Bhurek segera menganggukkan kepala dan berdiri."Oh ya. Apa tindakanmu kali ini secara rahasia? Wira nggak akan menemukan apa-apa, 'kan?" tanya Ciputra lagi."Harusnya nggak akan ada kesalahan. Lagi pula, kalau Wira benar-benar mencurigai sesuatu, aku juga punya cara untuk menanganinya," jawab Bhurek dengan segera.Bhurek bisa perlahan-lahan mencapai posisi ini dan bahkan menjadi jenderal besar yang terkenal di seluruh negeri, semua karena kemampuannya sendiri. Paling-paling, dia akan mengorbankan Ahmad pada saat itu. Dengan begitu, mereka pasti akan aman.Ciputra melambaikan tangan dengan kesal. "Baiklah. Kalau begitu, kamu pergi saja dulu. Kamu sudah nggak berada di sini selama beberapa hari, mungkin ada banyak urusan militer yang menumpuk, 'kan? Selesaikan tugasmu dulu."Setelah mengiakan, Bhurek langsung pergi dari ruangan itu.....Di Provinsi Lowala. Setelah kembali, Danu selalu pergi ke penjara selama beberapa hari ini dan terus menginterogasi beberapa tawanan. Mereka adalah ora
Hubungan di antara Wira, Danu, dan Osmaro terlihat sangat harmonis, suasananya juga tidak terlalu tegang.Tak lama kemudian, Osmaro pun duduk di depan meja dan langsung mengemukakan pendapatnya. "Tuan, aku tahu kamu berhati lembut, tapi kali ini aku merasa apa yang dikatakan Jenderal Danu benar. Jangan bahas tentang apa yang telah dilakukan Bhurek padanya dulu. Saat Bhurek datang ke Dusun Darmadi, kamu juga melihat sikapnya yang sombong itu, 'kan?""Kalau kita benar-benar membiarkan sikapnya ini begitu saja, bukankah kelak semua orang akan menganggap kita sebagai sasaran empuk? Lagi pula, saat itu sudah banyak orang yang melihat sikap Bhurek yang angkuh di hadapan kita. Kalau kita nggak memberinya pelajaran, bagaimana kita bisa mempertahankan posisi kita kelak?"Meskipun semua orang yang berada di Dusun Darmadi adalah orang kepercayaan Wira dan hanya orang dalam yang tinggal di sini, kejadian hari itu tetap akan tersebar. Jika orang lain tahu Wira takut pada Bhurek dan ceritanya dilebi
"Sebelumnya, aku mengajakmu ke sini untuk meyakinkan Tuan, tapi aku bermaksud agar Tuan sendiri yang pergi. Kalau tahu hasilnya akan seperti ini, aku harusnya nggak mengatakan kata-kata tadi," keluh Danu.Sekarang Danu merasa agak menyesal karena semua ini berawal dari sarannya pada Wira. Jika benar-benar terjadi sesuatu pada Wira di Kerajaan Beluana, dia akan merasa bersalah dan tidak tahu harus bagaimana menjelaskan hal ini kepada saudara-saudaranya. Bukan hanya itu, dia bahkan tidak berani menghadapi saudara-saudaranya.Osmaro tersenyum dan berkata sambil melambaikan tangan, "Jenderal Danu, nggak perlu khawatir. Menurutmu, apa Tuan adalah orang yang suka bertindak sembarangan? Dia selalu punya rencana dan sangat teliti. Semua hal telah dipertimbangkan dengan matang, jadi kita nggak perlu khawatir. Kamu perlu mengikuti perintah Tuan untuk memilih beberapa pasukan elite untuknya saja."Sekarang, masalah sudah diputuskan. Meskipun Danu tidak ingin melihat hasil ini, dia akhirnya hanya
