Tatapan Danu juga tertuju pada Anang. Danu memang membutuhkan orang genius untuk membantunya. Dia tahu kekurangannya sendiri. Jika menyuruhnya bertarung di medan tempur, kemampuan Danu tentu tak perlu diragukan lagi.Namun, sekarang Wira menyuruhnya mengurus Provinsi Yonggu. Ini adalah pekerjaan yang sangat merepotkan. Danu sering kewalahan mengurusnya.Masalahnya adalah Danu tidak punya bawahan yang bisa diandalkan. Dia hanya bisa melakukan semuanya sendiri. Danu pun sudah berkali-kali meminta Wira memindahkan Osmaro kemari. Namun, Wira terus menolak.Bagaimanapun, Osmaro adalah salah satu bawahan kesayangan Wira. Wira tidak mungkin membiarkannya mengikuti Danu.Selain itu, Provinsi Loala lebih penting daripada Provinsi Yonggu. Provinsi Loala adalah markas besar Wira. Makanya, Wira tidak mungkin memindahkan mereka untuk membantu Danu. Kalau tidak, Wira harus mencari siapa untuk berdiskusi saat ada masalah?"Tuan, kamu nggak bercanda?" Mata Anang sontak berbinar-binar. "Aku tentu berse
"Bagaimanapun, kalau kita mengikat Anang di sisi kita, Keluarga Jati nggak mungkin berani macam-macam sekalipun membenci kita. Kalau mereka macam-macam, Anang bisa mati kapan saja dan Keluarga Jati bakal musnah," lanjut Agha sambil menyesap anggurnya.Di antara semua orang di sini, hanya suasana hati Agha yang buruk. Dia awalnya ingin membalas dendam, tetapi Keluarga Jati malah bergabung dengan mereka. Kini, Agha tidak punya cara untuk membalas penghinaan Fadela lagi. Dia tentu kesal memikirkannya.Wira tersenyum sambil menyahut, "Pikiranmu makin jauh ke depan. Tapi, bukan ini yang kupikirkan. Aku nggak berniat mengancam siapa pun dengan menggunakan Anang. Aku memang sudah memikirkan hal ini matang-matang.""Anang adalah seorang genius. Dia bukan cuma cerdas, tapi juga fleksibel. Aku menyukai kedua hal ini darinya. Kalau dia mengikuti Danu, kelak Danu pasti akan terbantu. Intinya, Anang bisa memberi kita manfaat besar."Danu berkata, "Benar. Sekarang aku memang butuh orang cerdas yang
Fadela menganggukkan kepala. "Aku sudah mengerti niatmu. Ayah, tenang saja, aku nggak akan mengecewakanmu. Vila Jati akan menjadi makin baik di tanganku, aku nggak akan menghancurkan kemuliaan yang sudah kamu ciptakan."Anang tersenyum lega. Bisa dibilang, kali ini dia mendapat berkah dalam bencana karena putrinya akhirnya sudah dewasa.Saat semua orang sudah tidur pulas di tengah malam, terdengar keributan di luar pintu. Wira yang awalnya sudah tidur lelap perlahan-lahan membuka mata dan melangkah ke pintu.Baru saja keluar, Wira melihat Anang dan Fadela sedang bergegas ke luar pintu dengan panik dan ditemani banyak rombongannya. Namun, orang-orang ini adalah orang dari kediaman jenderal, bukan orang dari Keluarga Jati. Ini membuktikan kedua orang ini tidak berniat untuk melarikan diri, kemungkinan besar ada masalah di Keluarga Jati. Bahkan Agha juga berada di antara mereka."Apa yang terjadi?" tanya Wira.Semua orang akhirnya berhenti, lalu Anang segera mendekati Wira dan berkata sam
