"Sepertinya kamu sangat perhatian pada adikku ini. Oh ya, usiamu dan adikku ini juga hampir sama. Kalau kamu merasa adikku ini cukup baik, aku bisa menjodohkan kalian," kata Wira pada Fadela sambil tersenyum.Swish!Dalam sekejap, wajah Fadela langsung memerah. "Tuan Wira, omong kosong apa yang kamu katakan ini? Mana mungkin aku jatuh cinta pada anak kecil seperti ini."Wira menggelengkan kepala sambil tersenyum mendengar perkataan itu karena jelas-jelas usia mereka berdua tidak beda jauh. Jika Agha termasuk anak kecil, Fadela termasuk apa? Bukankah sama saja?Anang juga menganggukkan kepala dan berkata, "Agha ini memang pahlawan muda. Aku dengar dia adalah orang terkuat di dunia dari Gedung Nomor Satu, termasuk pilar masa depan juga. Lagi pula, dia adalah adik Tuan Wira, pilihan yang pasti nggak akan salah. Fadela, kalau kamu bisa bersama anak ini, berarti kamu mendapat suami yang baik juga. Aku merasa saran Tuan Wira ini memang bagus."Fadela langsung memalingkan wajahnya yang makin
"Kalian nggak tahu. Saat tadi Kak Agha masuk ke dalam sarang beruang, kami semua sudah ketakutan. Hanya terdengar suara geraman yang begitu menyayat hati saja dari dalam. Saat kami masuk lagi, semua beruang hitam di dalam sudah dibunuh Kak Agha. Kak Agha benar-benar hebat!" kata seorang pemuda yang selalu mengikut di belakang Agha.Agha menepuk kepala pemuda yang berbicara itu dan berkata dengan kesal, "Kamu tadi ketakutan sekali, aku lihat kamu beberapa kali berniat kabur."Pemuda itu tersenyum sambil menggaruk kepalanya karena bohong jika dia tidak takut. Lawan mereka adalah beruang hitam yang tidak berani mereka lawan, ini bukan lelucon. Jika Agha tidak bersama mereka, mereka tidak akan berani datang ke sini. Itu jelas mencari masalah untuk diri mereka sendiri.Dalam sekejap, mayat beruang-beruang hitam itu berhasil diangkat dengan kerja sama semua orang dan bergerak menuju desa. Satu jam kemudian, mereka semua sudah kembali ke desa.Saat ini, Wira dan Anang sedang berdiri di pintu
Setelah para penduduk desa itu kembali ke desa, mereka langsung mulai menyalakan api dan memasak. Suasananya sangat meriah. Mereka bukannya sangat ingin memakan daging beruang hitam itu, tetapi lebih ingin melampiaskan amarah yang sudah mereka pendam. Panen tahun depan mereka akan melimpah, hal ini yang sebenarnya membuat mereka merasa sangat senang.Wira dan Agha duduk di depan api unggun. Setelah melirik adiknya sebentar, Wira tersenyum dan berkata, "Tahun ini usiamu sudah enam belas tahun, 'kan?"Agha melahap makanannya sambil menganggukkan kepala. Pertarungannya dengan beruang-beruang hitam tadi sudah menguras banyak tenaganya, dia merasa dia harus makan banyak untuk memulihkan tenaganya."Kak Wira, kenapa tiba-tiba tanya ini?" tanya Agha.Wira tersenyum dan berkata, "Aku berencana untuk menjodohkanmu dan mencarikan wanita yang baik untukmu agar kamu juga punya keluarga sendiri. Bagaimana menurutmu?"Agha langsung merasa daging yang sedang dipegangnya tidak seenak tadi lagi dan seg
