Kekuatan Agha memang luar biasa, tetapi Fadela juga tidak takut karena ini adalah Vila Jati dan penuh dengan orang-orang Keluarga Jati. Apalagi mereka semua adalah ahli yang telah dilatih dengan biaya besar, melawan seorang Agha tidak berarti apa-apa. Jika benar-benar terjadi pertarungan, belum tentu mereka yang dirugikan."Kak Wira, kamu istirahat di sini dulu, beri aku waktu 30 menit. Aku akan menghajar semua pecundang ini, lalu kita pergi dari sini," kata Agha sambil langsung mengangkat Palu Delapan Permata.Senjata ilahi itu didapatkan dengan susah payah, Agha tentu saja harus memanfaatkannya. Dia ingin melihat seberapa kuat kekuatan palu itu. Setelah selesai berbicara, Agha langsung menerjang ke arah kerumunan dan menyerang terlebih dahulu.Fadela dan yang lainnya tidak menyangka Agha ternyata begitu nekat. Benar-benar gila!"Maju!" perintah Fadela sambil melambaikan tangan, lalu para bawahan pun segera menyerang Agha.Dalam sekejap, kedua belah pihak saling bertarung. Namun, hany
"Ayah!" Begitu Anang muncul, Fadela segera berlari ke sisinya dan langsung menangis.Fadela menunjuk pada Wira dan berkata, "Ayah, dua orang ini menindasku, kamu harus membalaskan dendamku."Namun, Anang tidak memedulikan Fadela karena tidak ada yang lebih memahami putrinya ini daripada dia. Dia tentu saja tahu bagaimana sikap Fadela sehari-hari. Meskipun langit runtuh, Fadela tidak akan meneteskan air mata. Semua ini jelas hanya sandiwara Fadela untuk mendapatkan simpati dari ayahnya, tetapi dia sudah menyadari trik kecil Fadela sejak awal.Setelah mendorong Fadela ke samping, Anang berjalan ke depan Wira. Setelah mengamati dari atas ke bawah, dia memberi hormat dan berkata, "Adik Tuan memang luar biasa, benar-benar seorang pahlawan sejati! Tadi aku sudah mendengar tentang taruhanmu dan dengan putriku. Adikmu sudah berhasil mengangkat palu ini, jadi aku akan memberikan palu ini padanya.""Sebagai manusia, kita harus memegang janji. Vila Jati juga begitu. Meskipun benda ini sangat berh
Wira mengamati Anang dengan cermat karena merasa tuan rumah Vila Jati ini memang tahu bagaimana menyelesaikan masalah.Fadela terlihat sangat tidak puas, tetapi dia hanya bisa menerima keadaannya dengan diam karena ayahnya sudah berkata seperti itu. Sebenarnya, semua ini terjadi karena sikapnya yang manja dan keras kepala. Pada akhirnya, dia tidak berani banyak berbicara lagi dan hanya berdiri di samping dengan diam.Wira melirik Agha dan berkata, "Karena mereka sudah berkata seperti ini, kita ikuti saja keputusan mereka."Agha menganggukkan kepala dan terlihat tidak berniat untuk melanjutkan pertarungan lagi.Wira melanjutkan, "Baiklah, kami akan segera pamit."Setelah mengatakan itu, Wira dan Agha mulai pergi meninggalkan Vila Jati.Melihat punggung Wira yang menjauh, ekspresi Anang perlahan-lahan menjadi muram dan memerintahkan semua orang di sana, "Kalian semua hanya tahu ikut-ikutan Nona kalian membuat masalah saja. Lihatlah, apa yang sudah kalian lakukan dengan vila ini?"Tidak