Dalam sekejap, Wira dan Lucy sudah berangkat.....Di dalam Vila Jati. Saat rombongan Anang sedang bergegas kembali, orang-orang di Vila Jati sudah menerima kabar itu. Saat ini, banyak perampok gunung yang sedang sibuk memindahkan semua emas dan perhiasan milik Keluarga Jati.Sementara itu, para anggota VIP Keluarga Jati sudah lama meninggalkan vila itu. Mereka sudah mengetahui apa yang telah terjadi selama beberapa hari ini dan tidak berani tinggal di kediaman Keluarga Jati lagi setelah mengetahui identitas Wira.Para anggota VIP ini berpikir mereka bukan hanya akan bermusuhan dengan Wira jika tetap tinggal, kelak mereka juga mungkin akan terseret dalam masalah yang dibuat oleh Anang dan yang lainnya. Mereka memilih sebaiknya lebih cepat pergi dari sana. Selama memiliki kemampuan, mereka tidak perlu khawatir tidak akan mendapatkan pekerjaan.Dikarenakan para anggota VIP ini pergi, perampok gunung baru berhasil menjarah Vila Jati."Ayo cepat angkat! Dalam waktu setengah jam, kita sudah
Satu jam kemudian, Wira sudah tiba di Vila Jati. Dia melihat Anang, Agha, dan yang lainnya sudah tiba di tempat itu dan saat ini sedang menghitung harta di sana."Bagaimana dengan kerugiannya?" tanya Wira yang perlahan-lahan mendekat dan menatap Anang.Ekspresi Anang terlihat muram. Saat melihat Wira tiba, dia baru memaksakan senyumannya dan berkata sambil menggelengkan kepala, "Situasinya sangat buruk, lebih parah dari yang kubayangkan. Gudang di rumah sudah dibuka, bahkan ruang bawah tanah pun diledakkan. Hampir semua barang di dalamnya sudah diambil.""Aku sudah tanya pada orang-orang di rumah, tapi mereka juga nggak tahu asal-usul orang itu. Mereka hanya tahu orang-orang itu mempersiapkan semuanya sejak awal dan ada seseorang di rumah yang membukakan pintu, jadi mereka bisa masuk ke Vila Jati dengan mudah. Saat kita menerima kabar itu, semuanya sudah terlambat. Saat kami baru saja tiba, mereka sudah pergi."Anang merasa sangat sedih karena kekayaan Keluarga Jati adalah hasil jerih
Orang-orang itu berpikir mereka tidak akan terlibat dalam masalah. Perasaan manusia memang seperti itu, sehingga Anang bisa memakluminya."Kenapa ada perampok gunung di Provinsi Yonggu?" tanya Wira. Saat ini, Danu sudah mengambil alih Provinsi Yonggu. Dengan kemampuannya, dia berpikir Danu pasti sudah memusnahkan semuanya jika benar-benar ada perampok gunung di sini. Bagaimana mungkin mereka masih bisa melakukan hal-hal yang begitu keterlaluan lagi?Saat mengungkit hal ini, Anang langsung melanjutkan, "Memang selalu ada perampok gunung di Provinsi Yonggu. Lebih tepatnya, bukan hanya di Provinsi Yonggu saja, provinsi yang lainnya selain Provinsi Lowala milik Tuan Wira juga begitu.""Meskipun dunia sudah kembali damai, masih ada pergolakan di balik layar. Jadi, wajar saja kalau masih ada perampok gunung. Inilah alasannya semua orang ingin tinggal di provinsi yang dikelola Tuan Wira."Mendengar perkataan itu, Wira terkejut. Dia mengira dunia sudah damai dan perampok gunung sudah musnah, t
Selain itu, orang-orang dari Wira dan Kerajaan Beluana tidak pernah mengepung Desa Anyer, sehingga mereka menjadi makin kuat. Membunuh, membakar, berkelahi, dan merampok, mereka sudah melakukan semua bentuk kejahatan itu.Ekspresi Wira menjadi muram, lalu mengernyitkan alis dan bertanya dengan nada dingin, "Sekarang mereka sudah kembali ke Gunung Anyer?"Desa Anyer terletak di Gunung Anyer, sebuah tempat berbahaya yang mudah dipertahankan dan sulit untuk diserang. Namun, jumlah mereka hanya sekitar tiga ribu orang, tidak mungkin bisa mempertahankan Gunung Anyer.Sementara itu, Provinsi Yonggu memiliki ratusan ribu pasukan. Hanya perlu mengirim tiga puluh ribu pasukan untuk mengepung saja, Gunung Anyer pasti bisa ditaklukkan. Ini juga akan membuat Yono dan Hajiz membayar harga untuk perbuatan mereka."Sekarang mereka masih belum kembali. Sepertinya mereka menyadari kita sudah mengetahui keberadaan mereka dan sekarang sedang menuju ke arah Kerajaan Beluana. Mereka mungkin ingin meninggal
