Saat Wira dan yang lainnya sedang berbicara dan tertawa, tiba-tiba terdengar suara ribut dari luar dan banyak penduduk desa yang bergegas ke luar desa dengan tersenyum bahagia.Mendengar suara itu, Wira keluar dari kamar. Setelah memanggil salah seorang penduduk desa, dia bertanya, "Apa yang telah terjadi? Aku lihat kalian semua begitu bahagia, apa kalian sudah tahu tentang kebaikan yang dilakukan Keluarga Jati?"Wira bukan orang yang tidak bisa menjaga rahasia, sehingga dia belum memberi tahu orang-orang tentang Keluarga Jati yang menyumbangkan seluruh harta keluarga. Hal seperti ini tentu saja akan diumumkannya setelah dia kembali ke Provinsi Yonggu.Penduduk desa itu menggelengkan kepala dan berkata, "Aku nggak tahu kebaikan apa yang dilakukan Tuan Anang, tapi adikmu sudah melakukan hal yang luar biasa bagi desa kami.""Eh?" Wira mengernyitkan alis dan ekspresinya terlihat bingung.Wira lebih tahu sifat Agha daripada siapa pun. Dia harus selalu mengingatkan Agha setiap harinya agar
"Sepertinya kamu sangat perhatian pada adikku ini. Oh ya, usiamu dan adikku ini juga hampir sama. Kalau kamu merasa adikku ini cukup baik, aku bisa menjodohkan kalian," kata Wira pada Fadela sambil tersenyum.Swish!Dalam sekejap, wajah Fadela langsung memerah. "Tuan Wira, omong kosong apa yang kamu katakan ini? Mana mungkin aku jatuh cinta pada anak kecil seperti ini."Wira menggelengkan kepala sambil tersenyum mendengar perkataan itu karena jelas-jelas usia mereka berdua tidak beda jauh. Jika Agha termasuk anak kecil, Fadela termasuk apa? Bukankah sama saja?Anang juga menganggukkan kepala dan berkata, "Agha ini memang pahlawan muda. Aku dengar dia adalah orang terkuat di dunia dari Gedung Nomor Satu, termasuk pilar masa depan juga. Lagi pula, dia adalah adik Tuan Wira, pilihan yang pasti nggak akan salah. Fadela, kalau kamu bisa bersama anak ini, berarti kamu mendapat suami yang baik juga. Aku merasa saran Tuan Wira ini memang bagus."Fadela langsung memalingkan wajahnya yang makin
"Kalian nggak tahu. Saat tadi Kak Agha masuk ke dalam sarang beruang, kami semua sudah ketakutan. Hanya terdengar suara geraman yang begitu menyayat hati saja dari dalam. Saat kami masuk lagi, semua beruang hitam di dalam sudah dibunuh Kak Agha. Kak Agha benar-benar hebat!" kata seorang pemuda yang selalu mengikut di belakang Agha.Agha menepuk kepala pemuda yang berbicara itu dan berkata dengan kesal, "Kamu tadi ketakutan sekali, aku lihat kamu beberapa kali berniat kabur."Pemuda itu tersenyum sambil menggaruk kepalanya karena bohong jika dia tidak takut. Lawan mereka adalah beruang hitam yang tidak berani mereka lawan, ini bukan lelucon. Jika Agha tidak bersama mereka, mereka tidak akan berani datang ke sini. Itu jelas mencari masalah untuk diri mereka sendiri.Dalam sekejap, mayat beruang-beruang hitam itu berhasil diangkat dengan kerja sama semua orang dan bergerak menuju desa. Satu jam kemudian, mereka semua sudah kembali ke desa.Saat ini, Wira dan Anang sedang berdiri di pintu
Setelah para penduduk desa itu kembali ke desa, mereka langsung mulai menyalakan api dan memasak. Suasananya sangat meriah. Mereka bukannya sangat ingin memakan daging beruang hitam itu, tetapi lebih ingin melampiaskan amarah yang sudah mereka pendam. Panen tahun depan mereka akan melimpah, hal ini yang sebenarnya membuat mereka merasa sangat senang.Wira dan Agha duduk di depan api unggun. Setelah melirik adiknya sebentar, Wira tersenyum dan berkata, "Tahun ini usiamu sudah enam belas tahun, 'kan?"Agha melahap makanannya sambil menganggukkan kepala. Pertarungannya dengan beruang-beruang hitam tadi sudah menguras banyak tenaganya, dia merasa dia harus makan banyak untuk memulihkan tenaganya."Kak Wira, kenapa tiba-tiba tanya ini?" tanya Agha.Wira tersenyum dan berkata, "Aku berencana untuk menjodohkanmu dan mencarikan wanita yang baik untukmu agar kamu juga punya keluarga sendiri. Bagaimana menurutmu?"Agha langsung merasa daging yang sedang dipegangnya tidak seenak tadi lagi dan seg