Fadela memegang wajahnya, lalu memelototi Anang dan berkata dengan suara yang bergetar, "Sejak kecil sampai sekarang, kamu nggak pernah memukulku. Kali ini kamu malah memukulku? Baiklah. Aku akan pergi sekarang, kelak nggak akan muncul di depanmu lagi dan mengganggu hidupmu."Selama ini, Fadela memang sangat manja dan sombong. Selain Anang, tidak ada seorang pun yang berani menyinggungnya dan mengaturnya. Meskipun begitu, Anang paling-paling hanya memarahinya dan tidak pernah memukulnya. Namun, sekarang Anang malah langsung menamparnya, dia tidak bisa menerima kenyataan ini.Fadela melimpahkan semua dendam ini pada Wira. Jika bukan karena Wira dan Agha, dia tidak akan bertengkar dengan ayahnya sampai seperti ini. Dia juga tidak akan ditampar oleh ayahnya. Saat memikirkan semua ini, dia langsung berjalan menuju ke halaman depan."Berhenti di sana!" teriak Anang. Namun, usahanya malah sia-sia karena Fadela sama sekali tidak memedulikannya dan segera menghilang dari hadapannya.Setelah Fa
"Kamu tenang saja. Kalau nanti aku bertemu dengannya, aku akan bicara baik-baik dengannya. Nggak ada dendam kesumat antara ayah dan anak," kata pria itu. Setelah menghibur sebentar, keduanya pun berpisah.Pada yang bersamaan, Wira dan Agha juga sudah meninggalkan Vila Jati dan saat ini sedang dalam perjalanan menuju Provinsi Yonggu.Suasana hati Agha sangat baik karena baru saja mendapatkan senjata yang cocok dengannya. Dia juga berhasil memberi pelajaran pada sekelompok orang yang tidak berlogika, sehingga dia merasa sangat puas. "Kak Wira, kalau kelak ada urusan seperti ini lagi, ingat panggil aku. Tentu saja akan lebih baik lagi kalau kita ajak Kak Danu, dia pasti ingin meregangkan otot-ototnya juga."Wira menggelengkan kepala dengan tak berdaya. Orang yang sama memang selalu bersama-sama, hubungan mereka dengan Danu cukup dekat.Saat keduanya hampir tiba di kota di Provinsi Yonggu, seseorang mendekat dari arah depan dan terlihat sangat lelah setelah menempuh perjalanan panjang. Dia
Orang itu berkata, "Tentu saja nggak, Nona Fadela kami sama sekali nggak berniat jahat. Dia hanya ingin bertemu dengan Tuan Wira saja. Nona Fadela memintaku menyampaikan pesan pada Tuan Wira, lebih baik menyelesaikan dendam sekarang daripada memperpanjangnya. Dia berharap bisa berdiskusi dengan Tuan Wira.""Nona Fadela sudah menyiapkan jamuan di Restoran Semiyang, hanya menunggu kedatangan Tuan Wira saja. Apa Tuan menerima undangan itu atau nggak, semua tergantung Tuan sendiri. Aku sudah menyampaikan semua pesannya, aku undur diri dulu."Setelah mengatakan itu, orang itu pergi dengan hormat. Sementara itu, Wira dan Agha tetap berdiri di tempat. Setelah melihat orang itu pergi, mereka tidak langsung pergi."Kak Wira, jangan pernah dengan omongan wanita itu, nggak ada yang tahu apa maksud dia yang sebenarnya. Wanita itu sangat kejam, pasti ada rencana licik di baliknya. Kita nggak boleh jatuh dalam perangkapnya. Nggak usah pedulikan dia, kita anggap nggak pernah mendengar undangan itu sa
Namun sekarang, Wira melihat ternyata Agha memiliki pemikirannya sendiri sampai bisa memperkirakan hal-hal ini. Agha memang menarik."Baiklah. Semua yang kamu katakan benar. Kalau kamu mau menemaniku, kita berdua akan pergi bersama," kata Wira.Keduanya tertawa terbahak-bahak dan langsung menuju Restoran Semiyang.....Di Vila Jati.Saat ini, Anang sudah meninggalkan halaman belakang. Saat kembali ke halaman depan, dia malah tidak melihat putrinya. Dia pun menatap pengurus rumah tangan dan bertanya, "Di mana Fadela?""Nona Fadela pergi bersama beberapa orang. Aku dengar dia ingin pergi ke Provinsi Yonggu untuk bersenang-senang ...," jawab pengurus rumah tangga dengan segera.Ekspresi Anang langsung berubah dan berkata dengan nada yang muram, "Apa? Dia membawa orang pergi ke Provinsi Yonggu? Kenapa nggak memberitahuku lebih cepat?"Pengurus rumah tangga segera berkata, "Nona Fadela biasanya juga suka bermain dan sering nggak pulang, kita semua tahu hal ini. Sekarang terjadi banyak hal,