"Otakmu ini benar-benar mengkhawatirkan," kata Wira lagi, lalu tidak memedulikan Agha lagi.Agha menundukkan kepala dan berkata dengan suara pelan, "Bagaimanapun juga, aku nggak akan setuju dijodohkan dengan Fadela. Kalau kamu terus memaksa kami bersama, lebih baik kamu langsung bunuh aku saja. Meskipun kamu kakakku, kamu nggak boleh memaksaku melakukan apa pun."Setelah mengatakan itu, Agha memalingkan wajahnya dan tidak memedulikan Wira lagi. Kelihatan jelas, dia agak marah.Wira hanya menggelengkan kepala, lalu mengalihkan pandangannya ke Anang dan berkata, "Aku sudah mengatakan semua yang perlu kukatakan, anak ini memang terlalu keras kepala. Karena dia sudah bilang begitu, mungkin saja mereka memang nggak berjodoh. Kita nggak perlu terus memaksa mereka lagi.""Kalau mereka benar-benar berjodoh, kita nggak perlu memaksa pun mereka akan bersama. Bagaimana menurutmu?"Anang menganggukkan kepala karena apa yang dikatakan Wira memang benar. Biarkan semuanya berjalan sesuai takdir Agha
"Kamu benar-benar nggak tahu apa yang sudah dikatakan ayahmu dan kakakku?" tanya Agha sambil menatap Fadela dengan ekspresi ragu, seolah-olah merasa Fadela sedang menipunya. Bagaimana mungkin Fadela tidak mengetahui tentang urusan pernikahan ini?"Apa yang mereka katakan? Langsung katakan saja padaku," tanya Fadela langsung sambil menarik kursi dan duduk di depan Agha.Agha menghela napas, lalu berkata, "Aku juga nggak tahu kenapa kakakku ingin aku segera menikah. Mungkin dia berpikir sifatku akan lebih stabil setelah aku punya istri. Tapi, mereka nggak tahu kalau aku nggak tertarik dengan hal itu, aku hanya ingin berperang di medan perang dan menjadi pahlawan besar di dunia. Aku juga sama sekali nggak tertarik padamu, kamu ini seperti ...."Setelah mengatakan kalimat terakhir, Agha tiba-tiba berhenti dan terbatuk-batuk tanpa melanjutkan perkataannya lagi. Dia tidak mungkin merendahkan Fadela langsung di depannya, ini sama saja sengaja mencari masalah untuk dirinya sendiri. Masalahnya
Wira langsung tersenyum dan mengacungkan jempol pada Anang. "Tuan Anang, kamu benar-benar luar biasa. Aku nggak menyangka kamu akan merencanakan sesuatu seperti ini pada putrimu, tapi aku suka."Keduanya pun tertawa bersama-sama.....Malam tiba, di dalam kamar Fadela. Setelah minum obat, dia entah mengapa tiba-tiba merasa aneh. Jelas-jelas obat itu untuk menyembuhkannya, tetapi dia malah merasa mengantuk dan ini tidak pernah dialaminya sebelumnya. Hanya dalam tiga puluh menit, dia sudah kehilangan kesadaran.Di sisi lain. Setelah minum arak dan kembali ke kamarnya, Agha langsung terjatuh ke tempat tidur dan tertidur lelap. Meskipun ada beberapa orang yang diam-diam memasuki kamarnya, dia juga tidak menyadarinya dan hanya mendengkur.Saat terdengar suara ketukan pintu yang cepat dari luar kamar keesokan paginya, Fadela yang masih tidur pun perlahan-lahan membuka pintunya. "Siapa itu? Pagi-pagi mengganggu orang tidur saja. Apa kamu nggak tahu aku masih dalam masa pemulihan?"Begitu meng
Sekelompok penduduk desa mulai berbicara. Mereka bercanda dan tertawa, seolah-olah sedang merayakan pernikahan kedua orang itu.Fadela melompat dari tempat tidur dengan marah dan terus menutupi tubuhnya dengan selimut. Dia menatap para penduduk desa sambil menggertakkan gigi dan berkata dengan marah, "Tutup mulut busuk kalian! Bukan mata kalian besar-besar dan lihat dengan jelas, mana mungkin kita berdua adalah pasangan yang serasi. Kalian nggak lihat bagaimana rupa orang ini?""Sekarang dia bahkan diam-diam masuk ke dalam kamarku, jelas dia orang yang licik. Meskipun semua pria di dunia ini sudah mati, aku juga nggak akan bersama dengan pria seperti ini. Aku bahkan merasa jijik."Para penduduk desa terlihat tidak terpengaruh, malahan tertawa. Mereka berpikir mungkin keduanya sebenarnya sudah diam-diam menjalin hubungan, hanya saja mereka begitu marah karena ketahuan mereka. Namun, semua itu adalah hal yang wajar. Mereka merasa kepribadian keduanya yang sama-sama sangat keras kepala sa
