya, tetapi dia bisa melihat Anang tidak sedang bercanda dengannya.Wira merasa kedermawanan Anang ini sungguh luar biasa. Menyumbangkan seluruh kekayaan keluarganya dengan begitu murah hati, bahkan dia sendiri pun tidak sanggup melakukan hal ini. Mungkin setiap orang memang berbeda.Dia juga peduli pada negara dan rakyat, serta selalu memikirkan kesejahteraan rakyat di seluruh negeri. Uang hanya sekedar angka baginya, tetapi angka-angka ini baru berguna jika berada di tangannya. Jika menyumbangkan semua hartanya, kelak dia tidak bisa membantu orang-orang dengan harta itu lagi."Tuan Wira, kamu juga bisa lihat kalau aku sudah tua sekarang, jelas tenagaku sudah berkurang jauh dibandingkan sebelumnya. Apa gunanya lagi aku mempertahankan harta ini?"Setelah men
Wira memberi Anang kesempatan untuk berbicara, termasuk memberikan sedikit keuntungan untuk Anang.Setelah mengelus tangannya, Anang segera berkata dengan tanpa ragu-ragu lagi, "Tuan Wira, sebenarnya aku masih punya satu permintaan. Aku bisa melihat keinginan putriku. Dia juga ingin mengikuti Tuan Wira dan menjadi seorang pahlawan wanita yang gagah berani. Aku yakin Tuan Wira juga pasti bisa melihat keinginannya itu.""Fadela selalu suka bermain dengan pedang dan tombak, sama sekali nggak tertarik dengan bisnis keluarga. Meskipun aku berencana menyerahkan Keluarga Jati padanya, dia juga sudah menolakku berkali-kali.""Setelah merenungkannya, aku ingin menggunakan harta Keluarga Jati ini untuk memberikan posisi bagi putriku. Selama dia bisa berada di sisimu, kamu boleh memintanya melakukan apa pun. Meskipun hanya menjadi pelayan rendahan, aku yakin dia juga akan bersedia."Wira tersenyum. Ayah dan anak ini benar-benar menarik, pikiran mereka ternyata sama."Tuan Wira, kenapa kamu tersen
"Baiklah. Ayo kita pergi melihat Nona Fadela," kata Wira dan kembali mempersilakan Anang dengan tersenyum.Anang segera menganggukkan kepala dan mengikuti Wira.....Di pinggiran desa. Wira sudah meminta Lucy untuk memimpin orang-orang pergi terlebih dahulu. Selain penduduk setempat yang tinggal di desa itu, hanya tersisa Wira dan Agha yang merupakan orang asing di sana.Agha yang biasanya tidak betah berdiam diri merasa makin bosan karena sekarang dia terjebak di desa itu. Pada akhirnya, dia hanya bisa pergi berburu di hutan terdekat. Untungnya, hutan itu cukup menarik karena masih memiliki banyak binatang buas untuk menghabiskan waktu senggangnya.Saat ini, ada beberapa pemuda yang baru saja dewasa yang memegang tombak bercabang tiga di belakang Agha dan memperhatikan keadaan sekitar dengan waspada."Kak Agha, di sini benar-benar ada beruang yang berkeliaran. Kalau kita benar-benar bertemu dengan beruang hitam, apa kamu yakin bisa mengalahkannya? Hari ini kamu nggak membawa palumu lo
"Nggak perlu takut, itu hanya seekor binatang berkulit tebal saja. Bagiku, mereka tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan para prajurit di medan perang," kata Agha sambil menepuk dadanya.Saat beruang hitam itu makin mendekat, kaki para pemuda itu mulai lemas. Meskipun ada Agha yang melindungi mereka, mereka masih tidak tahu apakah Agha bisa mengalahkan beruang hitam yang bisa menjatuhkan satu pohon besar hanya dengan satu pukulan. Bagaimanapun juga, Agha hanya manusia biasa. Jika Agha melakukan kesalahan dan terbunuh, mereka juga akan ikut celaka.Selain itu, para pemuda itu juga tidak bisa mempertanggungjawabkan hal ini pada Wira saat kembali ke desa nanti. Agha adalah adik Wira, nyawanya jauh lebih berharga daripada mereka.Melihat beruang hitam itu terus mendekat, Agha mengepalkan tinjunya dengan erat dan segera mendekat beruang hitam itu."Kak Agha, hati-hati!" teriak para pemuda itu yang terus mengingatkan Agha.Agha hanya memberikan isyarat agar para pemuda itu tidak perlu khaw
