Kata orang, penjagaan Dusun Darmadi sangat ketat. Ada banyak Pasukan Zirah Hitam di sekitar, bahkan anggota jaringan mata-mata juga bersembunyi di kegelapan. Makanya, banyak orang ingin tinggal di sini.Namun, sepertinya semua itu hanya rumor. Bhurek tidak melihat Pasukan Zirah Hitam yang cukup banyak."Jenderal, ini rumahku. Memang agak jelek, tolong jangan keberatan ya." Segera, Wira membawa Bhurek dan lainnya ke rumahnya.Saat ini, Agha, Nafis, dan lainnya telah menunggu di halaman. Semuanya berdiri dengan tegak. Raut wajah Agha dipenuhi penghinaan.Agha tidak pernah bertemu Bhurek, tetapi pernah mendengar tentang perbuatannya. Itu sebabnya, dia membenci Bhurek.Setelah duduk di kursi batu, Bhurek terkekeh-kekeh dan berkata, "Rumahmu bagus juga. Kalau aku punya banyak waktu luang, aku juga ingin membangun rumah seperti ini. Nyaman sekali."Osmaro segera menyahut dengan tersenyum, "Tuan Wira juga nggak punya banyak waktu luang. Apalagi, statusnya jauh berada di atasmu. Ada banyak hal
Ekspresi Bhurek tampak canggung. Hubungan di antara mereka memang tidak baik, tetapi tidak perlu begitu terus terang, 'kan? Bagaimanapun, dia adalah seorang tamu."Tuan Osmaro, jangan bercanda begitu," ujar Bhurek sambil menahan emosinya."Aku nggak bercanda kok. Bukan cuma aku, tapi seluruh penduduk yang berdiri di sini pasti sangat membencimu. Apa kamu tahu alasan tuanku ada di sini?""Itu karena kami khawatir para penduduk nggak bisa mengendalikan emosi mereka. Gimana kalau mereka menghajarmu? Bukannya hubungan antara kedua kerajaan akan hancur?" jelas Osmaro.Jelas sekali, ini adalah suatu ancaman. Karena Osmaro sudah memperjelas semuanya, Agha tidak menahan diri lagi. Dia maju 2 langkah, lalu berkata dengan dingin, "Tuan Osmaro berwawasan luas, tapi kami berbeda. Jadi, sebaiknya katakan tujuan kedatanganmu.""Berhenti bersandiwara di sini. Kamu hanya membuat kami semua kesal. Aku sudah membencimu sejak pertama kali melihatmu. Jangan buang-buang waktu lagi."Biantara dan lainnya ak
"Tuan Wira, kamu nggak mungkin merusak hubungan antara kedua kerajaan demi dia seorang, 'kan?" tanya Bhurek lagi.Wira tidak berbicara, seolah-olah sedang merenungkan sesuatu. Melihat Wira hanya diam, Biantara dan lainnya pun merasa tidak enak hati untuk bersuara.Saat ini, seorang prajurit yang berdiri di belakang Bhurek maju dan bertanya dengan dingin, "Apa kalian semua tuli? Jenderal kami sedang bicara, kenapa kalian diam saja?"Seketika, ekspresi Agha berubah. Dia mengepalkan tangannya dengan erat dan menyerbu ke arah prajurit itu.Sebelum orang-orang sempat bereaksi, tinju Agha sudah mengenai dada prajurit itu. Prajurit itu terhempas dan mendarat dengan keras di lantai. Bisa dilihat betapa kerasnya tinju itu.Prajurit lainnya bergegas maju untuk memeriksa. Kemudian, salah satunya melapor, "Jenderal, dia sudah mati ...."Agha berhasil merenggut nyawanya hanya dengan 1 serangan. Asal tahu saja, Agha sanggup mengangkat benda seberat ratusan kilogram. Dia bahkan bisa membunuh beruang
