Agha menggebrak meja, lalu bangkit dan berkata dengan dingin, "Kami belum mencari masalah dengannya, tapi mereka berani datang kemari? Mereka mau cari masalah ya? Oke. Mari kita lihat, sehebat apa mereka! Beraninya mereka datang ke kediaman jenderal. Suruh mereka masuk!"Sebelum Wira dan Danu berbicara, Agha sudah mengomel. Prajurit itu tampak ragu. Dia menatap Wira untuk meminta arahan.Prajurit itu tahu Agha punya status tinggi. Namun, dia juga tahu hanya Wira yang bisa membuat keputusan di sini. Danu sekalipun tidak berani melampaui Wira."Ehem, ehem." Danu berdeham dua kali sambil menatap Agha untuk memberi peringatan. Mentang-mentang Wira memanjakannya, Agha malah berani memberi perintah di hadapan Wira? Bocah ini makin menarik saja."Kak, kamu ngapain? Kalau sakit, cari dokter saja. Jangan memaksakan diri. Cuaca sangat terik sekarang. Kalau masuk angin, sakitmu bisa makin parah," nasihat Agha.Danu menggeleng sambil membatin, 'Dasar bodoh! Sebenarnya apa isi pikiran bocah ini?'"
"Tuan punya pengamatan yang jeli. Pasti tahu maksud Agha, 'kan? Dia bersikap seperti itu cuma karena marah. Jangan bersikap perhitungan dengannya," bujuk Danu.Mereka semua adalah sahabat. Danu juga tahu seperti apa hubungan Wira dengan Agha. Meskipun Wira berbicara demikian, dia pasti masih memiliki keyakinan terhadap Agha.Agha punya keberanian besar. Jika dibandingkan dengan Danu dan lainnya, nyali Agha jelas berkali-kali lipat lebih besar dari mereka.Meskipun Agha kurang bijaksana dalam berpikir, dia pantas berdiri di garda terdepan ataupun menjadi tangan kanan Wira.Ketika keduanya sedang mengobrol, prajurit membawa masuk Anang dan Fadela. Begitu masuk, Anang langsung maju dan berlutut. "Tuan Wira, maaf sekali! Aku baru tahu masalahmu dengan putriku. Ini salahku. Aku nggak memberitahunya identitasmu. Makanya, situasi jadi kacau begini.""Putriku terlalu dimanjakan selama ini. Dia sombong dan semena-mena. Kuharap kamu bisa memaafkannya. Tolong jangan bersikap perhitungan dengan or
Kapan pun itu, yang terpenting adalah situasi keseluruhan.Satu-satunya hal yang membuat Wira kehilangan akal sehatnya adalah kematian Biantara. Itu karena hubungannya dengan Biantara sudah begitu dekat dan lama. Ditambah lagi, Biantara mati di tangan musuh. Jika tidak membalas dendam, bagaimana Wira bisa membangun prestisenya?"Tuan Wira memang baik hati. Aku kagum sekali padanya. Tapi, putriku memang bersalah. Aku cuma punya seorang putri. Kalau Tuan ingin kami membayar kompensasi, tolong jangan menyulitkannya. Biar aku yang menanggung semuanya. Meskipun nyawa taruhannya, aku nggak takut!" jelas Anang dengan tegas.Semua orang tua di dunia ini sama. Mereka selalu memikirkan keselamatan anak sendiri. Menurut mereka, lebih baik mereka yang mati daripada anak mereka.Hubungan dekat ayah dan anak ini membuat Wira tersentuh. Fadela yang berdiri di samping juga tak kuasa mengepalkan tangannya. Dia bukan marah, melainkan terharu.Fadela menatap ayahnya lekat-lekat. Namun, dia tidak melontar
"Kukira Kak Wira akan berbaik hati melepaskan mereka. Ternyata dia mengincar baskom harta karun itu. Dia ingin memilikinya!" gumam Agha.Tadi Agha memang sudah pergi, tetapi dia kembali lagi dan bersembunyi di kegelapan untuk mengamati semuanya. Dia tidak ingin melewatkan apa pun.Jika Keluarga Jati mencari masalah dengan Wira, Agha akan langsung maju untuk memberi mereka pelajaran. Namun, sepertinya dia tidak punya kesempatan seperti itu.Wira tidak berniat menyulitkan Anang. Sementara itu, Anang langsung berlutut dan meminta maaf kepada Wira. Itu sebabnya, Agha tidak punya peluang untuk unjuk gigi."Kamu ini picik sekali. Kamu kira Keluarga Jati benaran punya baskom harta karun? Tuan Wira sudah tahu rahasia mereka sejak awal. Dia cuma nggak ingin membongkarnya." Tiba-tiba, Lucy telah berdiri di belakang Agha.Suara yang muncul mendadak ini pun membuat Agha terperanjat. Dia tanpa sengaja menoleh, lalu menatap Lucy dan berkata dengan kesal, "Kamu ini seperti hantu saja. Untung jantungk