Agha menganggukkan kepala dan berkata sambil mengelus tinjunya, "Menurutku, itu ide yang bagus. Kalau begitu, kamu yang memimpin jalan ke depan."Setelah kejadian sebelumnya, semua orang sudah percaya dengan kemampuan Agha. Tanpa ragu-ragu, mereka segera memimpin jalan dengan ekspresi yang gembira.Saat baru berjalan beberapa langkah, Agha tiba-tiba menghentikan para pemuda itu dan berkata, "Kalau hanya dua ekor beruang hitam, aku mungkin masih bisa menyeretnya sampai ke desa. Tapi, ukurannya besar, aku nggak bisa menyeret terlalu banyak meskipun aku kuat. Tapi, daging beruang hitam ini sangat enak, kita nggak mungkin meninggalkannya di sini, 'kan?""Begini saja, kalian kirim dua orang untuk segera kembali ke desa dan panggil lebih banyak orang ke sini untuk mengangkut mayat beruang ini kembali."Mendengar instruksi dari Agha, dua pemuda segera menawarkan diri dan berlari kembali ke desa.Sementara itu, Agha dan yang lainnya kembali melangkah menuju ke kedalaman hutan. Dia berpikir har
Saat Wira dan yang lainnya sedang berbicara dan tertawa, tiba-tiba terdengar suara ribut dari luar dan banyak penduduk desa yang bergegas ke luar desa dengan tersenyum bahagia.Mendengar suara itu, Wira keluar dari kamar. Setelah memanggil salah seorang penduduk desa, dia bertanya, "Apa yang telah terjadi? Aku lihat kalian semua begitu bahagia, apa kalian sudah tahu tentang kebaikan yang dilakukan Keluarga Jati?"Wira bukan orang yang tidak bisa menjaga rahasia, sehingga dia belum memberi tahu orang-orang tentang Keluarga Jati yang menyumbangkan seluruh harta keluarga. Hal seperti ini tentu saja akan diumumkannya setelah dia kembali ke Provinsi Yonggu.Penduduk desa itu menggelengkan kepala dan berkata, "Aku nggak tahu kebaikan apa yang dilakukan Tuan Anang, tapi adikmu sudah melakukan hal yang luar biasa bagi desa kami.""Eh?" Wira mengernyitkan alis dan ekspresinya terlihat bingung.Wira lebih tahu sifat Agha daripada siapa pun. Dia harus selalu mengingatkan Agha setiap harinya agar
"Sepertinya kamu sangat perhatian pada adikku ini. Oh ya, usiamu dan adikku ini juga hampir sama. Kalau kamu merasa adikku ini cukup baik, aku bisa menjodohkan kalian," kata Wira pada Fadela sambil tersenyum.Swish!Dalam sekejap, wajah Fadela langsung memerah. "Tuan Wira, omong kosong apa yang kamu katakan ini? Mana mungkin aku jatuh cinta pada anak kecil seperti ini."Wira menggelengkan kepala sambil tersenyum mendengar perkataan itu karena jelas-jelas usia mereka berdua tidak beda jauh. Jika Agha termasuk anak kecil, Fadela termasuk apa? Bukankah sama saja?Anang juga menganggukkan kepala dan berkata, "Agha ini memang pahlawan muda. Aku dengar dia adalah orang terkuat di dunia dari Gedung Nomor Satu, termasuk pilar masa depan juga. Lagi pula, dia adalah adik Tuan Wira, pilihan yang pasti nggak akan salah. Fadela, kalau kamu bisa bersama anak ini, berarti kamu mendapat suami yang baik juga. Aku merasa saran Tuan Wira ini memang bagus."Fadela langsung memalingkan wajahnya yang makin
Wira sendiri juga tidak menyangka Adjie adalah orang seperti ini, perasaannya terhadap Adjie menjadi lebih rumit.Mendengar perkataan itu, ekspresi Kunaf yang terikat erat langsung menjadi muram dan berteriak, "Tunggu sebentar. Aku akan beri tahu, orang yang dikirim untuk memimpin pasukan utara ini adalah asisten andalan Bimala, Zaki."Mendengar nama Zaki itu, Wira pun mengernyitkan alis karena dia benar-benar belum pernah mendengar nama itu sebelumnya.Melihat yang lainnya sangat kebingungan, Latif yang berdiri di samping langsung maju dan berkata, "Aku mengenal orang ini, dia ini tangan kanannya Bimala. Dulu dia pernah datang ke sini untuk menginspeksi kami, tapi orang ini penuh dengan gairah seksual. Soal kelemahan lainnya, aku belum pernah mendengarnya."Agha yang berdiri di samping langsung berteriak dengan keras, "Nggak perlu peduli siapa dia. Kalau dia berani datang ke sini, aku pasti akan membuatnya nggak bisa kembali."Mendengar perkataan Agha, semua orang tertawa terbahak-bah