Sebenarnya, Wira sudah merencanakan semuanya ini bersama dengan Anang dan semua yang terjadi semalam adalah ulah dari Wira dan Anang.Dikarenakan kondisi Fadela yang makin membaik, obat-obatan hanya berfungsi sebagai perawatan tambahan. Yang paling penting adalah dia harus beristirahat dengan cukup. Wira dan Anang diam-diam menambahkan beberapa obat tidur ke dalam obat-obatan itu, sehingga dia tertidur nyenyak tanpa menyadari apa pun.Sementara itu, situasi Agha tidak terlalu rumit. Dikarenakan keramahan para penduduk desa yang luar biasa semalam, dia meminum beberapa gelas arak lagi dan kembali ke kamarnya lebih awal. Dia yang tidak memiliki tenaga untuk bangun lagi pun tidur dengan sangat nyenyak. Dengan begitu, Wira dan yang lainnya pun berkesempatan untuk menyatukan kedua orang itu.Saat semuanya sudah terjadi, Agha dan Fadela tidak akan memiliki kesempatan untuk berpisah lagi meskipun mereka menginginkannya. Mereka juga tidak mungkin menutup mulut semua orang, apalagi Fadela adala
Wira sendiri juga tidak menyangka Adjie adalah orang seperti ini, perasaannya terhadap Adjie menjadi lebih rumit.Mendengar perkataan itu, ekspresi Kunaf yang terikat erat langsung menjadi muram dan berteriak, "Tunggu sebentar. Aku akan beri tahu, orang yang dikirim untuk memimpin pasukan utara ini adalah asisten andalan Bimala, Zaki."Mendengar nama Zaki itu, Wira pun mengernyitkan alis karena dia benar-benar belum pernah mendengar nama itu sebelumnya.Melihat yang lainnya sangat kebingungan, Latif yang berdiri di samping langsung maju dan berkata, "Aku mengenal orang ini, dia ini tangan kanannya Bimala. Dulu dia pernah datang ke sini untuk menginspeksi kami, tapi orang ini penuh dengan gairah seksual. Soal kelemahan lainnya, aku belum pernah mendengarnya."Agha yang berdiri di samping langsung berteriak dengan keras, "Nggak perlu peduli siapa dia. Kalau dia berani datang ke sini, aku pasti akan membuatnya nggak bisa kembali."Mendengar perkataan Agha, semua orang tertawa terbahak-bah
Bukan hanya Adjie dan yang lainnya, bahkan Wira yang berdiri di depan Kunaf pun tertegun setelah mendengar perkataan itu. Dia benar-benar tidak menyangka Bimala malah mengerahkan pasukan besar hanya untuk menangkapnya, benar-benar menghargainya.Agha yang mudah emosi pun langsung menendang Kunaf dan memarahi, "Katakan dengan jelas, kali ini ada berapa banyak pasukan utara yang dikirim?"Kunaf meludah ke tanah, lalu tertawa dingin dan berkata, "Hehe. Semuanya ada 100 ribu pasukan untuk menjaga perbatasan. Begitu pasukan besar itu tiba, kalian semua nggak akan bisa kabur lagi. Kalau kalian melepasku sekarang ...."Namun, sebelum Kunaf selesai berbicara, Nafis langsung menendang tubuh Kunaf untuk memaksanya menahan kata-kata berikutnya. "Melepaskanmu? Kamu bermimpi. Sayangnya, kamu nggak akan bisa keluar dari sini hidup-hidup lagi."Tak disangka, ekspresi Kunaf malah tetap datar saat mendengar perkataan Nafis. Sebaliknya, dia malah tertawa dan berkata, "Hehe. Nggak masalah. Lagi pula, kal
