Bhurek jelas terlihat merasa bersalah. Siapa pun bisa melihat pandangannya terus mengelak. Sayangnya, mereka tidak punya bukti sehingga belum bisa melakukan apa pun terhadap Bhurek. Bagaimanapun, status Bhurek tidak biasa.Jika membunuh Bhurek di sini, kedua kerajaan hanya akan berperang. Ketika saat itu tiba, Wira akan menjadi pendosa besar. Citra yang dibangunnya dengan susah payah pun akan hancur begitu saja. Semua itu tentu tidak pantas demi seorang Bhurek."Kalau begitu, aku akan memercayaimu. Aku cuma mengeluh. Cepat atau lambat, pelakunya pasti bakal tertangkap kok. Karma akan bekerja." Wira memperingatkan.Bhurek pun tidak berlama-lama di sana dan segera meninggalkan Dusun Darmadi. Jika tahu akan seperti ini, dia tidak mungkin datang. Ini sama saja dengan mencari masalah. Wira sama sekali tidak menjaga harga dirinya!Setelah melihat Bhurek melarikan diri, semua orang pun tertawa terbahak-bahak. Harraz bergegas menghampiri Wira. Dia menangkupkan tangannya dan berujar, "Terima ka
Namun, Bhurek malah memaki dengan dingin, "Dasar orang bodoh yang berpandangan sempit! Beraninya kamu memberi saran padaku? Apa kamu lupa apa yang Ahmad katakan?"Bhurek menambahkan, "Sebelumnya Ahmad masuk ke Dusun Darmadi, bahkan menggunakan asap untuk membuat banyak orang pingsan. Tapi hanya dalam sekejap, banyak orang kembali muncul.""Ini berarti, pasti ada banyak orang yang bersembunyi di sekitar Dusun Darmadi. Mereka biasanya berada dalam bayang-bayang dan nggak akan muncul untuk mengganggu kehidupan orang lain," jelas Bhurek.Kini, semua orang baru menyadari bahwa ada sesuatu yang lebih dari apa yang terlihat. Bhurek berujar lagi, "Wira sangat berhati-hati dalam bertindak. Kalian pikir orang biasa seperti kalian bisa menebak apa yang ada di pikirannya dengan mudah? Kalau begitu, Wira bukan lagi Wira!"Semua orang mengangguk setuju. Kemudian, Bhurek melanjutkan, "Setelah kita kembali, nggak seorang pun diperbolehkan untuk membicarakan apa yang terjadi hari ini. Kalau aku tahu ad
"Ternyata kamu adalah Jenderal Trenggi yang terkenal itu! Meskipun aku selalu tinggal di Dusun Darmadi, aku juga sudah sering mendengar reputasi Jenderal Trenggi. Berkat bantuan dari Jenderal Trenggi saat itu, tuanku baru bisa bebas dari masalah yang nggak penting di Kerajaan Nuala. Hari ini Jenderal Trenggi sudah sampai di sini, jadi ayo cepat makan. Kita bisa duduk dan mengobrol."Danu segera bangkit dan menarik Trenggi ke sampingnya, jelas terlihat sangat sungkan.Trenggi tersenyum lebar dan berkata, "Aku juga tahu tentang Danu. Kamu ini adalah tangan kanan Tuan Wira. Aku dengar kamu juga punya seorang adik yang sangat berani sepertimu. Selama ada kalian berdua di sisinya, Tuan Wira baru bisa memperluas wilayah dengan lancar dan tanpa hambatan.""Kalau tuanku bisa punya banyak orang seperti Jenderal Danu di sisinya, aku yakin kerajaan kita juga akan berkembang dengan makin pesat."Setelah itu, semua orang pun tertawa bersama-sama.Danu mengerti semua yang dikatakan Trenggi tadi hany
Sementara itu, Trenggi sudah pergi setelah selesai minum-minum semalam. Sebagai jenderal besar di Kerajaan Nuala, dia memiliki banyak urusan yang harus diurus. Dia bisa meluangkan begitu banyak waktu untuk menemani Danu, ini sudah cukup membuktikan dia sangat menghargai Danu dan menghormati Wira juga.Umar berkata sambil tersenyum, "Benar, ini adalah Tuan Bobby. Jangan pernah meremehkannya. Meskipun terlihat lemah lembut, dia sangat cerdas. Saat itu, dia bekerja sama dengan Tuan Wira untuk menguasai semua tanah di suku utara dan sekarang dia sudah menjadi Raja di sana.""Dia juga sudah berhasil menyatukan suku utara yang dulunya terpecah belah. Sekarang, wilayah suku utara sudah berubah total dan semua itu berkat kerja keras Tuan Bobby."Kerajaan Nuala seperti negara tetangga bagi wilayah suku utara. Jarak mereka juga tidak jauh dan hanya dipisahkan oleh satu barisan pegunungan, sehingga mereka biasanya hidup berdampingan dan tidak saling mengganggu. Lagi pula, Bobby sudah berada dalam