Bukan hanya Adjie dan yang lainnya, bahkan Wira yang berdiri di depan Kunaf pun tertegun setelah mendengar perkataan itu. Dia benar-benar tidak menyangka Bimala malah mengerahkan pasukan besar hanya untuk menangkapnya, benar-benar menghargainya.Agha yang mudah emosi pun langsung menendang Kunaf dan memarahi, "Katakan dengan jelas, kali ini ada berapa banyak pasukan utara yang dikirim?"Kunaf meludah ke tanah, lalu tertawa dingin dan berkata, "Hehe. Semuanya ada 100 ribu pasukan untuk menjaga perbatasan. Begitu pasukan besar itu tiba, kalian semua nggak akan bisa kabur lagi. Kalau kalian melepasku sekarang ...."Namun, sebelum Kunaf selesai berbicara, Nafis langsung menendang tubuh Kunaf untuk memaksanya menahan kata-kata berikutnya. "Melepaskanmu? Kamu bermimpi. Sayangnya, kamu nggak akan bisa keluar dari sini hidup-hidup lagi."Tak disangka, ekspresi Kunaf malah tetap datar saat mendengar perkataan Nafis. Sebaliknya, dia malah tertawa dan berkata, "Hehe. Nggak masalah. Lagi pula, kal
Adjie menganggukkan kepalanya karena sangat setuju dengan pengaturan Agha. Jika terjadi sesuatu yang tak terduga pada saat seperti ini, semua usaha mereka sebelumnya akan sia-sia.Saat ini, di gerbang kota. Wira yang sedang memimpin sekelompok orang pun memandang ke langit di kejauhan, lalu memanggil Nafis dan bertanya dengan nada pelan, "Ada kabar dari para mata-mata?"Begitu menguasai kota, Wira langsung mengirim banyak mata-mata untuk menyambut 200 ribu pasukan dari Kerajaan Nuala.Nafis memberi hormat dan menjawab, "Belum ada kabar. Tapi, berdasarkan informasi sebelumnya dari para mata-mata, mereka harusnya sudah dekat."Wira menganggukkan kepala. Tidak boleh ada kesalahan sedikit pun pada saat seperti ini.Tepat pada saat itu, ada seorang prajurit yang berlari mendekat. Setelah melihat keduanya, dia langsung memberi hormat dan berkata, "Tuan, Kak Nafis, Kak Adjie dan yang lainnya sudah kembali. Mereka bahkan berhasil menangkap Kunaf."Mendengar laporan itu, Nafis merasa sangat sen
Mendengar Latif berkata demikian, Adjie merasa agak ragu karena saat ini situasinya sangat mendesak. Jika dia melepaskan mereka begitu saja, dia akan kesulitan.Menyadari Adjie sepertinya merasa agak kesulitan, Latif yang berdiri di depan pintu tersenyum dan berkata sambil memberi hormat, "Kalau Kak Adjie merasa agak kesulitan, kamu bisa menahan kami di halaman ini dulu. Selama nyawa kami nggak terancam, kami bisa menerima cara lainnya."Melihat Latif yang begitu pengertian, Adjie membalas hormat itu dengan tersenyum. Setelah ragu sejenak, dia berkata perlahan-lahan, "Melihat Jenderal Latif begitu sungkan, aku akan terus terang saja. Saat fajar nanti, 200 ribu pasukan dari Kerajaan Nuala akan langsung masuk ke kota.""Sekarang kami sudah menguasai gerbang kota dan kediaman wali kota juga. Begitu pasukan tiba mereka bisa langsung menerobos masuk tanpa hambatan."Kata-kata Adjie ini membuat Latif sangat bersemangat karena tidak ada satu pun dari mereka yang ingin menjadi seorang penjaga
Tanpa basa-basi, Agha langsung menampar kedua selir Kunaf. Mereka pun langsung diam, tak berani berteriak lagi.Namun, saat itu juga, Agha mencium bau pesing yang menyengat dan sontak mengumpat pelan, "Sialan!"Setelah beberapa saat, Kunaf sudah diikat erat. Adjie lalu menoleh ke arah Agha dan bertanya, "Apa kita perlu mengabari Tuan Wira? Sekarang situasi di dalam kota sudah terkendali, tinggal menunggu pasukan Kerajaan Nuala tiba."Mendengar nama Kerajaan Nuala, Kunaf yang tergeletak di lantai langsung mengeluarkan suara dari mulutnya yang disumpal dengan kain. Tubuhnya meronta-ronta.Adjie tidak berkata apa-apa dan hanya menendang tubuh Kunaf agar tetap diam. Setelah itu, dia duduk perlahan di kursi dan berkata dengan tenang, "Aku sudah mengutus orang untuk memberi tahu Wira. Tapi sebelum itu, ada sesuatu yang perlu kita lakukan.""Apa itu?""Dengan menggunakan perintah Kunaf, kita panggil semua kepala penjaga gerbang ke sini dengan alasan rapat mendadak. Begitu mereka masuk ke hala
