Sementara itu, Trenggi sudah pergi setelah selesai minum-minum semalam. Sebagai jenderal besar di Kerajaan Nuala, dia memiliki banyak urusan yang harus diurus. Dia bisa meluangkan begitu banyak waktu untuk menemani Danu, ini sudah cukup membuktikan dia sangat menghargai Danu dan menghormati Wira juga.Umar berkata sambil tersenyum, "Benar, ini adalah Tuan Bobby. Jangan pernah meremehkannya. Meskipun terlihat lemah lembut, dia sangat cerdas. Saat itu, dia bekerja sama dengan Tuan Wira untuk menguasai semua tanah di suku utara dan sekarang dia sudah menjadi Raja di sana.""Dia juga sudah berhasil menyatukan suku utara yang dulunya terpecah belah. Sekarang, wilayah suku utara sudah berubah total dan semua itu berkat kerja keras Tuan Bobby."Kerajaan Nuala seperti negara tetangga bagi wilayah suku utara. Jarak mereka juga tidak jauh dan hanya dipisahkan oleh satu barisan pegunungan, sehingga mereka biasanya hidup berdampingan dan tidak saling mengganggu. Lagi pula, Bobby sudah berada dalam
"Jenderal nggak perlu sungkan. Kalau bukan karena Tuan Wira bermurah hati memberikan kami begitu banyak harta, kami nggak tahu harus bagaimana bertahan hidup. Kami datang ke sini untuk menemuimu, itu juga hal yang wajar. Kalau Jenderal berkata seperti itu, kami benar-benar merasa malu," kata Bobby sambil tertawa."Baiklah. Sekarang kalian sudah bertemu, nggak perlu basa-basi lagi. Cepat selesaikan transaksi ini, kita semua masih ada banyak urusan penting yang harus ditangani," saran Umar.Trenggi sudah memperingatkan Umar untuk tetap waspada dan harus berhati-hati terhadap Bobby. Harus memastikan Bobby untuk memimpin pasukannya segera meninggalkan Kerajaan Nuala agar semuanya tetap aman.Bobby yang cerdas tentu langsung memahami maksud dari kata-kata Umar. Dia pun menganggukkan kepala dan berkata sambil tersenyum, "Baiklah. Seperti yang dikatakan Jenderal, kami akan segera mengemas barang-barang ini dan kembali ke wilayah suku utara.""Kami juga berterima kasih pada Jenderal yang sudah
"Sekarang kamu masih belum bicara dan aku juga nggak tahu kamu ingin katakan apa, bagaimana kamu bisa tahu aku pasti akan marah? Sudahlah. Jangan terus bertele-tele lagi, langsung katakan saja." Saat mengatakan itu, Wira sudah duduk di depan meja batu di samping bersama dengan Danu dan menuangkan dua cangkir teh.Setelah meminum secangkir teh, Danu baru berkata, "Tuan pasti sudah dengar kejadian yang aku alami di luar, 'kan? Kita memang nggak menangkap dalangnya, tapi sekarang kita sudah yakin. Pelakunya pasti Ahmad dan seluruh kejadian ini berhubungan langsung dengan orang-orang dari Kerajaan Beluana.""Sekarang kita juga sudah kuat, nggak kekurangan uang dan orang. Bawahanku juga merupakan pasukan elite yang tangguh. Ditambah lagi, kita sudah bersekutu dengan suku utara dan hubunganmu dengan Osman juga baik. Yang di bagian utara itu, mereka juga nggak akan berani bertindak gegabah.""Aku pikir ini adalah kesempatan baik bagi kita. Kalau melewatkan kesempatan ini, mungkin kelak akan s
"Jadi, kapan waktu yang tepat?" tanya Danu secara refleks, jelas agak cemas.Sebelum Wira sempat menjawab, terdengar suara langkah kaki dari luar pintu dan terlihat Doddy juga mendekat. Kedua bersaudara ini sepertinya memiliki pemikiran yang sama. Tadi, dia tetap berdiri di luar halaman dan menguping pembicaraan Wira dan Danu."Tuan, aku pikir apa yang dikatakan Kak Danu nggak salah. Kalau kita bertindak sekarang, ini adalah kesempatan terbaik. Apa kita benar-benar melepaskan Bhurek dan orang-orangnya begitu saja? Sekarang, setiap kali teringat dengan apa yang dikatakan Bhurek di depan kita, aku sangat ingin langsung memenggal kepalanya.""Kali ini dia bahkan mengirim orang untuk menyerang kakakku. Kalau bukan karena kemampuan kakakku yang hebat, mungkin sekarang di sudah ...."Doddy tentu saja tidak berani membayangkan pemandangan seperti itu karena mereka berdua telah hidup saling bergantungan selama bertahun-tahun. Setelah bertemu dengan Wira, nasib mereka baru perlahan-lahan beruba
Jika orang biasa berani mengganggu Bhurek, sama saja dengan mencari masalah untuk diri sendiri.Bhurek tidak mengatakan apa-apa dan segera masuk ke dalam istana.Saat ini, Ciputra sedang duduk di depan meja untuk memeriksa dokumen resmi di dalam kamarnya. Ekspresinya tetap tenang setelah melihat Bhurek yang masuk, seolah-olah Bhurek itu hanya udara.Pada detik berikutnya, Bhurek langsung berlutut di hadapan Ciputra. "Raja, mohon ampun. Kali ini aku sudah bertindak gegabah. Bukan hanya nggak membawa kabar baik apa pun, bahkan menimbulkan masalah untukmu. Aku sudah menyadari kesalahanku, aku pasti nggak akan mengulanginya lagi kelak."Tindakan kali ini tidak berhubungan dengan Ciputra karena Bhurek berencana untuk bertindak terlebih dahulu, lalu melaporkannya kemudian. Setelah semuanya selesai, dia baru akan memberi tahu Ciputra untuk mendapatkan pujian. Dia tahu Ciputra selalu menganggap Wira sebagai ancaman. Meskipun sebelumnya keduanya pernah berteman, sekarang semuanya sudah berbeda.
