Apa yang biasanya dilakukan Agha, tidak ada hubungannya dengan Wira. Selama dia menjalankan kewajibannya sebagai kakak, itu sudah cukup untuk membuktikan persahabatan mereka.Setelah melewati tirai, keduanya melihat sebuah meja besar di depan mereka. Meskipun terdapat banyak peralatan makan yang indah di atas meja, hidangan dan segelas minuman pun tidak ada. Selain itu, Fadela juga tidak terlihat di sana."Apa Fadela ini sengaja mempermainkan kita? Dia mengundang kita ke tempat yang begitu bagus dan bahkan menyewa seluruh lantai dua dan tiga, tapi dia nggak hadir? Entah apa yang direncanakan wanita ini," keluh Agha, lalu duduk di kursi di samping dan meletakkan palu di tangannya di lantai.Wira duduk di samping Agha dan menuangkan secangkir teh untuk dirinya sendiri, lalu tersenyum dan berkata, "Bagaimanapun juga, Fadela ini adalah putri Keluarga Jati. Kali ini kita sudah membuatnya rugi besar dan kehilangan muka, wajar saja kalau dia memberi kita sedikit pelajaran. Nggak perlu terlalu
Fadela berkata, "Jangan berpikir terlalu banyak lagi, mungkin dia hanya seorang sampah saja. Tuan Wira yang kamu bilang itu memiliki kedudukan yang tinggi dan aku dengar sekarang dia berada di Dusun Darmadi, nggak mungkin muncul di Provinsi Yonggu.""Lagi pula, kalau dia benar-benar adalah Tuan Wira, dia pasti membawa banyak pengawal di sekitarnya. Tapi, saat di Vila Jati tadi, kita sudah bertarung sampai seperti itu pun tetap nggak ada yang datang membantunya, 'kan?"Setelah mendengar perkataan itu, semua orang yang berada di sana baru merasa agak tenang.Fadela kembali melanjutkan, "Ikuti rencana kita saja. Aku ingin dia berlutut di lantai dan memohon maaf padaku. Kalau nggak, aku akan langsung merenggut nyawanya."Salah seorang yang berdiri di belakang Fadela segera mengambil sebuah kursi dan Fadela pun duduk, seolah-olah bersiap untuk menonton sebuah pertunjukan besar. Sebenarnya, dia memang sudah menyiapkan jebakan di sini. Tujuannya adalah agar Wira mengaku kalah dan sekaligus me
Apalagi, keringat sudah membasahi punggungnya. Tidak mungkin tidak takut. Namun, di situasi seperti ini, seseorang tidak boleh terlihat takut. Jika terus mengalah, pihak lawan akan merajalela.Wira tidak bodoh, jadi tidak akan berbuat demikian. Namun, Fadela adalah wanita gila. Ditambah lagi keadaannya sedang tidak baik-baik saja. Entah kegilaan macam apa yang akan dilakukannya."Fadela, ayahmu nggak memberitahumu identitasku atau menyuruhmu jangan mengusikku?" tanya Wira dengan tidak acuh.Fadela terkekeh-kekeh. Begitu teringat pada omongan Anang, Fadela langsung merasa kesal dan tak kuasa menyentuh wajahnya.Selama 20 tahun ini, Anang tidak pernah main tangan dengannya. Apa pun yang terjadi, ayahnya ini paling-paling hanya akan menegurnya. Namun, kali ini ....Demi seorang Wira, Anang menamparnya. Bagaimana mungkin Fadela bisa menerima hal ini? Hanya saja, Anang adalah ayahnya. Fadela hanya bisa melampiaskan amarahnya kepada Wira."Jangan sok misterius di sini. Ayahku melepaskan kali
"Kak, aku rasa wanita ini memang gila. Gimana kalau aku menyerangnya di tengah situasi kacau? Kalau bisa menyanderanya, orang-orang itu akan meletakkan senjata mereka. Kalau kamu rasa bisa, aku baru akan melakukannya. Kamu cari tempat saja untuk sembunyi. Jangan sampai terluka," bisik Agha di samping telinga Wira.Wira merasa bersyukur mendengarnya. Perkataan Agha ini membuatnya terharu. Di situasi semacam ini, tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. Namun, Agha bersedia mempertaruhkan nyawanya demi melindungi Wira. Anak ini benar-benar setia dan tulus padanya.Tidak peduli bagaimana sikap Agha biasanya, satu-satunya yang bisa dipastikan adalah Agha benar-benar menganggapnya sebagai kakak. Wira merasa senang memiliki adik seperti ini."Aku yang membawamu ke Restoran Semiyang. Kita harus sama-sama keluar dari tempat ini. Kalau menuruti idemu, kamu nggak bakal bisa lolos. Kamu ingin menggunakan tubuhmu mengadang anak panah? Mana mungkin kakakmu ini tega melihatnya."Wira b