"Otakmu ini benar-benar mengkhawatirkan," kata Wira lagi, lalu tidak memedulikan Agha lagi.Agha menundukkan kepala dan berkata dengan suara pelan, "Bagaimanapun juga, aku nggak akan setuju dijodohkan dengan Fadela. Kalau kamu terus memaksa kami bersama, lebih baik kamu langsung bunuh aku saja. Meskipun kamu kakakku, kamu nggak boleh memaksaku melakukan apa pun."Setelah mengatakan itu, Agha memalingkan wajahnya dan tidak memedulikan Wira lagi. Kelihatan jelas, dia agak marah.Wira hanya menggelengkan kepala, lalu mengalihkan pandangannya ke Anang dan berkata, "Aku sudah mengatakan semua yang perlu kukatakan, anak ini memang terlalu keras kepala. Karena dia sudah bilang begitu, mungkin saja mereka memang nggak berjodoh. Kita nggak perlu terus memaksa mereka lagi.""Kalau mereka benar-benar berjodoh, kita nggak perlu memaksa pun mereka akan bersama. Bagaimana menurutmu?"Anang menganggukkan kepala karena apa yang dikatakan Wira memang benar. Biarkan semuanya berjalan sesuai takdir Agha
"Kamu benar-benar nggak tahu apa yang sudah dikatakan ayahmu dan kakakku?" tanya Agha sambil menatap Fadela dengan ekspresi ragu, seolah-olah merasa Fadela sedang menipunya. Bagaimana mungkin Fadela tidak mengetahui tentang urusan pernikahan ini?"Apa yang mereka katakan? Langsung katakan saja padaku," tanya Fadela langsung sambil menarik kursi dan duduk di depan Agha.Agha menghela napas, lalu berkata, "Aku juga nggak tahu kenapa kakakku ingin aku segera menikah. Mungkin dia berpikir sifatku akan lebih stabil setelah aku punya istri. Tapi, mereka nggak tahu kalau aku nggak tertarik dengan hal itu, aku hanya ingin berperang di medan perang dan menjadi pahlawan besar di dunia. Aku juga sama sekali nggak tertarik padamu, kamu ini seperti ...."Setelah mengatakan kalimat terakhir, Agha tiba-tiba berhenti dan terbatuk-batuk tanpa melanjutkan perkataannya lagi. Dia tidak mungkin merendahkan Fadela langsung di depannya, ini sama saja sengaja mencari masalah untuk dirinya sendiri. Masalahnya
Wira langsung tersenyum dan mengacungkan jempol pada Anang. "Tuan Anang, kamu benar-benar luar biasa. Aku nggak menyangka kamu akan merencanakan sesuatu seperti ini pada putrimu, tapi aku suka."Keduanya pun tertawa bersama-sama.....Malam tiba, di dalam kamar Fadela. Setelah minum obat, dia entah mengapa tiba-tiba merasa aneh. Jelas-jelas obat itu untuk menyembuhkannya, tetapi dia malah merasa mengantuk dan ini tidak pernah dialaminya sebelumnya. Hanya dalam tiga puluh menit, dia sudah kehilangan kesadaran.Di sisi lain. Setelah minum arak dan kembali ke kamarnya, Agha langsung terjatuh ke tempat tidur dan tertidur lelap. Meskipun ada beberapa orang yang diam-diam memasuki kamarnya, dia juga tidak menyadarinya dan hanya mendengkur.Saat terdengar suara ketukan pintu yang cepat dari luar kamar keesokan paginya, Fadela yang masih tidur pun perlahan-lahan membuka pintunya. "Siapa itu? Pagi-pagi mengganggu orang tidur saja. Apa kamu nggak tahu aku masih dalam masa pemulihan?"Begitu meng
Sekelompok penduduk desa mulai berbicara. Mereka bercanda dan tertawa, seolah-olah sedang merayakan pernikahan kedua orang itu.Fadela melompat dari tempat tidur dengan marah dan terus menutupi tubuhnya dengan selimut. Dia menatap para penduduk desa sambil menggertakkan gigi dan berkata dengan marah, "Tutup mulut busuk kalian! Bukan mata kalian besar-besar dan lihat dengan jelas, mana mungkin kita berdua adalah pasangan yang serasi. Kalian nggak lihat bagaimana rupa orang ini?""Sekarang dia bahkan diam-diam masuk ke dalam kamarku, jelas dia orang yang licik. Meskipun semua pria di dunia ini sudah mati, aku juga nggak akan bersama dengan pria seperti ini. Aku bahkan merasa jijik."Para penduduk desa terlihat tidak terpengaruh, malahan tertawa. Mereka berpikir mungkin keduanya sebenarnya sudah diam-diam menjalin hubungan, hanya saja mereka begitu marah karena ketahuan mereka. Namun, semua itu adalah hal yang wajar. Mereka merasa kepribadian keduanya yang sama-sama sangat keras kepala sa