"Kamu hanya akan merepotkan kami, kamu tunggu di sini dengan tenang saja. Kakakku sendiri yang memimpin pengejaran ini, apa kamu masih pikir dia nggak akan bisa mengambil kembali barang-barang kalian? Jangan pikir semua orang itu sama seperti para pengecut di Keluarga Jati itu," kata Agha yang duduk di atas kuda dengan ekspresi meremehkan."Kamu ...." Fadela menggertakkan giginya sampai hampir retak. Orang yang paling dibencinya adalah Agha, terutama saat Agha sedang berbicara yang selalu membuatnya merasa tidak nyaman. Sekarang Agha bahkan mengatakan hal-hal seperti ini, dia tentu saja tidak bisa menahan amarahnya.Agha juga tidak peduli dengan Fadela, lalu kembali berkata, "Kak Wira, ayo kita berangkat sekarang."Wira menatap Fadela dan berkata, "Kamu juga ikut dengan kami saja.""Kak Wira ...." Agha baru saja hendak menolak, dia akhirnya tidak mengatakan apa-apa lagi saat melihat tatapan Wira. Jika kakaknya sudah berbicara, dia tidak bisa mengatakan apa-apa meskipun tidak setuju. Pa
Saat memikirkan hal itu, Trenggi mengernyitkan alis dan berkata, "Kalau lawan kita hanya punya 100 ribu pasukan, kita bisa melawannya. Tapi, apa kita sudah tahu posisi mereka sekarang?"Melihat Trenggi yang menunjukkan sikap mendukung, Wira memberi hormat dan perlahan-lahan berkata, "Sebelum kalian datang, aku sudah memeriksa peta. Menurutku, saat ini mereka seharusnya berada di sekitar Pulau Hulu. Aku tentu saja memperkirakan ini berdasarkan rute perjalanan mereka yang lebih cepat."Mendengar penjelasan itu, Trenggi dan yang lainnya menganggukkan kepala.Beberapa saat kemudian, Trenggi tiba-tiba teringat dengan sesuatu dan perlahan-lahan berkata, "Kalau begitu, mereka pasti akan beristirahat di Pulau Hulu baru melanjutkan pencarian. Kalau kita mengirim beberapa pasukan kavaleri ke sana sekarang, kita harusnya bisa mengganggu dan mencegat perjalanan mereka, 'kan?"Ide dari Trenggi memang bagus, tetapi Wira langsung menolaknya. Bukan karena khawatir, tetapi pasukan utara ini sudah terbi
Sepanjang perjalanan, Trenggi terus berpikir apa yang harus dilakukannya saat bertemu dengan Wira dari Provinsi Lowala. Namun, setelah bertemu Wira, dia merasa sangat terharu. Dia benar-benar tidak menyangka Wira begitu tampan dan karismatik, pantas saja banyak orang di sembilan provinsi yang merasa Wira sangat bisa diandalkan. Hari ini, dia membuktikan sendiri kabar itu memang benar.Setelah semua pasukan besar dari Kerajaan Nuala memasuki kota, Wira langsung memerintahkan bawahannya untuk menutup gerbang kota.....Di dalam kediaman wali kota, Wira menatap Trenggi dan para jenderalnya yang masuk. Latif dan Agha yang sebelumnya pergi untuk membujuk orang-orang di kota juga sudah kembali. Saat melihat Trenggi dan Hayam, semua orang basa-basi terlebih dahulu.Setelah itu, Wira menarik Latif dan berkata, "Ayo, aku perkenalkan kamu dulu. Ini adalah saudara baru kami. Kalau bukan karena dia, mungkin nyawa kami sudah tiada saat sedang bersembunyi di hutan. Untung saja dia bersedia membantu