Selama mereka bisa menguasai tembok kota, saat fajar tiba dan pasukan Kerajaan Nuala memasuki kota, mereka dapat bergerak menuju tiga gerbang lainnya melalui jalur yang menghubungkan tembok kota.Nafis memberi hormat, lalu segera memimpin 100 orang untuk naik. Begitu mereka mencapai tembok kota, mereka mendapati bahwa para prajurit musuh di sana ternyata tertidur dengan bersandar pada dinding.Wira yang baru saja naik ke tembok juga melihat pemandangan itu dan hanya bisa tersenyum getir. Setelah beberapa saat, dia memberi isyarat untuk tetap diam dan memberi isyarat tangan untuk membunuh mereka.Orang-orang di belakangnya langsung mengerti maksudnya. Dengan hati-hati, mereka berjalan berjongkok menuju para prajurit yang sedang tertidur.Para prajurit dari pasukan utara itu bahkan tidak menyadari bahwa tidur mereka kali ini akan membawa mereka ke akhir hayat.....Sementara itu, di kediaman Kunaf.Meskipun kota dalam keadaan siaga penuh, sebagai tempat kediaman penguasa tertinggi di kot
Setelah pasukan terbagi, Wira memimpin kelompoknya keluar dari hutan lebat.Karena Kunaf telah mengeluarkan perintah untuk menangkap Wira, gerbang kota berada dalam keadaan siaga penuh.Namun, karena Kunaf yakin bahwa Wira telah melarikan diri ke utara, dia lantas menarik kembali setengah dari pasukannya.Melihat jumlah patroli di gerbang kota berkurang, Nafis berbisik, "Tuan, kenapa jumlah prajurit tampak jauh lebih sedikit dibandingkan siang tadi? Jangan-jangan ini jebakan?"Wira tersenyum dan menyahut, "Nggak. Ini pasti karena Latif memberi tahu Kunaf kita kabur ke utara."Mendengar itu, yang lainnya tersenyum kecil. Jika Kunaf benar-benar mempercayai informasi itu,berarti dia benar-benar bodoh.Bagaimana mungkin mereka yang telah melarikan diri dari utara justru kembali ke arah sana? Itu sama saja mencari mati!"Nafis, kamu yang memimpin di depan. Sebarkan pasukan, jangan berkumpul di satu tempat. Habisi prajurit musuh yang menjaga gerbang, lalu kenakan seragam mereka. Lakukan den
Mendengar laporan itu, Kunaf langsung berseri-seri dan segera menyuruh para penari untuk pergi.Setelah aula menjadi kosong, Kunaf menatap Latif dengan penuh antusiasme. Dia bahkan lupa menyuruhnya berdiri.Kunaf sangat memahami perintah dari Bimala. Tidak peduli apa pun caranya, Wira harus ditangkap. Jika berhasil, Kunaf bisa meninggalkan tempat ini.Latif perlahan-lahan berdiri, lalu menangkupkan tangannya sambil berujar dengan tenang, "Lapor, Jenderal. Kami telah mencari di dalam hutan untuk waktu yang lama, tapi nggak menemukan jejak musuh. Aku menduga mereka sudah meninggalkan area ini.""Nggak ada jejak?" Ekspresi Kunaf yang tadinya bersemangat langsung berubah. Dia lantas terdiam beberapa saat sebelum mengerutkan kening dan bertanya, "Kalau begitu, apa ada informasi dari penjaga gerbang?"Latif bertugas di benteng utama, jadi pertanyaan itu masih berada dalam ranah tanggung jawabnya. Dia segera menjawab, "Saat kembali, aku sudah menanyakan kepada penjaga gerbang. Hingga saat ini
Mengingat semua hal besar yang telah dilakukan oleh Wira, Latif merasa sangat bersemangat. Ini adalah pertama kalinya dia bertemu langsung dengan Wira.Latif segera menangkupkan tangan dan berkata, "Aku sudah lama mengetahui nama besar Tuan Wira. Hari ini, aku akhirnya bisa bertemu langsung denganmu. Ini benar-benar suatu kehormatan bagiku. Aku Latif, mohon ampuni nyawaku."Wira terkekeh-kekeh dan membalas, "Haha. Dengan cara pencarian seperti ini, kamu nggak takut Kunaf mengetahuinya dan memenggal kepalamu?"Saat berbicara, Wira menunjuk ke arah para prajurit yang masih memegang obor di kejauhan. Kini, dia sudah bisa menebak maksud Latif. Rupanya, dia sedang berusaha membantu Wira sebagai tanda persahabatan.Latif hanya bisa tertawa canggung dan berkata dengan suara rendah, "Jujur saja, aku nggak terlalu menyukai Kunaf. Lagian, dia nggak ada di sini. Dia nggak akan tahu apa yang sebenarnya terjadi.""Hari ini, ketika aku melihat Tuan berada dalam situasi sulit, aku ingin membantu sebi