Jika Wira tahu baskom harta karun itu tidak pernah ada, Keluarga Jati akan menjadi tidak bernilai di mata Wira. Jika Wira marah besar, apa yang harus mereka lakukan? Situasi akan menjadi makin merepotkan.Kini, Anang merasa sangat gelisah. Dia menunggu tanggapan Wira. Entah bagaimana Wira akan mengambil sikap sekarang.Namun, waktu seolah-olah membeku. Senyuman di wajah Wira tidak berkurang sejak tadi. Namun, dia tidak melontarkan sepatah kata pun.Fadela menggertakkan giginya dengan cemas. Sekarang dia baru mengerti bahwa Wira punya tujuan lain. Sungguh menyebalkan!Hanya saja, perhitungan Wira salah kali ini. Ini karena baskom harta karun tidak pernah ada. Sepertinya Wira tidak akan mendapat keuntungan apa pun kali ini."Bagus!" Wira bertepuk tangan dan tertawa.Anang kebingungan melihatnya. Kenapa Wira malah mengatakan bagus setelah tahu baskom harta karun tidak pernah ada?Anang segera bangkit, lalu menangkupkan tangan dan berkata, "Aku tahu Tuan Wira mengutamakan kesejahteraan rak
"Baik, Ini adalah kehormatan besar bagi Keluarga Jati," ucap Anang sambil menangkupkan tangan dengan hormat.Masalah akhirnya selesai. Sekarang Keluarga Jati dan Wira berteman. Bukankah ini keuntungan besar bagi Keluarga Jati? Sekalipun kebenaran tentang baskom harta karun terungkap, mereka tidak perlu takut kepada apa pun.Dulu, mereka menyebarkan rumor seperti itu supaya Keluarga Jati bisa berkembang dengan pesat. Namun, sekarang mereka tidak membutuhkan rumor seperti itu lagi.Keluarga Jati bukan hanya memiliki posisi penting di Provinsi Yonggu, tetapi juga telah menemukan penyokong, yaitu Wira. Mereka hanya akan berkembang makin pesat, tanpa perlu menyebarkan rumor lagi."Danu, suruh orang siapkan makanan. Hari ini aku dan Tuan Anang akan minum sampai puas."Setelah Danu pergi, Wira dan Anang pun mengobrol. Fadela hanya berdiri di samping dan menatap Wira. Sebelumnya, dia merasa Wira bukan pria baik-baik. Ketika melihat Wira, dia merasa tidak nyaman dan ingin menjauh secepat mungki
Ekspresi Anang lagi-lagi berubah. Dia terkejut mendengar ucapan putrinya. Suasana baru membaik, tetapi Fadela mengacaukannya lagi. Apa anak ini ingin mencelakai Keluarga Jati ya?Kalau tahu Fadela akan bersikap tidak masuk akal seperti ini, Anang tidak akan membawanya kemari untuk meminta maaf. Fadela hanya bisa menambah kerepotan!Wira tergelak, lalu menunjuk Fadela dan berkata, "Tuan Anang, putrimu ini sangat menarik. Dia sangat blak-blakan dan berani.""Selama ini, selain mereka yang punya hubungan dekat denganku, sisanya selalu menyanjung dan memujiku. Aku merasa nggak enak hati. Aku lebih suka orang yang berani jujur.""Bagiku, status tidak ada apa-apanya. Makanya, aku suka keluar sendirian dan pergi ke tempat yang penduduknya nggak mengenalku. Hanya dengan cara ini, mereka akan memperlakukanku dengan setara. Aku suka interaksi seperti itu."Ketika mendengar Wira berbicara demikian, Anang pun merasa lega. Sepertinya, Wira tidak bercanda. Dia benar-benar menganggap Anang sebagai te
Tatapan Danu juga tertuju pada Anang. Danu memang membutuhkan orang genius untuk membantunya. Dia tahu kekurangannya sendiri. Jika menyuruhnya bertarung di medan tempur, kemampuan Danu tentu tak perlu diragukan lagi.Namun, sekarang Wira menyuruhnya mengurus Provinsi Yonggu. Ini adalah pekerjaan yang sangat merepotkan. Danu sering kewalahan mengurusnya.Masalahnya adalah Danu tidak punya bawahan yang bisa diandalkan. Dia hanya bisa melakukan semuanya sendiri. Danu pun sudah berkali-kali meminta Wira memindahkan Osmaro kemari. Namun, Wira terus menolak.Bagaimanapun, Osmaro adalah salah satu bawahan kesayangan Wira. Wira tidak mungkin membiarkannya mengikuti Danu.Selain itu, Provinsi Loala lebih penting daripada Provinsi Yonggu. Provinsi Loala adalah markas besar Wira. Makanya, Wira tidak mungkin memindahkan mereka untuk membantu Danu. Kalau tidak, Wira harus mencari siapa untuk berdiskusi saat ada masalah?"Tuan, kamu nggak bercanda?" Mata Anang sontak berbinar-binar. "Aku tentu berse