Bhurek segera menganggukkan kepala dan berdiri."Oh ya. Apa tindakanmu kali ini secara rahasia? Wira nggak akan menemukan apa-apa, 'kan?" tanya Ciputra lagi."Harusnya nggak akan ada kesalahan. Lagi pula, kalau Wira benar-benar mencurigai sesuatu, aku juga punya cara untuk menanganinya," jawab Bhurek dengan segera.Bhurek bisa perlahan-lahan mencapai posisi ini dan bahkan menjadi jenderal besar yang terkenal di seluruh negeri, semua karena kemampuannya sendiri. Paling-paling, dia akan mengorbankan Ahmad pada saat itu. Dengan begitu, mereka pasti akan aman.Ciputra melambaikan tangan dengan kesal. "Baiklah. Kalau begitu, kamu pergi saja dulu. Kamu sudah nggak berada di sini selama beberapa hari, mungkin ada banyak urusan militer yang menumpuk, 'kan? Selesaikan tugasmu dulu."Setelah mengiakan, Bhurek langsung pergi dari ruangan itu.....Di Provinsi Lowala. Setelah kembali, Danu selalu pergi ke penjara selama beberapa hari ini dan terus menginterogasi beberapa tawanan. Mereka adalah ora
Hubungan di antara Wira, Danu, dan Osmaro terlihat sangat harmonis, suasananya juga tidak terlalu tegang.Tak lama kemudian, Osmaro pun duduk di depan meja dan langsung mengemukakan pendapatnya. "Tuan, aku tahu kamu berhati lembut, tapi kali ini aku merasa apa yang dikatakan Jenderal Danu benar. Jangan bahas tentang apa yang telah dilakukan Bhurek padanya dulu. Saat Bhurek datang ke Dusun Darmadi, kamu juga melihat sikapnya yang sombong itu, 'kan?""Kalau kita benar-benar membiarkan sikapnya ini begitu saja, bukankah kelak semua orang akan menganggap kita sebagai sasaran empuk? Lagi pula, saat itu sudah banyak orang yang melihat sikap Bhurek yang angkuh di hadapan kita. Kalau kita nggak memberinya pelajaran, bagaimana kita bisa mempertahankan posisi kita kelak?"Meskipun semua orang yang berada di Dusun Darmadi adalah orang kepercayaan Wira dan hanya orang dalam yang tinggal di sini, kejadian hari itu tetap akan tersebar. Jika orang lain tahu Wira takut pada Bhurek dan ceritanya dilebi
"Sebelumnya, aku mengajakmu ke sini untuk meyakinkan Tuan, tapi aku bermaksud agar Tuan sendiri yang pergi. Kalau tahu hasilnya akan seperti ini, aku harusnya nggak mengatakan kata-kata tadi," keluh Danu.Sekarang Danu merasa agak menyesal karena semua ini berawal dari sarannya pada Wira. Jika benar-benar terjadi sesuatu pada Wira di Kerajaan Beluana, dia akan merasa bersalah dan tidak tahu harus bagaimana menjelaskan hal ini kepada saudara-saudaranya. Bukan hanya itu, dia bahkan tidak berani menghadapi saudara-saudaranya.Osmaro tersenyum dan berkata sambil melambaikan tangan, "Jenderal Danu, nggak perlu khawatir. Menurutmu, apa Tuan adalah orang yang suka bertindak sembarangan? Dia selalu punya rencana dan sangat teliti. Semua hal telah dipertimbangkan dengan matang, jadi kita nggak perlu khawatir. Kamu perlu mengikuti perintah Tuan untuk memilih beberapa pasukan elite untuknya saja."Sekarang, masalah sudah diputuskan. Meskipun Danu tidak ingin melihat hasil ini, dia akhirnya hanya
Wira beserta Adjie dan Nafis berjalan perlahan-lahan menuju kemah utama untuk kavaleri. Kemah untuk kavaleri dari Kerajaan Nuala letaknya berdampingan dengan kemah di tengah kota, sehingga saat ini mereka bisa melihat sudah ada banyak tali perangkap kuda yang terhampar di luar kemah tengah itu.Melihat begitu banyak tali perangkap kuda, Wira merasa agak bersemangat. Jika semua benda ini bisa diletakkan di Dataran Haloam, pasukan utara pasti akan kesulitan.Begitu memasuki kemah Pasukan Harimau, dua pria yang mengenakan zirah langsung menghentikan langkah Wira dan yang lainnya. Mereka membawa pedang militer di pinggang dan busur serta dua set anak panah di punggung mereka.Wira langsung mengeluarkan lencana dan berkata, "Aku ini Wira, aku ingin mengerahkan tiga ribu pasukan. Siapa yang memimpin di sini? Panggil dia ke sini untuk bertemu denganku."Orang yang membawa bendera biasanya adalah komandan utama pasukan. Di medan perang, dia akan bertarung mati-matian sambil mengangkat bendera.