Wulan dan yang lainnya merasa sudah memiliki cukup banyak anggota dalam keluarga ini.Wira berkata dengan canggung, "Aku tahu apa yang kalian pikirkan, tapi kali ini aku benar-benar pergi untuk urusan penting. Lagi pula, kalian pikirkan baik-baik. Kali ini aku bukan pergi ke tempat lain, tapi pergi ke wilayah Kerajaan Beluana. Kalian juga pasti tahu bagaimana hubunganku dengan orang-orang dari Kerajaan Beluana, 'kan?"Setelah saling memandang, beberapa wanita itu tidak mengatakan apa-apa."Kalau begitu, semuanya sudah diputuskan. Kalian tetap tinggal di rumah dan jangan ada yang membantah lagi," kata Wira sambil membuat gerakan agar para wanita itu diam.Pada akhirnya, para wanita itu pun hanya bisa pergi dari kamar Wira.Setelah itu, Dewina, Thalia, dan Wula sedang berdiri di halaman dengan ekspresi yang muram.Thalia yang menyilangkan tangan berbicara terlebih dahulu. "Begini saja. Kalau dia nggak mau membawa kita, kita saja yang diam-diam mengikutinya. Aku akan menghubungi Biantara
Keesokan paginya, Wira membawa beberapa pengawal menuju ke arah Kerajaan Beluana. Meskipun kali ini dia hanya membawa puluhan orang, semuanya adalah pasukan elite yang terbaik. Danu, Doddy, Nafis, dan Agha juga ikut bersamanya, menyerahkan semua urusan Provinsi Lowala pada Osman dan yang lainnya.Sementara itu, masih ada banyak hal yang harus ditangani di Kota Limaran dan mengingat Wira sudah membawa banyak jenderal hebat, Biantara akhirnya tetap tinggal di Provinsi Lowala. Bisa dibilang, dia menjadi garis pertahanan terakhir bagi Wira.Di sisi lain, Dewina dan Thalia juga sudah berangkat secara diam-diam. Meskipun kali ini Biantara tidak ikut, ada banyak anggota jaringan mata-mata yang diam-diam mengikuti Wira dan rombongannya juga. Dengan begitu, risiko perjalanan ini juga berkurang. Oleh karena itu, mereka tidak perlu mengabari Biantara. Bagaimanapun juga, Biantara adalah saudara Wira dan keduanya sangat dekat.Selain itu, Wira juga menganggap Biantara sebagai matanya dan sangan mem
Lagi pula, meskipun suka utara menganggap Wira adalah dewa mereka, mereka tetap bukan satu ras. Seiring berjalannya waktu, aliansi Wira dan suku utara pasti akan runtuh, sedangkan Kerajaan Beluana akan tetap kokoh. Jika Kerajaan Beluana terus berkembang perlahan-lahan, mereka pasti akan menguasai seluruh sembilan provinsi."Wira berencana untuk datang menuntut penjelasan kita? Apa dia membawa pasukan? Apa pasukan suku di bawah komandonya juga sudah bergerak?" tanya Bhurek dengan segera.Jika Wira benar-benar datang untuk menuntut penjelasan, Bhurek sebagai jenderal besar Kerajaan Beluana harus segera memikirkan cara untuk menghadapi Wira. Dia tidak bisa terus berlama-lama di sini bersama Ciputra. Kecepatan sangat penting dalam militer.Ciputra berkata dengan dingin sambil kembali duduk di tempatnya, "Wira bukan datang untuk berperang dengan kita. Menurut laporan mata-mata, kali ini dia hanya membawa puluhan orang saja dan sekarang sedang dalam perjalanan ke sini. Dengan kecepatan merek
Bhurek kembali berkata, "Tuan Alzam, kamu selalu suka mempertimbangkan situasi dan membuat keputusan dengan cepat. Kenapa kali ini berencana untuk melepaskan Wira? Wira hanya membawa puluhan orang saja. Meskipun yang dibawanya adalah semuanya yang terbaik, puluhan orang ini juga akan kita habisi begitu tiba di wilayah Kerajaan Beluana.""Setelah membunuhnya, bawahannya itu pasti akan terpecah belah. Jadi, kita bisa memanfaatkan kesempatan ini untuk menguasai wilayah Wira sepenuhnya dan memperluas wilayah kita. Ini juga akan menguntungkan kita untuk mengendalikan kedua kerajaan lainnya kelak."Selain karena dendam pribadinya, Bhurek ingin membunuh Wira juga untuk kepentingan Kerajaan Beluana. Dia sudah mengabdikan dirinya pada Kerajaan Beluana. Jika kerajaan ini makin berkembang, ini juga akan menguntungkan dirinya sendiri. Namun, jika kerajaan ini runtuh, dia akan kehilangan tempatnya di dunia ini."Jenderal Bhurek, kali ini Wira bisa membawa begitu sedikit orang, pasti karena dia puny
