"Kamu tenang saja. Kalau nanti aku bertemu dengannya, aku akan bicara baik-baik dengannya. Nggak ada dendam kesumat antara ayah dan anak," kata pria itu. Setelah menghibur sebentar, keduanya pun berpisah.Pada yang bersamaan, Wira dan Agha juga sudah meninggalkan Vila Jati dan saat ini sedang dalam perjalanan menuju Provinsi Yonggu.Suasana hati Agha sangat baik karena baru saja mendapatkan senjata yang cocok dengannya. Dia juga berhasil memberi pelajaran pada sekelompok orang yang tidak berlogika, sehingga dia merasa sangat puas. "Kak Wira, kalau kelak ada urusan seperti ini lagi, ingat panggil aku. Tentu saja akan lebih baik lagi kalau kita ajak Kak Danu, dia pasti ingin meregangkan otot-ototnya juga."Wira menggelengkan kepala dengan tak berdaya. Orang yang sama memang selalu bersama-sama, hubungan mereka dengan Danu cukup dekat.Saat keduanya hampir tiba di kota di Provinsi Yonggu, seseorang mendekat dari arah depan dan terlihat sangat lelah setelah menempuh perjalanan panjang. Dia
Orang itu berkata, "Tentu saja nggak, Nona Fadela kami sama sekali nggak berniat jahat. Dia hanya ingin bertemu dengan Tuan Wira saja. Nona Fadela memintaku menyampaikan pesan pada Tuan Wira, lebih baik menyelesaikan dendam sekarang daripada memperpanjangnya. Dia berharap bisa berdiskusi dengan Tuan Wira.""Nona Fadela sudah menyiapkan jamuan di Restoran Semiyang, hanya menunggu kedatangan Tuan Wira saja. Apa Tuan menerima undangan itu atau nggak, semua tergantung Tuan sendiri. Aku sudah menyampaikan semua pesannya, aku undur diri dulu."Setelah mengatakan itu, orang itu pergi dengan hormat. Sementara itu, Wira dan Agha tetap berdiri di tempat. Setelah melihat orang itu pergi, mereka tidak langsung pergi."Kak Wira, jangan pernah dengan omongan wanita itu, nggak ada yang tahu apa maksud dia yang sebenarnya. Wanita itu sangat kejam, pasti ada rencana licik di baliknya. Kita nggak boleh jatuh dalam perangkapnya. Nggak usah pedulikan dia, kita anggap nggak pernah mendengar undangan itu sa
Namun sekarang, Wira melihat ternyata Agha memiliki pemikirannya sendiri sampai bisa memperkirakan hal-hal ini. Agha memang menarik."Baiklah. Semua yang kamu katakan benar. Kalau kamu mau menemaniku, kita berdua akan pergi bersama," kata Wira.Keduanya tertawa terbahak-bahak dan langsung menuju Restoran Semiyang.....Di Vila Jati.Saat ini, Anang sudah meninggalkan halaman belakang. Saat kembali ke halaman depan, dia malah tidak melihat putrinya. Dia pun menatap pengurus rumah tangan dan bertanya, "Di mana Fadela?""Nona Fadela pergi bersama beberapa orang. Aku dengar dia ingin pergi ke Provinsi Yonggu untuk bersenang-senang ...," jawab pengurus rumah tangga dengan segera.Ekspresi Anang langsung berubah dan berkata dengan nada yang muram, "Apa? Dia membawa orang pergi ke Provinsi Yonggu? Kenapa nggak memberitahuku lebih cepat?"Pengurus rumah tangga segera berkata, "Nona Fadela biasanya juga suka bermain dan sering nggak pulang, kita semua tahu hal ini. Sekarang terjadi banyak hal,
Saat ini, Wira dan Agha sedang berdiri di luar Restoran Semiyang.Dikarenakan penampilan Agha yang aneh, dia menarik perhatian banyak orang. Dia memegang sepasang palu yang begitu besar sambil berjalan di jalanan, tentu saja banyak orang yang menatapnya. Beberapa pejalan kaki bahkan berkomentar dan mulai menebak identitasnya.Namun, sebagian besar orang mengira Agha adalah seorang pesulap. Menurut mereka, jika palu itu benar-benar terbuat dari logam padat, palu itu akan sangat berat dan tidak mungkin bisa diangkat oleh orang biasa. Namun, mereka tidak tahu, sebenarnya palu itu adalah harta langka yang lebih berat daripada lima puluhan kilogram palu besi biasa."Tuan-tuan, ada yang bisa aku bantu?" Seorang pelayan langsung menyambut dengan ramah begitu Wira dan Agha masuk.Wira melihat ke sekeliling aula utama di lantai satu restoran, tetapi tidak melihat sosok Fadela. Saat hendak bertanya pada pelayan, dia melihat pria yang sebelumnya diutus Fadel untuk mengundangnya turun dari lantai