Wira menatap Nafis dan berkata, "Tinggalkan satu mata-mata untuk memandu pasukan besar Jenderal Trenggi, yang lainnya kembali ke sini. Kirim mereka ke utara dan minta mereka untuk terus memantau gerakan di sana. Kalau mereka menemukan pasukan utara, segera laporkan ke sini.""Baik," jawab Nafis.Setelah keduanya pergi, Wira baru mencari peta. Setelah melihat bagian atas peta itu, dia berkata dengan tenang, "Sekarang kita belum tahu pasukan utara itu ada di mana. Tapi, kalau mereka bergerak dengan cepat dan menurut waktu yang diberi tahu Kunaf tadi, sekarang mereka harusnya sedang melintasi Pulau Hulu."Mengingat jenderal tangguh dari pihak musuh adalah Zaki yang merupakan tangan kanan Bimala, Wira berpikir apakah dia bisa menggunakan Zaki ini untuk mengancam Bimala agar menyerahkan Bobby. Meskipun sekarang dia belum mengetahui kabar tentang Bobby, Zaki sebagai tangan kanan Bimala ini seharusnya tahu. Jika bahkan hal ini pun tidak tahu, Zaki ini benar-benar tidak berguna.Saat sedang me
Semua orang tertegun sejenak saat mendengar perkataan Latif. Menurut mereka, sepuluh orang memang terlalu sedikit.Saat Latif hendak menjelaskan maksudnya, saat itu Wira malah berkata, "Benar, sepuluh orang memang terlalu sedikit. Lebih baik mengikuti saran Adjie, bawa 100 orang bersamamu saja. Kalau terjadi masalah, kalian juga bisa saling membantu."Latif yang merasa terharu oleh kata-kata Wira segera memberi hormat pada Wira, lalu berdiri dan berkata, "Tuan, kalian sudah salah paham, aku nggak ingin bertindak secara besar-besaran. Kalau bukan karena takut kamu akan khawatir atau nggak ada yang melaporkan padamu, aku bisa pergi ke sana sendirian.""Para prajurit ini nggak penting, yang perlu ditangani adalah wakil jenderal yang memimpin mereka. Dia adalah orang kepercayaan Kunaf. Sekarang Kunaf sudah ditangkap, mereka pasti nggak akan menyerah pada kita. Karena Kunaf ini memegang kekuasaan besar, jadi wakil jenderal ini lebih seperti boneka. Justru karena itulah, aku yakin bisa menan
Wira sendiri juga tidak menyangka Adjie adalah orang seperti ini, perasaannya terhadap Adjie menjadi lebih rumit.Mendengar perkataan itu, ekspresi Kunaf yang terikat erat langsung menjadi muram dan berteriak, "Tunggu sebentar. Aku akan beri tahu, orang yang dikirim untuk memimpin pasukan utara ini adalah asisten andalan Bimala, Zaki."Mendengar nama Zaki itu, Wira pun mengernyitkan alis karena dia benar-benar belum pernah mendengar nama itu sebelumnya.Melihat yang lainnya sangat kebingungan, Latif yang berdiri di samping langsung maju dan berkata, "Aku mengenal orang ini, dia ini tangan kanannya Bimala. Dulu dia pernah datang ke sini untuk menginspeksi kami, tapi orang ini penuh dengan gairah seksual. Soal kelemahan lainnya, aku belum pernah mendengarnya."Agha yang berdiri di samping langsung berteriak dengan keras, "Nggak perlu peduli siapa dia. Kalau dia berani datang ke sini, aku pasti akan membuatnya nggak bisa kembali."Mendengar perkataan Agha, semua orang tertawa terbahak-bah
Bukan hanya Adjie dan yang lainnya, bahkan Wira yang berdiri di depan Kunaf pun tertegun setelah mendengar perkataan itu. Dia benar-benar tidak menyangka Bimala malah mengerahkan pasukan besar hanya untuk menangkapnya, benar-benar menghargainya.Agha yang mudah emosi pun langsung menendang Kunaf dan memarahi, "Katakan dengan jelas, kali ini ada berapa banyak pasukan utara yang dikirim?"Kunaf meludah ke tanah, lalu tertawa dingin dan berkata, "Hehe. Semuanya ada 100 ribu pasukan untuk menjaga perbatasan. Begitu pasukan besar itu tiba, kalian semua nggak akan bisa kabur lagi. Kalau kalian melepasku sekarang ...."Namun, sebelum Kunaf selesai berbicara, Nafis langsung menendang tubuh Kunaf untuk memaksanya menahan kata-kata berikutnya. "Melepaskanmu? Kamu bermimpi. Sayangnya, kamu nggak akan bisa keluar dari sini hidup-hidup lagi."Tak disangka, ekspresi Kunaf malah tetap datar saat mendengar perkataan Nafis. Sebaliknya, dia malah tertawa dan berkata, "Hehe. Nggak masalah. Lagi pula, kal