Adjie menganggukkan kepalanya karena sangat setuju dengan pengaturan Agha. Jika terjadi sesuatu yang tak terduga pada saat seperti ini, semua usaha mereka sebelumnya akan sia-sia.Saat ini, di gerbang kota. Wira yang sedang memimpin sekelompok orang pun memandang ke langit di kejauhan, lalu memanggil Nafis dan bertanya dengan nada pelan, "Ada kabar dari para mata-mata?"Begitu menguasai kota, Wira langsung mengirim banyak mata-mata untuk menyambut 200 ribu pasukan dari Kerajaan Nuala.Nafis memberi hormat dan menjawab, "Belum ada kabar. Tapi, berdasarkan informasi sebelumnya dari para mata-mata, mereka harusnya sudah dekat."Wira menganggukkan kepala. Tidak boleh ada kesalahan sedikit pun pada saat seperti ini.Tepat pada saat itu, ada seorang prajurit yang berlari mendekat. Setelah melihat keduanya, dia langsung memberi hormat dan berkata, "Tuan, Kak Nafis, Kak Adjie dan yang lainnya sudah kembali. Mereka bahkan berhasil menangkap Kunaf."Mendengar laporan itu, Nafis merasa sangat sen
Mendengar Latif berkata demikian, Adjie merasa agak ragu karena saat ini situasinya sangat mendesak. Jika dia melepaskan mereka begitu saja, dia akan kesulitan.Menyadari Adjie sepertinya merasa agak kesulitan, Latif yang berdiri di depan pintu tersenyum dan berkata sambil memberi hormat, "Kalau Kak Adjie merasa agak kesulitan, kamu bisa menahan kami di halaman ini dulu. Selama nyawa kami nggak terancam, kami bisa menerima cara lainnya."Melihat Latif yang begitu pengertian, Adjie membalas hormat itu dengan tersenyum. Setelah ragu sejenak, dia berkata perlahan-lahan, "Melihat Jenderal Latif begitu sungkan, aku akan terus terang saja. Saat fajar nanti, 200 ribu pasukan dari Kerajaan Nuala akan langsung masuk ke kota.""Sekarang kami sudah menguasai gerbang kota dan kediaman wali kota juga. Begitu pasukan tiba mereka bisa langsung menerobos masuk tanpa hambatan."Kata-kata Adjie ini membuat Latif sangat bersemangat karena tidak ada satu pun dari mereka yang ingin menjadi seorang penjaga
Tanpa basa-basi, Agha langsung menampar kedua selir Kunaf. Mereka pun langsung diam, tak berani berteriak lagi.Namun, saat itu juga, Agha mencium bau pesing yang menyengat dan sontak mengumpat pelan, "Sialan!"Setelah beberapa saat, Kunaf sudah diikat erat. Adjie lalu menoleh ke arah Agha dan bertanya, "Apa kita perlu mengabari Tuan Wira? Sekarang situasi di dalam kota sudah terkendali, tinggal menunggu pasukan Kerajaan Nuala tiba."Mendengar nama Kerajaan Nuala, Kunaf yang tergeletak di lantai langsung mengeluarkan suara dari mulutnya yang disumpal dengan kain. Tubuhnya meronta-ronta.Adjie tidak berkata apa-apa dan hanya menendang tubuh Kunaf agar tetap diam. Setelah itu, dia duduk perlahan di kursi dan berkata dengan tenang, "Aku sudah mengutus orang untuk memberi tahu Wira. Tapi sebelum itu, ada sesuatu yang perlu kita lakukan.""Apa itu?""Dengan menggunakan perintah Kunaf, kita panggil semua kepala penjaga gerbang ke sini dengan alasan rapat mendadak. Begitu mereka masuk ke hala
Selama mereka bisa menguasai tembok kota, saat fajar tiba dan pasukan Kerajaan Nuala memasuki kota, mereka dapat bergerak menuju tiga gerbang lainnya melalui jalur yang menghubungkan tembok kota.Nafis memberi hormat, lalu segera memimpin 100 orang untuk naik. Begitu mereka mencapai tembok kota, mereka mendapati bahwa para prajurit musuh di sana ternyata tertidur dengan bersandar pada dinding.Wira yang baru saja naik ke tembok juga melihat pemandangan itu dan hanya bisa tersenyum getir. Setelah beberapa saat, dia memberi isyarat untuk tetap diam dan memberi isyarat tangan untuk membunuh mereka.Orang-orang di belakangnya langsung mengerti maksudnya. Dengan hati-hati, mereka berjalan berjongkok menuju para prajurit yang sedang tertidur.Para prajurit dari pasukan utara itu bahkan tidak menyadari bahwa tidur mereka kali ini akan membawa mereka ke akhir hayat.....Sementara itu, di kediaman Kunaf.Meskipun kota dalam keadaan siaga penuh, sebagai tempat kediaman penguasa tertinggi di kot