"Nggak ada orang?""Sialan! Dia menipu kita!""Tembak mereka! Tembak mati manusia rendahan itu!"Fadela langsung bangkit dan memberi perintah menembak. Tanpa ragu sedikit pun, para bawahan sontak mengangkat busur dan panah. Saat berikutnya, anak panah menghujani pintu.Wira dan Agha buru-buru mundur. Wira melindungi tubuhnya dengan kursi, sedangkan Agha terus mengayunkan palunya untuk menangkis. Sesaat kemudian, mereka mundur sampai pinggir jendela."Kak, cepat lompat! Setelah keluar dari restoran ini, kita bakal aman! Kita beri tahu Kak Danu supaya dia yang balas dendam! Kita bisa membinasakan Keluarga Jati dengan mudah!" seru Agha.Wira mengangguk, lalu langsung melompat. Agha mengikuti di belakang. Di luar pintu, orang-orang masih menembak. Adapun orang-orang di lantai bawah, mereka menyerbu ke atas untuk memberi laporan."Nona, mereka sudah lompat turun dan menuju ke utara!"Ekspresi Fadela menjadi dingin. "Apa? Mereka benaran kabur? Kukira mereka bakal melawan mati-matian. Ternyat
"Bukannya dia cuma temanmu? Kalau nggak, untuk apa kamu begitu melindunginya, bahkan menamparku demi dia? Aku sampai curiga dia anak harammu. Makanya, kamu berpihak padanya!" pekik Fadela.Usia Fadela dan Wira tidak terpaut jauh. Apalagi, sikap Anang terhadap Wira sangat baik. Wajar jika Fadela berpikiran aneh seperti itu.Anang langsung membentak, "Kamu nggak ngerti apa-apa! Jangan bicara sembarangan! Kamu tahu Wira, 'kan? Dia Wira yang sangat terkenal itu! Sekarang kamu menyinggung Wira! Kamu membawa masalah besar untuk Keluarga Jati!"Apa? Begitu ucapan ini dilontarkan, bukan hanya para bawahan Vila Jati yang termangu dan takut, tetapi Fadela juga. Apa yang harus dilakukannya sekarang?Fadela memang nakal dan kekanak-kanakan. Namun, dia tahu dirinya tidak bisa menanggung akibat dari menyinggung Wira. Jika Wira tidak bersedia mengampuninya, akibatnya akan sangat buruk. Takutnya, seluruh Keluarga Jati akan mengalami bencana besar karena perbuatannya.Namun, di dunia ini tidak ada mesi
"Ayah, apa mungkin kamu salah informasi? Orang itu benaran Wira? Kenapa kebetulan sekali?" tanya Fadela yang masih merasa ragu.Bagaimanapun, ini sangat aneh. Wira berstatus mulia. Untuk apa dia datang ke Vila Jati? Hanya untuk sepasang palu itu?"Aku awalnya juga nggak percaya, tapi ada banyak bukti. Dia memang Wira yang kita kenal. Selain itu, dia sudah menuju ke kediaman jenderal. Itu artinya, dia sudah membuat persiapan sejak awal.""Coba pikirkan baik-baik, siapa yang bisa masuk ke kediaman jenderal seenaknya? Sekalipun orang itu bukan Wira, yang pasti dia punya status yang nggak biasa!" hardik Anang dengan dingin.Sebenarnya Anang sudah malas menceramahi Fadela. Masalah sudah sampai seperti ini. Tidak ada gunanya bicara panjang lebar lagi.Pada akhirnya, hasilnya akan sama. Mereka hanya bisa menemui Wira dan meminta pengampunan darinya.Saat ini, di kediaman jenderal, Wira dan Agha berlari dengan tergesa-gesa. Danu telah mendengar kabar, jadi dia langsung menyambut keduanya."Tua
"Sebentar!" Ketika keduanya hendak pergi, Wira tiba-tiba memanggil."Kak, jangan-jangan kamu kasihan karena dia wanita?" tanya Agha sambil mengernyit. Nada bicaranya dipenuhi keengganan.Fadela sangat keterlaluan. Wanita ini terus mencari masalah dengan mereka, bahkan hampir membunuh mereka. Sudah sewajarnya diberi pelajaran.Meskipun Wira bisa menahan amarahnya, Agha dan Danu tidak akan mengampuni Fadela begitu saja. Mereka sudah tidak sabar untuk mencari Fadela dan membalas dendam."Kak, kalau yang kubilang benar, aku akan beri tahu istri-istrimu. Setelah mereka tahu, mereka pasti akan marah besar.""Wanita itu jelas-jelas terus mencari masalah dengan kita. Sekarang kita akhirnya terlepas dan selamat. Kesempatan membalas dendam ada di depan mata. Kamu malah menyuruh kami berpangku tangan?""Kalau kamu bilang nggak ada apa-apa di antara kalian berdua, istri-istrimu nggak mungkin percaya!" ucap Agha dengan lantang. Dia hanya ingin Wira membalas dendam. Ada pun hasilnya, Agha tidak memp