"Jenderal nggak perlu sungkan. Kalau bukan karena Tuan Wira bermurah hati memberikan kami begitu banyak harta, kami nggak tahu harus bagaimana bertahan hidup. Kami datang ke sini untuk menemuimu, itu juga hal yang wajar. Kalau Jenderal berkata seperti itu, kami benar-benar merasa malu," kata Bobby sambil tertawa."Baiklah. Sekarang kalian sudah bertemu, nggak perlu basa-basi lagi. Cepat selesaikan transaksi ini, kita semua masih ada banyak urusan penting yang harus ditangani," saran Umar.Trenggi sudah memperingatkan Umar untuk tetap waspada dan harus berhati-hati terhadap Bobby. Harus memastikan Bobby untuk memimpin pasukannya segera meninggalkan Kerajaan Nuala agar semuanya tetap aman.Bobby yang cerdas tentu langsung memahami maksud dari kata-kata Umar. Dia pun menganggukkan kepala dan berkata sambil tersenyum, "Baiklah. Seperti yang dikatakan Jenderal, kami akan segera mengemas barang-barang ini dan kembali ke wilayah suku utara.""Kami juga berterima kasih pada Jenderal yang sudah
"Sekarang kamu masih belum bicara dan aku juga nggak tahu kamu ingin katakan apa, bagaimana kamu bisa tahu aku pasti akan marah? Sudahlah. Jangan terus bertele-tele lagi, langsung katakan saja." Saat mengatakan itu, Wira sudah duduk di depan meja batu di samping bersama dengan Danu dan menuangkan dua cangkir teh.Setelah meminum secangkir teh, Danu baru berkata, "Tuan pasti sudah dengar kejadian yang aku alami di luar, 'kan? Kita memang nggak menangkap dalangnya, tapi sekarang kita sudah yakin. Pelakunya pasti Ahmad dan seluruh kejadian ini berhubungan langsung dengan orang-orang dari Kerajaan Beluana.""Sekarang kita juga sudah kuat, nggak kekurangan uang dan orang. Bawahanku juga merupakan pasukan elite yang tangguh. Ditambah lagi, kita sudah bersekutu dengan suku utara dan hubunganmu dengan Osman juga baik. Yang di bagian utara itu, mereka juga nggak akan berani bertindak gegabah.""Aku pikir ini adalah kesempatan baik bagi kita. Kalau melewatkan kesempatan ini, mungkin kelak akan s
"Jadi, kapan waktu yang tepat?" tanya Danu secara refleks, jelas agak cemas.Sebelum Wira sempat menjawab, terdengar suara langkah kaki dari luar pintu dan terlihat Doddy juga mendekat. Kedua bersaudara ini sepertinya memiliki pemikiran yang sama. Tadi, dia tetap berdiri di luar halaman dan menguping pembicaraan Wira dan Danu."Tuan, aku pikir apa yang dikatakan Kak Danu nggak salah. Kalau kita bertindak sekarang, ini adalah kesempatan terbaik. Apa kita benar-benar melepaskan Bhurek dan orang-orangnya begitu saja? Sekarang, setiap kali teringat dengan apa yang dikatakan Bhurek di depan kita, aku sangat ingin langsung memenggal kepalanya.""Kali ini dia bahkan mengirim orang untuk menyerang kakakku. Kalau bukan karena kemampuan kakakku yang hebat, mungkin sekarang di sudah ...."Doddy tentu saja tidak berani membayangkan pemandangan seperti itu karena mereka berdua telah hidup saling bergantungan selama bertahun-tahun. Setelah bertemu dengan Wira, nasib mereka baru perlahan-lahan beruba
Jika orang biasa berani mengganggu Bhurek, sama saja dengan mencari masalah untuk diri sendiri.Bhurek tidak mengatakan apa-apa dan segera masuk ke dalam istana.Saat ini, Ciputra sedang duduk di depan meja untuk memeriksa dokumen resmi di dalam kamarnya. Ekspresinya tetap tenang setelah melihat Bhurek yang masuk, seolah-olah Bhurek itu hanya udara.Pada detik berikutnya, Bhurek langsung berlutut di hadapan Ciputra. "Raja, mohon ampun. Kali ini aku sudah bertindak gegabah. Bukan hanya nggak membawa kabar baik apa pun, bahkan menimbulkan masalah untukmu. Aku sudah menyadari kesalahanku, aku pasti nggak akan mengulanginya lagi kelak."Tindakan kali ini tidak berhubungan dengan Ciputra karena Bhurek berencana untuk bertindak terlebih dahulu, lalu melaporkannya kemudian. Setelah semuanya selesai, dia baru akan memberi tahu Ciputra untuk mendapatkan pujian. Dia tahu Ciputra selalu menganggap Wira sebagai ancaman. Meskipun sebelumnya keduanya pernah berteman, sekarang semuanya sudah berbeda.