Saat ini, Wira dan Agha sedang berdiri di luar Restoran Semiyang.Dikarenakan penampilan Agha yang aneh, dia menarik perhatian banyak orang. Dia memegang sepasang palu yang begitu besar sambil berjalan di jalanan, tentu saja banyak orang yang menatapnya. Beberapa pejalan kaki bahkan berkomentar dan mulai menebak identitasnya.Namun, sebagian besar orang mengira Agha adalah seorang pesulap. Menurut mereka, jika palu itu benar-benar terbuat dari logam padat, palu itu akan sangat berat dan tidak mungkin bisa diangkat oleh orang biasa. Namun, mereka tidak tahu, sebenarnya palu itu adalah harta langka yang lebih berat daripada lima puluhan kilogram palu besi biasa."Tuan-tuan, ada yang bisa aku bantu?" Seorang pelayan langsung menyambut dengan ramah begitu Wira dan Agha masuk.Wira melihat ke sekeliling aula utama di lantai satu restoran, tetapi tidak melihat sosok Fadela. Saat hendak bertanya pada pelayan, dia melihat pria yang sebelumnya diutus Fadel untuk mengundangnya turun dari lantai
Dalam satu bulan terakhir, banyak hal telah terjadi.Osman secara sukarela menyerahkan segel kerajaan kepada Wira, sekaligus menyerahkan kendali atas Kerajaan Nuala. Dengan jatuhnya Kerajaan Nuala ke tangan Wira, negeri ini akhirnya benar-benar bersatu dan Wira menjadi kaisar di dunia!Hari itu menjadi hari perayaan bagi seluruh negeri! Kota utama di Provinsi Yonggu pun ditetapkan sebagai ibu kota baru.Sementara itu untuk suku utara, Wira menunjuk seseorang untuk mengambil alih kepemimpinan. Wilayah Kerajaan Agrel tetap damai karena Ararya dan Kresna menjalankan tugas mereka dengan baik.....Meskipun Wira telah menjadi kaisar, dia tetap memilih untuk tidak terlibat langsung dalam urusan pemerintahan, menyerahkan segala urusan istana kepada orang-orang kepercayaannya.Osmaro dan para menteri lainnya tetap sibuk mengatur negeri. Sedangkan Danu, Doddy, Nafis, dan lainnya kini menjadi jenderal besar yang menjaga berbagai wilayah, bahkan Agha juga mendapatkan posisi yang sama.Di sisi lai
"Itu bukan urusanmu." Nafis menatap Baris dengan dingin. "Penggal kepalanya dan bawa pulang untuk kaisar kita!"Begitu perintah itu dilontarkan, Agha langsung bergerak.Baris bahkan tidak sempat memberikan perlawanan. Dalam sekejap, tubuhnya sudah tergeletak di atas genangan darah. Dengan demikian, suku utara sepenuhnya jatuh ke tangan Wira.Pasukan yang dipimpin oleh Nafis pun tetap tinggal untuk memastikan tidak ada lagi pergerakan dari suku utara......Tiga hari berlalu, Wira dan Trenggi memimpin pasukan mereka hingga berhasil mengepung Senia di depan gerbang suku utara.Namun, gerbang itu sudah tertutup rapat. Yang berjaga tidak lain adalah Ararya serta Kresna. Saat melihat pemandangan ini, Senia langsung menyadari bahwa Wira sudah lama menjalin kerja sama dengan Ararya dan Kresna, bahkan telah menyiapkan jebakan besar untuknya!Di medan pertempuran, Senia menoleh ke pasukannya yang tersisa. Dulu, dia begitu berambisi dan berani. Kini, hanya kelelahan dan kekalahan yang tersisa di