"Jujur saja, aku memang sudah ingin memberinya pelajaran sejak awal. Anak ini sulit sekali diatur." Wira terkekeh-kekeh.Hal ini membuat Bhurek makin kesal. Siapa pun tahu Agha sangat kuat. Sementara itu, Bhurek hanya membawa beberapa bawahannya kemari. Sekalipun mereka bekerja sama, mereka tidak mungkin bisa mengalahkan Agha. Jelas, Wira melindungi Agha."Ayo, maju!" Sebelum Bhurek berbicara, Agha sudah menggosok tangannya sambil maju dengan penuh antusiasme. Faktanya, semua yang dilakukan Agha diinstruksi oleh Osmaro.Itu sebabnya, Agha berani bertindak semena-mena seperti ini. Tentunya, dia tahu Wira berpihak pada Osmaro. Semua ini adalah perintah Wira dan Agha hanya perlu menurutinya."Keterlaluan sekali ...." Bhurek mengepalkan tangannya dengan geram. Amarahnya memuncak. Namun, ketika melihat ekspresi kejam Agha, dia tidak berani mengambil tindakan.Bhurek tahu dirinya harus mempertahankan akal sehatnya di momen seperti ini. Dia tidak boleh membiarkan Wira memiliki kesempatan untu
Bhurek tidak memiliki dendam kesumat dengan Harraz. Namun, dia memiliki 2 alasan membenci Harraz.Pertama, karena Bhurek sering mencari masalah dengan Harraz dulu. Dia terus menekan Harraz dan yakin Harraz akan membalas dendam suatu hari nanti. Itu sebabnya, Bhurek ingin menghabisinya sebelum Harraz melampauinya.Kedua, karena Harraz adalah mantan penasihat Kerajaan Beluana. Harraz tentu tahu banyak rahasia Kerajaan Beluana. Jika membiarkannya tinggal di sisi Wira, takutnya Harraz akan membocorkan banyak rahasia dan Kerajaan Beluana yang akan rugi.Bhurek adalah Jenderal Besar Kerajaan Beluana. Apabila Kerajaan Beluana runtuh, Bhurek akan berakhir tragis. Wajar jika dia ingin membunuh Harraz."Jenderal Bhurek, lama nggak ketemu. Aku sering membayangkan pertemuan kita. Nggak kusangka, kita akan bertemu di sini hari ini." Harraz terkekeh-kekeh. Penampilannya seolah-olah menunjukkan bahwa tidak ada masalah yang terjadi. Padahal, semua masalah terjadi karena Harraz.Bhurek mengernyit sambi
Bhurek jelas terlihat merasa bersalah. Siapa pun bisa melihat pandangannya terus mengelak. Sayangnya, mereka tidak punya bukti sehingga belum bisa melakukan apa pun terhadap Bhurek. Bagaimanapun, status Bhurek tidak biasa.Jika membunuh Bhurek di sini, kedua kerajaan hanya akan berperang. Ketika saat itu tiba, Wira akan menjadi pendosa besar. Citra yang dibangunnya dengan susah payah pun akan hancur begitu saja. Semua itu tentu tidak pantas demi seorang Bhurek."Kalau begitu, aku akan memercayaimu. Aku cuma mengeluh. Cepat atau lambat, pelakunya pasti bakal tertangkap kok. Karma akan bekerja." Wira memperingatkan.Bhurek pun tidak berlama-lama di sana dan segera meninggalkan Dusun Darmadi. Jika tahu akan seperti ini, dia tidak mungkin datang. Ini sama saja dengan mencari masalah. Wira sama sekali tidak menjaga harga dirinya!Setelah melihat Bhurek melarikan diri, semua orang pun tertawa terbahak-bahak. Harraz bergegas menghampiri Wira. Dia menangkupkan tangannya dan berujar, "Terima ka
Namun, Bhurek malah memaki dengan dingin, "Dasar orang bodoh yang berpandangan sempit! Beraninya kamu memberi saran padaku? Apa kamu lupa apa yang Ahmad katakan?"Bhurek menambahkan, "Sebelumnya Ahmad masuk ke Dusun Darmadi, bahkan menggunakan asap untuk membuat banyak orang pingsan. Tapi hanya dalam sekejap, banyak orang kembali muncul.""Ini berarti, pasti ada banyak orang yang bersembunyi di sekitar Dusun Darmadi. Mereka biasanya berada dalam bayang-bayang dan nggak akan muncul untuk mengganggu kehidupan orang lain," jelas Bhurek.Kini, semua orang baru menyadari bahwa ada sesuatu yang lebih dari apa yang terlihat. Bhurek berujar lagi, "Wira sangat berhati-hati dalam bertindak. Kalian pikir orang biasa seperti kalian bisa menebak apa yang ada di pikirannya dengan mudah? Kalau begitu, Wira bukan lagi Wira!"Semua orang mengangguk setuju. Kemudian, Bhurek melanjutkan, "Setelah kita kembali, nggak seorang pun diperbolehkan untuk membicarakan apa yang terjadi hari ini. Kalau aku tahu ad