Bahkan di hadapan Ciputra, Alzam juga lebih berpengaruh daripada Bhurek. Para pejabat sipil selalu lebih dihargai daripada para jenderal, ini adalah prinsip yang berlaku kapan pun. Bagaimanapun juga, kata-kata lebih bisa membujuk dan memengaruhi hati orang, sesuatu yang tidak bisa dilakukan para jenderal.Melihat Bhurek marah, Alzam melirik ke sekeliling. Setelah memastikan tidak ada yang memperhatikan, dia menarik ke samping dan berkata, "Jenderal Bhurek, kamu pasti berpikir aku sengaja melawanmu, 'kan? Aku melakukan semua ini demi kebaikanmu. Kalau tadi aku nggak berdiri lebih jauh darimu, mungkin kita berdua akan kena marah dan Raja juga akan berpikir kita bersekongkol.""Kalau benar-benar seperti itu, kamu tahu apa konsekuensinya? Raja mungkin akan mencopot jabatan kita berdua dan posisi kita akan jatuh drastis. Jenderal Bhurek, kamu harus berpikir dulu saat melakukan sesuatu, ini bukan zamannya lagi menyelesaikan segalanya dengan kekuatan saja. Kamu harus lebih sering memahami pem
Wira beserta Adjie dan Nafis berjalan perlahan-lahan menuju kemah utama untuk kavaleri. Kemah untuk kavaleri dari Kerajaan Nuala letaknya berdampingan dengan kemah di tengah kota, sehingga saat ini mereka bisa melihat sudah ada banyak tali perangkap kuda yang terhampar di luar kemah tengah itu.Melihat begitu banyak tali perangkap kuda, Wira merasa agak bersemangat. Jika semua benda ini bisa diletakkan di Dataran Haloam, pasukan utara pasti akan kesulitan.Begitu memasuki kemah Pasukan Harimau, dua pria yang mengenakan zirah langsung menghentikan langkah Wira dan yang lainnya. Mereka membawa pedang militer di pinggang dan busur serta dua set anak panah di punggung mereka.Wira langsung mengeluarkan lencana dan berkata, "Aku ini Wira, aku ingin mengerahkan tiga ribu pasukan. Siapa yang memimpin di sini? Panggil dia ke sini untuk bertemu denganku."Orang yang membawa bendera biasanya adalah komandan utama pasukan. Di medan perang, dia akan bertarung mati-matian sambil mengangkat bendera.
Wira terlihat tertegun sejenak setelah mendengar laporan dari mata-mata, lalu dia tiba-tiba merasa sangat senang dan berkata, "Baiklah. Kalau begitu, kita jalankan sesuai rencana kita. Jenderal Trenggi, aku percayakan kota ini padamu."Trenggi menganggukkan kepala. Setelah itu, dia mengeluarkan sebuah lencana, lalu langsung menyerahkannya pada Wira dan berkata, "Tuan Wira, lencana ini bisa memungkinkanmu untuk langsung membawa pergi tiga ribu Pasukan Harimau. Untuk berjaga-jaga, aku serahkan wewenang untuk mengatur Pasukan Harimau ini padamu untuk sementara."Wira langsung tertegun sejenak saat mendengar perkataan Trenggi, jelas tidak menyangka Trenggi bisa begitu percaya padanya. Meskipun hubungannya dan Osman cukup baik, dia jarang berurusan dengan Trenggi sebelumnya.Namun, sekarang Trenggi malah langsung memberikan kesempatan besar ini pada Wira, sehingga dia benar-benar merasa sangat terharu. Meskipun lencana itu hanya bisa mengerahkan tiga ribu Pasukan Harimau, itu juga sudah ter