"Ini adalah kesempatan terakhir kita!"Semua orang berpandangan, lalu mengangguk serempak.Begitu suara terompet serangan terdengar, Senia segera memimpin pasukannya maju, siap untuk merebut kota dengan paksa!Namun, tepat pada saat itu, terdengar seruan pertempuran dari belakang. Dalam sekejap, barisan belakang menjadi kacau balau!"Apa yang terjadi?" Senia segera menerima laporan dan menghentikan serangan."Wira tiba-tiba menyerang dari belakang! Karena nggak ada pertahanan di belakang sana, kita mengalami kerugian besar!""Selain itu, Wira dan pasukannya datang dengan persiapan matang. Kita harus mundur! Kalau kita terus bertahan di sini, seluruh pasukan bisa hancur!"Kini, mereka berada di posisi yang sangat tidak menguntungkan. Di depan ada pasukan Kerajaan Nuala, sementara di belakang ada Wira dan pasukannya.Situasi telah berbalik. Jika mereka tetap di sini, akhir mereka sudah bisa diprediksi.Senia menggertakkan giginya. Dengan wajah penuh amarah, dia berkata, "Sial! Kita terla
Para jenderal mengangguk setuju. Memang benar Kerajaan Agrel sangat luas. Jika pasukan Wira masuk, mereka akan menghadapi banyak kendala. Dengan demikian, mereka bisa bertempur melawan Wira di wilayah mereka sendiri.Meskipun rakyat sembilan provinsi sangat mendukung Wira, hal itu tidak berlaku bagi penduduk Kerajaan Agrel. Bagi mereka, Wira adalah ancaman.Jika Senia berhasil menyatukan sembilan provinsi, penduduk Kerajaan Agrel juga bisa masuk dan hidup di sana, menikmati kehidupan yang jauh lebih baik daripada sekarang.Namun, semua itu dihalangi oleh Wira. Setidaknya, begitulah cara mereka melihatnya.Jadi, jika Wira masuk ke Kerajaan Agrel untuk bertempur, hasil akhirnya sudah bisa diprediksi. Para rakyat kemungkinan besar akan membantu Senia tanpa syarat. Pada saat itu, bagaimana mungkin Wira bisa membalikkan situasi?Bahkan, ada kemungkinan besar dia akan kehilangan seluruh pasukannya!Menyadari hal ini, para prajurit semakin bersemangat. Salah satu dari mereka berkata, "Jangan
Seorang jenderal berbicara demikian. Wajahnya masih dipenuhi bercak darah. Itu adalah darah musuh.Mereka telah bertempur selama tiga hari tiga malam, tetapi belum juga melihat secercah harapan. Bantuan pun tak kunjung tiba.Jika terus bertahan di sini tanpa solusi, hasil akhirnya sudah bisa ditebak. Kota ini akan jatuh dan semua orang akan terbunuh!"Bagaimana kalau Yang Mulia membawa pasukan keluar melalui gerbang utara? Di belakang sana ada pegunungan dengan pertahanan yang paling lemah. Kalau kita kirim pasukan untuk membuka jalan, kita bisa memastikan Yang Mulia dapat melarikan diri dengan selamat!" usul salah satu prajurit.Situasi mereka memang sudah sangat kritis. Jika tidak segera mengambil keputusan, tak ada yang bisa menebak bagaimana akhirnya. Mereka semua sangat khawatir.Terlebih lagi, Osman berada di tengah-tengah mereka. Jika sang raja tewas di sini, mereka benar-benar kehilangan kesempatan terakhir untuk membalikkan keadaan.Bahkan, mungkin tak akan ada lagi orang yang
"Tenang saja, aku sudah mempersiapkan semuanya dengan matang. Sekalipun Senia memiliki kekuatan yang luar biasa, kali ini dia nggak akan bisa lolos!"Senyuman penuh percaya diri muncul di wajah Wira. Di Kerajaan Agrel, masih ada kartu truf terakhirnya, yaitu Ararya dan Kresna. Sebelum berangkat, dia telah menghubungi mereka berdua. Kemungkinan besar, mereka sudah mulai menguasai berbagai wilayah di Kerajaan Agrel saat ini.Mereka masing-masing memiliki puluhan ribu pasukan, sedangkan Senia membawa hampir semua pasukannya ke medan perang. Ini adalah kesempatan emas bagi Ararya dan Kresna.Jika Wira berhasil menekan Senia dari depan, sementara mereka berdua menguasai wilayah di belakangnya, tidak peduli seberapa hebat Senia, dia tidak mungkin bisa melarikan diri dari kehancuran.Oleh karena itu, Wira yakin hanya dengan 300.000 pasukan, dia dapat menaklukkan Senia dengan mudah. Ini bukanlah tindakan gegabah!Wira tidak pernah mengambil langkah yang tidak pasti. Jika tidak memiliki persiap