"Ternyata kamu adalah Jenderal Trenggi yang terkenal itu! Meskipun aku selalu tinggal di Dusun Darmadi, aku juga sudah sering mendengar reputasi Jenderal Trenggi. Berkat bantuan dari Jenderal Trenggi saat itu, tuanku baru bisa bebas dari masalah yang nggak penting di Kerajaan Nuala. Hari ini Jenderal Trenggi sudah sampai di sini, jadi ayo cepat makan. Kita bisa duduk dan mengobrol."Danu segera bangkit dan menarik Trenggi ke sampingnya, jelas terlihat sangat sungkan.Trenggi tersenyum lebar dan berkata, "Aku juga tahu tentang Danu. Kamu ini adalah tangan kanan Tuan Wira. Aku dengar kamu juga punya seorang adik yang sangat berani sepertimu. Selama ada kalian berdua di sisinya, Tuan Wira baru bisa memperluas wilayah dengan lancar dan tanpa hambatan.""Kalau tuanku bisa punya banyak orang seperti Jenderal Danu di sisinya, aku yakin kerajaan kita juga akan berkembang dengan makin pesat."Setelah itu, semua orang pun tertawa bersama-sama.Danu mengerti semua yang dikatakan Trenggi tadi hany
Wira beserta Adjie dan Nafis berjalan perlahan-lahan menuju kemah utama untuk kavaleri. Kemah untuk kavaleri dari Kerajaan Nuala letaknya berdampingan dengan kemah di tengah kota, sehingga saat ini mereka bisa melihat sudah ada banyak tali perangkap kuda yang terhampar di luar kemah tengah itu.Melihat begitu banyak tali perangkap kuda, Wira merasa agak bersemangat. Jika semua benda ini bisa diletakkan di Dataran Haloam, pasukan utara pasti akan kesulitan.Begitu memasuki kemah Pasukan Harimau, dua pria yang mengenakan zirah langsung menghentikan langkah Wira dan yang lainnya. Mereka membawa pedang militer di pinggang dan busur serta dua set anak panah di punggung mereka.Wira langsung mengeluarkan lencana dan berkata, "Aku ini Wira, aku ingin mengerahkan tiga ribu pasukan. Siapa yang memimpin di sini? Panggil dia ke sini untuk bertemu denganku."Orang yang membawa bendera biasanya adalah komandan utama pasukan. Di medan perang, dia akan bertarung mati-matian sambil mengangkat bendera.
Wira terlihat tertegun sejenak setelah mendengar laporan dari mata-mata, lalu dia tiba-tiba merasa sangat senang dan berkata, "Baiklah. Kalau begitu, kita jalankan sesuai rencana kita. Jenderal Trenggi, aku percayakan kota ini padamu."Trenggi menganggukkan kepala. Setelah itu, dia mengeluarkan sebuah lencana, lalu langsung menyerahkannya pada Wira dan berkata, "Tuan Wira, lencana ini bisa memungkinkanmu untuk langsung membawa pergi tiga ribu Pasukan Harimau. Untuk berjaga-jaga, aku serahkan wewenang untuk mengatur Pasukan Harimau ini padamu untuk sementara."Wira langsung tertegun sejenak saat mendengar perkataan Trenggi, jelas tidak menyangka Trenggi bisa begitu percaya padanya. Meskipun hubungannya dan Osman cukup baik, dia jarang berurusan dengan Trenggi sebelumnya.Namun, sekarang Trenggi malah langsung memberikan kesempatan besar ini pada Wira, sehingga dia benar-benar merasa sangat terharu. Meskipun lencana itu hanya bisa mengerahkan tiga ribu Pasukan Harimau, itu juga sudah ter