Setelah pasukan terbagi, Wira memimpin kelompoknya keluar dari hutan lebat.Karena Kunaf telah mengeluarkan perintah untuk menangkap Wira, gerbang kota berada dalam keadaan siaga penuh.Namun, karena Kunaf yakin bahwa Wira telah melarikan diri ke utara, dia lantas menarik kembali setengah dari pasukannya.Melihat jumlah patroli di gerbang kota berkurang, Nafis berbisik, "Tuan, kenapa jumlah prajurit tampak jauh lebih sedikit dibandingkan siang tadi? Jangan-jangan ini jebakan?"Wira tersenyum dan menyahut, "Nggak. Ini pasti karena Latif memberi tahu Kunaf kita kabur ke utara."Mendengar itu, yang lainnya tersenyum kecil. Jika Kunaf benar-benar mempercayai informasi itu,berarti dia benar-benar bodoh.Bagaimana mungkin mereka yang telah melarikan diri dari utara justru kembali ke arah sana? Itu sama saja mencari mati!"Nafis, kamu yang memimpin di depan. Sebarkan pasukan, jangan berkumpul di satu tempat. Habisi prajurit musuh yang menjaga gerbang, lalu kenakan seragam mereka. Lakukan den
Mendengar laporan itu, Kunaf langsung berseri-seri dan segera menyuruh para penari untuk pergi.Setelah aula menjadi kosong, Kunaf menatap Latif dengan penuh antusiasme. Dia bahkan lupa menyuruhnya berdiri.Kunaf sangat memahami perintah dari Bimala. Tidak peduli apa pun caranya, Wira harus ditangkap. Jika berhasil, Kunaf bisa meninggalkan tempat ini.Latif perlahan-lahan berdiri, lalu menangkupkan tangannya sambil berujar dengan tenang, "Lapor, Jenderal. Kami telah mencari di dalam hutan untuk waktu yang lama, tapi nggak menemukan jejak musuh. Aku menduga mereka sudah meninggalkan area ini.""Nggak ada jejak?" Ekspresi Kunaf yang tadinya bersemangat langsung berubah. Dia lantas terdiam beberapa saat sebelum mengerutkan kening dan bertanya, "Kalau begitu, apa ada informasi dari penjaga gerbang?"Latif bertugas di benteng utama, jadi pertanyaan itu masih berada dalam ranah tanggung jawabnya. Dia segera menjawab, "Saat kembali, aku sudah menanyakan kepada penjaga gerbang. Hingga saat ini
Mengingat semua hal besar yang telah dilakukan oleh Wira, Latif merasa sangat bersemangat. Ini adalah pertama kalinya dia bertemu langsung dengan Wira.Latif segera menangkupkan tangan dan berkata, "Aku sudah lama mengetahui nama besar Tuan Wira. Hari ini, aku akhirnya bisa bertemu langsung denganmu. Ini benar-benar suatu kehormatan bagiku. Aku Latif, mohon ampuni nyawaku."Wira terkekeh-kekeh dan membalas, "Haha. Dengan cara pencarian seperti ini, kamu nggak takut Kunaf mengetahuinya dan memenggal kepalamu?"Saat berbicara, Wira menunjuk ke arah para prajurit yang masih memegang obor di kejauhan. Kini, dia sudah bisa menebak maksud Latif. Rupanya, dia sedang berusaha membantu Wira sebagai tanda persahabatan.Latif hanya bisa tertawa canggung dan berkata dengan suara rendah, "Jujur saja, aku nggak terlalu menyukai Kunaf. Lagian, dia nggak ada di sini. Dia nggak akan tahu apa yang sebenarnya terjadi.""Hari ini, ketika aku melihat Tuan berada dalam situasi sulit, aku ingin membantu sebi