"Karena nggak ada urusan lain lagi, kalian semua boleh pergi istirahat." Setelah memberi perintah, Wira melambaikan tangannya kepada para pejabat, lalu berbalik menuju bagian dalam istana.Para pejabat pun segera meninggalkan ruangan.Namun, saat baru sampai di depan pintu, Wira tiba-tiba berhenti. Tatapannya tertuju pada Nafis, lalu mengaitkan jarinya. "Aku ingin membahas sesuatu secara pribadi denganmu. Ikut aku."Nafis segera mengangguk dan mengikuti Wira menuju taman istana. Di taman itu, hanya ada beberapa dayang dan kasim yang melayani Wira. Selain itu, masih ada Nafis, Agha, dan Lucy.Sementara itu, Danu dan Doddy sedang mengurus para prajurit. Meskipun tidak mengalami pertempuran besar, perjalanan jauh tetap melelahkan.Mereka perlu beristirahat sebelum menempuh perjalanan panjang untuk ekspedisi ke Kerajaan Agrel. Mereka harus memulihkan semangat juang untuk memastikan semuanya aman.Wira bukan hanya ingin memenangkan perang, tetapi juga ingin meminimalisir korban di pihaknya.
"Kita masuk."Dengan satu perintah dari Wira, seluruh pasukannya bergerak menuju ibu kota Kerajaan Beluana.Dalam sekejap, Wira dan rombongannya telah memasuki kota. Sepanjang jalan, rakyat bersorak tanpa henti. Dari reaksi mereka, bisa dilihat betapa besar pengaruh Wira di hati rakyat.Di dalam istana.Di aula utama, Nafis telah mengirim orang-orangnya untuk sepenuhnya menguasai istana. Pasukan penjaga lama telah digantikan, jadi kini tempat ini sepenuhnya berada di bawah kendali Wira.Namun, satu hal yang mengejutkan Wira adalah betapa megahnya istana Kerajaan Beluana. Ciputra benar-benar tahu bagaimana menikmati kemewahan.Di aula, banyak orang sedang berlutut. Mereka adalah para pejabat yang dulunya melayani Ciputra. Begitu mendengar Wira telah memasuki kota, mereka segera datang dengan harapan untuk menyelamatkan diri.Wira memandang mereka sekilas, lalu berkata dengan tenang, "Semuanya, silakan berdiri."Para pejabat itu segera bangkit."Saudara sekalian, meskipun Kerajaan Beluan
Saat ini, Wira duduk di atas kudanya, di depan gerbang timur ibu kota. Di hadapannya adalah Danu dan yang lainnya."Kak, sekarang kita sudah sampai di sini, kenapa masih berhenti? Aku baru saja mendengar dari Nona Lucy tentang keadaan di pihak Osman. Kabarnya, Osman sudah hampir nggak bisa bertahan lagi.""Dalam beberapa hari ke depan, kemungkinan kota itu akan jatuh ke tangan Senia. Kalau saat itu tiba dan kita baru bergerak menuju Kerajaan Nuala, Osman mungkin sudah tewas ...."Rakyat Kerajaan Nuala berjuang mati-matian untuk mempertahankan kota mereka. Ditambah lagi, para prajurit dari Kerajaan Agrel sangat kejam. Jika mereka berhasil menerobos kota, pasti akan terjadi pembantaian dan yang menderita adalah rakyat.Osman adalah sekutu mereka. Danu sejak lama sudah menganggapnya sebagai bagian dari kelompok mereka sendiri. Bagaimanapun, setelah Wira berhasil menumbangkan Ciputra, tidak akan ada yang mampu menandinginya lagi. Penyatuan seluruh negeri hanyalah masalah waktu.Lucy juga m