Apa yang biasanya dilakukan Agha, tidak ada hubungannya dengan Wira. Selama dia menjalankan kewajibannya sebagai kakak, itu sudah cukup untuk membuktikan persahabatan mereka.Setelah melewati tirai, keduanya melihat sebuah meja besar di depan mereka. Meskipun terdapat banyak peralatan makan yang indah di atas meja, hidangan dan segelas minuman pun tidak ada. Selain itu, Fadela juga tidak terlihat di sana."Apa Fadela ini sengaja mempermainkan kita? Dia mengundang kita ke tempat yang begitu bagus dan bahkan menyewa seluruh lantai dua dan tiga, tapi dia nggak hadir? Entah apa yang direncanakan wanita ini," keluh Agha, lalu duduk di kursi di samping dan meletakkan palu di tangannya di lantai.Wira duduk di samping Agha dan menuangkan secangkir teh untuk dirinya sendiri, lalu tersenyum dan berkata, "Bagaimanapun juga, Fadela ini adalah putri Keluarga Jati. Kali ini kita sudah membuatnya rugi besar dan kehilangan muka, wajar saja kalau dia memberi kita sedikit pelajaran. Nggak perlu terlalu
Fadela berkata, "Jangan berpikir terlalu banyak lagi, mungkin dia hanya seorang sampah saja. Tuan Wira yang kamu bilang itu memiliki kedudukan yang tinggi dan aku dengar sekarang dia berada di Dusun Darmadi, nggak mungkin muncul di Provinsi Yonggu.""Lagi pula, kalau dia benar-benar adalah Tuan Wira, dia pasti membawa banyak pengawal di sekitarnya. Tapi, saat di Vila Jati tadi, kita sudah bertarung sampai seperti itu pun tetap nggak ada yang datang membantunya, 'kan?"Setelah mendengar perkataan itu, semua orang yang berada di sana baru merasa agak tenang.Fadela kembali melanjutkan, "Ikuti rencana kita saja. Aku ingin dia berlutut di lantai dan memohon maaf padaku. Kalau nggak, aku akan langsung merenggut nyawanya."Salah seorang yang berdiri di belakang Fadela segera mengambil sebuah kursi dan Fadela pun duduk, seolah-olah bersiap untuk menonton sebuah pertunjukan besar. Sebenarnya, dia memang sudah menyiapkan jebakan di sini. Tujuannya adalah agar Wira mengaku kalah dan sekaligus me
Apalagi, keringat sudah membasahi punggungnya. Tidak mungkin tidak takut. Namun, di situasi seperti ini, seseorang tidak boleh terlihat takut. Jika terus mengalah, pihak lawan akan merajalela.Wira tidak bodoh, jadi tidak akan berbuat demikian. Namun, Fadela adalah wanita gila. Ditambah lagi keadaannya sedang tidak baik-baik saja. Entah kegilaan macam apa yang akan dilakukannya."Fadela, ayahmu nggak memberitahumu identitasku atau menyuruhmu jangan mengusikku?" tanya Wira dengan tidak acuh.Fadela terkekeh-kekeh. Begitu teringat pada omongan Anang, Fadela langsung merasa kesal dan tak kuasa menyentuh wajahnya.Selama 20 tahun ini, Anang tidak pernah main tangan dengannya. Apa pun yang terjadi, ayahnya ini paling-paling hanya akan menegurnya. Namun, kali ini ....Demi seorang Wira, Anang menamparnya. Bagaimana mungkin Fadela bisa menerima hal ini? Hanya saja, Anang adalah ayahnya. Fadela hanya bisa melampiaskan amarahnya kepada Wira."Jangan sok misterius di sini. Ayahku melepaskan kali
"Kak, aku rasa wanita ini memang gila. Gimana kalau aku menyerangnya di tengah situasi kacau? Kalau bisa menyanderanya, orang-orang itu akan meletakkan senjata mereka. Kalau kamu rasa bisa, aku baru akan melakukannya. Kamu cari tempat saja untuk sembunyi. Jangan sampai terluka," bisik Agha di samping telinga Wira.Wira merasa bersyukur mendengarnya. Perkataan Agha ini membuatnya terharu. Di situasi semacam ini, tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. Namun, Agha bersedia mempertaruhkan nyawanya demi melindungi Wira. Anak ini benar-benar setia dan tulus padanya.Tidak peduli bagaimana sikap Agha biasanya, satu-satunya yang bisa dipastikan adalah Agha benar-benar menganggapnya sebagai kakak. Wira merasa senang memiliki adik seperti ini."Aku yang membawamu ke Restoran Semiyang. Kita harus sama-sama keluar dari tempat ini. Kalau menuruti idemu, kamu nggak bakal bisa lolos. Kamu ingin menggunakan tubuhmu mengadang anak panah? Mana mungkin kakakmu ini tega melihatnya."Wira b