Tempat seperti Hutan Bambu Mayu memang sangat cocok untuk digunakan sebagai tempat penyergapan.Melihat tempat itu, Wira menganggukkan kepala dan berkata, "Kalau begitu, ini memang nggak bermasalah bagi kita. Tapi, aku penasaran, bagaimana kalau kita mengatur penyergapan di Hutan Bambu Mayu ini?"Mata Adjie langsung bersinar dan segera berkata, "Tuan, aku juga berpikir seperti itu. Kalau kita menyiapkan penyergapan di sini, pasukan musuh juga nggak akan bisa menemukan kita. Selama kita terus bertarung sambil melangkah mundur dan ditambah lagi adanya tali perangkap kuda, aku jamin mereka nggak akan selamat."Wira menganggukkan kepala. Jika memang seperti itu, rencana ini memang cukup baik. Namun, jika hanya sebatas itu saja, dia malah merasa ada sesuatu yang tidak beres. Setelah terdiam sejenak, dia sepertinya teringat sesuatu dan perlahan-lahan berkata, "Aku merasa sepertinya ada yang kurang. Rencana ini akan berhasil kalau pasukan musuh mengejar kita.""Bagaimana kalau mereka memutusk
Mendengar perkataan itu, Agha yang di samping pun tersenyum dan berkata, "Tuan, tali untuk perangkap kuda ini ada. Saat aku dan Latif pergi membujuk orang-orang itu, kami menemukan banyak tali perangkap kuda di kemah utama di sana. Cukup untuk kita gunakan."Ekspresi Wira langsung terlihat senang, lalu menatap ke arah Latif.Latif pun tersenyum, lalu maju dan berkata, "Benar. Kami memang menemukan banyak tali perangkap kuda di sana, jadi ini bukan masalah lagi. Aku akan pergi menyuruh mereka untuk memindahkannya ke sini sekarang juga."Setelah berhasil membujuk para prajurit di dalam kita untuk menyerah, Latif memeriksa dan menemukan jumlah mereka tidak sampai sepuluh ribu orang. Meskipun jumlahnya masih kalah dibandingkan dengan pasukan Trenggi, jumlah ini juga tidak termasuk sedikit. Oleh karena itu, dia berniat menyerahkan tanggung jawab ini pada Agha untuk menghindari kesalahpahaman.Namun, setelah mendengar pemikiran itu, Wira langsung menyerahkan wewenang untuk memimpin para praj
Saat memikirkan hal itu, Trenggi mengernyitkan alis dan berkata, "Kalau lawan kita hanya punya 100 ribu pasukan, kita bisa melawannya. Tapi, apa kita sudah tahu posisi mereka sekarang?"Melihat Trenggi yang menunjukkan sikap mendukung, Wira memberi hormat dan perlahan-lahan berkata, "Sebelum kalian datang, aku sudah memeriksa peta. Menurutku, saat ini mereka seharusnya berada di sekitar Pulau Hulu. Aku tentu saja memperkirakan ini berdasarkan rute perjalanan mereka yang lebih cepat."Mendengar penjelasan itu, Trenggi dan yang lainnya menganggukkan kepala.Beberapa saat kemudian, Trenggi tiba-tiba teringat dengan sesuatu dan perlahan-lahan berkata, "Kalau begitu, mereka pasti akan beristirahat di Pulau Hulu baru melanjutkan pencarian. Kalau kita mengirim beberapa pasukan kavaleri ke sana sekarang, kita harusnya bisa mengganggu dan mencegat perjalanan mereka, 'kan?"Ide dari Trenggi memang bagus, tetapi Wira langsung menolaknya. Bukan karena khawatir, tetapi pasukan utara ini sudah terbi
Sepanjang perjalanan, Trenggi terus berpikir apa yang harus dilakukannya saat bertemu dengan Wira dari Provinsi Lowala. Namun, setelah bertemu Wira, dia merasa sangat terharu. Dia benar-benar tidak menyangka Wira begitu tampan dan karismatik, pantas saja banyak orang di sembilan provinsi yang merasa Wira sangat bisa diandalkan. Hari ini, dia membuktikan sendiri kabar itu memang benar.Setelah semua pasukan besar dari Kerajaan Nuala memasuki kota, Wira langsung memerintahkan bawahannya untuk menutup gerbang kota.....Di dalam kediaman wali kota, Wira menatap Trenggi dan para jenderalnya yang masuk. Latif dan Agha yang sebelumnya pergi untuk membujuk orang-orang di kota juga sudah kembali. Saat melihat Trenggi dan Hayam, semua orang basa-basi terlebih dahulu.Setelah itu, Wira menarik Latif dan berkata, "Ayo, aku perkenalkan kamu dulu. Ini adalah saudara baru kami. Kalau bukan karena dia, mungkin nyawa kami sudah tiada saat sedang bersembunyi di hutan. Untung saja dia bersedia membantu