Tempat seperti Hutan Bambu Mayu memang sangat cocok untuk digunakan sebagai tempat penyergapan.Melihat tempat itu, Wira menganggukkan kepala dan berkata, "Kalau begitu, ini memang nggak bermasalah bagi kita. Tapi, aku penasaran, bagaimana kalau kita mengatur penyergapan di Hutan Bambu Mayu ini?"Mata Adjie langsung bersinar dan segera berkata, "Tuan, aku juga berpikir seperti itu. Kalau kita menyiapkan penyergapan di sini, pasukan musuh juga nggak akan bisa menemukan kita. Selama kita terus bertarung sambil melangkah mundur dan ditambah lagi adanya tali perangkap kuda, aku jamin mereka nggak akan selamat."Wira menganggukkan kepala. Jika memang seperti itu, rencana ini memang cukup baik. Namun, jika hanya sebatas itu saja, dia malah merasa ada sesuatu yang tidak beres. Setelah terdiam sejenak, dia sepertinya teringat sesuatu dan perlahan-lahan berkata, "Aku merasa sepertinya ada yang kurang. Rencana ini akan berhasil kalau pasukan musuh mengejar kita.""Bagaimana kalau mereka memutusk
Mendengar perkataan itu, Agha yang di samping pun tersenyum dan berkata, "Tuan, tali untuk perangkap kuda ini ada. Saat aku dan Latif pergi membujuk orang-orang itu, kami menemukan banyak tali perangkap kuda di kemah utama di sana. Cukup untuk kita gunakan."Ekspresi Wira langsung terlihat senang, lalu menatap ke arah Latif.Latif pun tersenyum, lalu maju dan berkata, "Benar. Kami memang menemukan banyak tali perangkap kuda di sana, jadi ini bukan masalah lagi. Aku akan pergi menyuruh mereka untuk memindahkannya ke sini sekarang juga."Setelah berhasil membujuk para prajurit di dalam kita untuk menyerah, Latif memeriksa dan menemukan jumlah mereka tidak sampai sepuluh ribu orang. Meskipun jumlahnya masih kalah dibandingkan dengan pasukan Trenggi, jumlah ini juga tidak termasuk sedikit. Oleh karena itu, dia berniat menyerahkan tanggung jawab ini pada Agha untuk menghindari kesalahpahaman.Namun, setelah mendengar pemikiran itu, Wira langsung menyerahkan wewenang untuk memimpin para praj
Saat memikirkan hal itu, Trenggi mengernyitkan alis dan berkata, "Kalau lawan kita hanya punya 100 ribu pasukan, kita bisa melawannya. Tapi, apa kita sudah tahu posisi mereka sekarang?"Melihat Trenggi yang menunjukkan sikap mendukung, Wira memberi hormat dan perlahan-lahan berkata, "Sebelum kalian datang, aku sudah memeriksa peta. Menurutku, saat ini mereka seharusnya berada di sekitar Pulau Hulu. Aku tentu saja memperkirakan ini berdasarkan rute perjalanan mereka yang lebih cepat."Mendengar penjelasan itu, Trenggi dan yang lainnya menganggukkan kepala.Beberapa saat kemudian, Trenggi tiba-tiba teringat dengan sesuatu dan perlahan-lahan berkata, "Kalau begitu, mereka pasti akan beristirahat di Pulau Hulu baru melanjutkan pencarian. Kalau kita mengirim beberapa pasukan kavaleri ke sana sekarang, kita harusnya bisa mengganggu dan mencegat perjalanan mereka, 'kan?"Ide dari Trenggi memang bagus, tetapi Wira langsung menolaknya. Bukan karena khawatir, tetapi pasukan utara ini sudah terbi
Sepanjang perjalanan, Trenggi terus berpikir apa yang harus dilakukannya saat bertemu dengan Wira dari Provinsi Lowala. Namun, setelah bertemu Wira, dia merasa sangat terharu. Dia benar-benar tidak menyangka Wira begitu tampan dan karismatik, pantas saja banyak orang di sembilan provinsi yang merasa Wira sangat bisa diandalkan. Hari ini, dia membuktikan sendiri kabar itu memang benar.Setelah semua pasukan besar dari Kerajaan Nuala memasuki kota, Wira langsung memerintahkan bawahannya untuk menutup gerbang kota.....Di dalam kediaman wali kota, Wira menatap Trenggi dan para jenderalnya yang masuk. Latif dan Agha yang sebelumnya pergi untuk membujuk orang-orang di kota juga sudah kembali. Saat melihat Trenggi dan Hayam, semua orang basa-basi terlebih dahulu.Setelah itu, Wira menarik Latif dan berkata, "Ayo, aku perkenalkan kamu dulu. Ini adalah saudara baru kami. Kalau bukan karena dia, mungkin nyawa kami sudah tiada saat sedang bersembunyi di hutan. Untung saja dia bersedia membantu