Adjie menganggukkan kepalanya karena sangat setuju dengan pengaturan Agha. Jika terjadi sesuatu yang tak terduga pada saat seperti ini, semua usaha mereka sebelumnya akan sia-sia.Saat ini, di gerbang kota. Wira yang sedang memimpin sekelompok orang pun memandang ke langit di kejauhan, lalu memanggil Nafis dan bertanya dengan nada pelan, "Ada kabar dari para mata-mata?"Begitu menguasai kota, Wira langsung mengirim banyak mata-mata untuk menyambut 200 ribu pasukan dari Kerajaan Nuala.Nafis memberi hormat dan menjawab, "Belum ada kabar. Tapi, berdasarkan informasi sebelumnya dari para mata-mata, mereka harusnya sudah dekat."Wira menganggukkan kepala. Tidak boleh ada kesalahan sedikit pun pada saat seperti ini.Tepat pada saat itu, ada seorang prajurit yang berlari mendekat. Setelah melihat keduanya, dia langsung memberi hormat dan berkata, "Tuan, Kak Nafis, Kak Adjie dan yang lainnya sudah kembali. Mereka bahkan berhasil menangkap Kunaf."Mendengar laporan itu, Nafis merasa sangat sen
Mendengar Latif berkata demikian, Adjie merasa agak ragu karena saat ini situasinya sangat mendesak. Jika dia melepaskan mereka begitu saja, dia akan kesulitan.Menyadari Adjie sepertinya merasa agak kesulitan, Latif yang berdiri di depan pintu tersenyum dan berkata sambil memberi hormat, "Kalau Kak Adjie merasa agak kesulitan, kamu bisa menahan kami di halaman ini dulu. Selama nyawa kami nggak terancam, kami bisa menerima cara lainnya."Melihat Latif yang begitu pengertian, Adjie membalas hormat itu dengan tersenyum. Setelah ragu sejenak, dia berkata perlahan-lahan, "Melihat Jenderal Latif begitu sungkan, aku akan terus terang saja. Saat fajar nanti, 200 ribu pasukan dari Kerajaan Nuala akan langsung masuk ke kota.""Sekarang kami sudah menguasai gerbang kota dan kediaman wali kota juga. Begitu pasukan tiba mereka bisa langsung menerobos masuk tanpa hambatan."Kata-kata Adjie ini membuat Latif sangat bersemangat karena tidak ada satu pun dari mereka yang ingin menjadi seorang penjaga
Tanpa basa-basi, Agha langsung menampar kedua selir Kunaf. Mereka pun langsung diam, tak berani berteriak lagi.Namun, saat itu juga, Agha mencium bau pesing yang menyengat dan sontak mengumpat pelan, "Sialan!"Setelah beberapa saat, Kunaf sudah diikat erat. Adjie lalu menoleh ke arah Agha dan bertanya, "Apa kita perlu mengabari Tuan Wira? Sekarang situasi di dalam kota sudah terkendali, tinggal menunggu pasukan Kerajaan Nuala tiba."Mendengar nama Kerajaan Nuala, Kunaf yang tergeletak di lantai langsung mengeluarkan suara dari mulutnya yang disumpal dengan kain. Tubuhnya meronta-ronta.Adjie tidak berkata apa-apa dan hanya menendang tubuh Kunaf agar tetap diam. Setelah itu, dia duduk perlahan di kursi dan berkata dengan tenang, "Aku sudah mengutus orang untuk memberi tahu Wira. Tapi sebelum itu, ada sesuatu yang perlu kita lakukan.""Apa itu?""Dengan menggunakan perintah Kunaf, kita panggil semua kepala penjaga gerbang ke sini dengan alasan rapat mendadak. Begitu mereka masuk ke hala