Wira menatap Nafis dan berkata, "Tinggalkan satu mata-mata untuk memandu pasukan besar Jenderal Trenggi, yang lainnya kembali ke sini. Kirim mereka ke utara dan minta mereka untuk terus memantau gerakan di sana. Kalau mereka menemukan pasukan utara, segera laporkan ke sini.""Baik," jawab Nafis.Setelah keduanya pergi, Wira baru mencari peta. Setelah melihat bagian atas peta itu, dia berkata dengan tenang, "Sekarang kita belum tahu pasukan utara itu ada di mana. Tapi, kalau mereka bergerak dengan cepat dan menurut waktu yang diberi tahu Kunaf tadi, sekarang mereka harusnya sedang melintasi Pulau Hulu."Mengingat jenderal tangguh dari pihak musuh adalah Zaki yang merupakan tangan kanan Bimala, Wira berpikir apakah dia bisa menggunakan Zaki ini untuk mengancam Bimala agar menyerahkan Bobby. Meskipun sekarang dia belum mengetahui kabar tentang Bobby, Zaki sebagai tangan kanan Bimala ini seharusnya tahu. Jika bahkan hal ini pun tidak tahu, Zaki ini benar-benar tidak berguna.Saat sedang me
Semua orang tertegun sejenak saat mendengar perkataan Latif. Menurut mereka, sepuluh orang memang terlalu sedikit.Saat Latif hendak menjelaskan maksudnya, saat itu Wira malah berkata, "Benar, sepuluh orang memang terlalu sedikit. Lebih baik mengikuti saran Adjie, bawa 100 orang bersamamu saja. Kalau terjadi masalah, kalian juga bisa saling membantu."Latif yang merasa terharu oleh kata-kata Wira segera memberi hormat pada Wira, lalu berdiri dan berkata, "Tuan, kalian sudah salah paham, aku nggak ingin bertindak secara besar-besaran. Kalau bukan karena takut kamu akan khawatir atau nggak ada yang melaporkan padamu, aku bisa pergi ke sana sendirian.""Para prajurit ini nggak penting, yang perlu ditangani adalah wakil jenderal yang memimpin mereka. Dia adalah orang kepercayaan Kunaf. Sekarang Kunaf sudah ditangkap, mereka pasti nggak akan menyerah pada kita. Karena Kunaf ini memegang kekuasaan besar, jadi wakil jenderal ini lebih seperti boneka. Justru karena itulah, aku yakin bisa menan
Wira sendiri juga tidak menyangka Adjie adalah orang seperti ini, perasaannya terhadap Adjie menjadi lebih rumit.Mendengar perkataan itu, ekspresi Kunaf yang terikat erat langsung menjadi muram dan berteriak, "Tunggu sebentar. Aku akan beri tahu, orang yang dikirim untuk memimpin pasukan utara ini adalah asisten andalan Bimala, Zaki."Mendengar nama Zaki itu, Wira pun mengernyitkan alis karena dia benar-benar belum pernah mendengar nama itu sebelumnya.Melihat yang lainnya sangat kebingungan, Latif yang berdiri di samping langsung maju dan berkata, "Aku mengenal orang ini, dia ini tangan kanannya Bimala. Dulu dia pernah datang ke sini untuk menginspeksi kami, tapi orang ini penuh dengan gairah seksual. Soal kelemahan lainnya, aku belum pernah mendengarnya."Agha yang berdiri di samping langsung berteriak dengan keras, "Nggak perlu peduli siapa dia. Kalau dia berani datang ke sini, aku pasti akan membuatnya nggak bisa kembali."Mendengar perkataan Agha, semua orang tertawa terbahak-bah