Wira menatap Nafis dan berkata, "Tinggalkan satu mata-mata untuk memandu pasukan besar Jenderal Trenggi, yang lainnya kembali ke sini. Kirim mereka ke utara dan minta mereka untuk terus memantau gerakan di sana. Kalau mereka menemukan pasukan utara, segera laporkan ke sini.""Baik," jawab Nafis.Setelah keduanya pergi, Wira baru mencari peta. Setelah melihat bagian atas peta itu, dia berkata dengan tenang, "Sekarang kita belum tahu pasukan utara itu ada di mana. Tapi, kalau mereka bergerak dengan cepat dan menurut waktu yang diberi tahu Kunaf tadi, sekarang mereka harusnya sedang melintasi Pulau Hulu."Mengingat jenderal tangguh dari pihak musuh adalah Zaki yang merupakan tangan kanan Bimala, Wira berpikir apakah dia bisa menggunakan Zaki ini untuk mengancam Bimala agar menyerahkan Bobby. Meskipun sekarang dia belum mengetahui kabar tentang Bobby, Zaki sebagai tangan kanan Bimala ini seharusnya tahu. Jika bahkan hal ini pun tidak tahu, Zaki ini benar-benar tidak berguna.Saat sedang me
Semua orang tertegun sejenak saat mendengar perkataan Latif. Menurut mereka, sepuluh orang memang terlalu sedikit.Saat Latif hendak menjelaskan maksudnya, saat itu Wira malah berkata, "Benar, sepuluh orang memang terlalu sedikit. Lebih baik mengikuti saran Adjie, bawa 100 orang bersamamu saja. Kalau terjadi masalah, kalian juga bisa saling membantu."Latif yang merasa terharu oleh kata-kata Wira segera memberi hormat pada Wira, lalu berdiri dan berkata, "Tuan, kalian sudah salah paham, aku nggak ingin bertindak secara besar-besaran. Kalau bukan karena takut kamu akan khawatir atau nggak ada yang melaporkan padamu, aku bisa pergi ke sana sendirian.""Para prajurit ini nggak penting, yang perlu ditangani adalah wakil jenderal yang memimpin mereka. Dia adalah orang kepercayaan Kunaf. Sekarang Kunaf sudah ditangkap, mereka pasti nggak akan menyerah pada kita. Karena Kunaf ini memegang kekuasaan besar, jadi wakil jenderal ini lebih seperti boneka. Justru karena itulah, aku yakin bisa menan
Wira sendiri juga tidak menyangka Adjie adalah orang seperti ini, perasaannya terhadap Adjie menjadi lebih rumit.Mendengar perkataan itu, ekspresi Kunaf yang terikat erat langsung menjadi muram dan berteriak, "Tunggu sebentar. Aku akan beri tahu, orang yang dikirim untuk memimpin pasukan utara ini adalah asisten andalan Bimala, Zaki."Mendengar nama Zaki itu, Wira pun mengernyitkan alis karena dia benar-benar belum pernah mendengar nama itu sebelumnya.Melihat yang lainnya sangat kebingungan, Latif yang berdiri di samping langsung maju dan berkata, "Aku mengenal orang ini, dia ini tangan kanannya Bimala. Dulu dia pernah datang ke sini untuk menginspeksi kami, tapi orang ini penuh dengan gairah seksual. Soal kelemahan lainnya, aku belum pernah mendengarnya."Agha yang berdiri di samping langsung berteriak dengan keras, "Nggak perlu peduli siapa dia. Kalau dia berani datang ke sini, aku pasti akan membuatnya nggak bisa kembali."Mendengar perkataan Agha, semua orang tertawa terbahak-bah