Wira terlihat tertegun sejenak setelah mendengar laporan dari mata-mata, lalu dia tiba-tiba merasa sangat senang dan berkata, "Baiklah. Kalau begitu, kita jalankan sesuai rencana kita. Jenderal Trenggi, aku percayakan kota ini padamu."Trenggi menganggukkan kepala. Setelah itu, dia mengeluarkan sebuah lencana, lalu langsung menyerahkannya pada Wira dan berkata, "Tuan Wira, lencana ini bisa memungkinkanmu untuk langsung membawa pergi tiga ribu Pasukan Harimau. Untuk berjaga-jaga, aku serahkan wewenang untuk mengatur Pasukan Harimau ini padamu untuk sementara."Wira langsung tertegun sejenak saat mendengar perkataan Trenggi, jelas tidak menyangka Trenggi bisa begitu percaya padanya. Meskipun hubungannya dan Osman cukup baik, dia jarang berurusan dengan Trenggi sebelumnya.Namun, sekarang Trenggi malah langsung memberikan kesempatan besar ini pada Wira, sehingga dia benar-benar merasa sangat terharu. Meskipun lencana itu hanya bisa mengerahkan tiga ribu Pasukan Harimau, itu juga sudah ter
Tempat seperti Hutan Bambu Mayu memang sangat cocok untuk digunakan sebagai tempat penyergapan.Melihat tempat itu, Wira menganggukkan kepala dan berkata, "Kalau begitu, ini memang nggak bermasalah bagi kita. Tapi, aku penasaran, bagaimana kalau kita mengatur penyergapan di Hutan Bambu Mayu ini?"Mata Adjie langsung bersinar dan segera berkata, "Tuan, aku juga berpikir seperti itu. Kalau kita menyiapkan penyergapan di sini, pasukan musuh juga nggak akan bisa menemukan kita. Selama kita terus bertarung sambil melangkah mundur dan ditambah lagi adanya tali perangkap kuda, aku jamin mereka nggak akan selamat."Wira menganggukkan kepala. Jika memang seperti itu, rencana ini memang cukup baik. Namun, jika hanya sebatas itu saja, dia malah merasa ada sesuatu yang tidak beres. Setelah terdiam sejenak, dia sepertinya teringat sesuatu dan perlahan-lahan berkata, "Aku merasa sepertinya ada yang kurang. Rencana ini akan berhasil kalau pasukan musuh mengejar kita.""Bagaimana kalau mereka memutusk
Mendengar perkataan itu, Agha yang di samping pun tersenyum dan berkata, "Tuan, tali untuk perangkap kuda ini ada. Saat aku dan Latif pergi membujuk orang-orang itu, kami menemukan banyak tali perangkap kuda di kemah utama di sana. Cukup untuk kita gunakan."Ekspresi Wira langsung terlihat senang, lalu menatap ke arah Latif.Latif pun tersenyum, lalu maju dan berkata, "Benar. Kami memang menemukan banyak tali perangkap kuda di sana, jadi ini bukan masalah lagi. Aku akan pergi menyuruh mereka untuk memindahkannya ke sini sekarang juga."Setelah berhasil membujuk para prajurit di dalam kita untuk menyerah, Latif memeriksa dan menemukan jumlah mereka tidak sampai sepuluh ribu orang. Meskipun jumlahnya masih kalah dibandingkan dengan pasukan Trenggi, jumlah ini juga tidak termasuk sedikit. Oleh karena itu, dia berniat menyerahkan tanggung jawab ini pada Agha untuk menghindari kesalahpahaman.Namun, setelah mendengar pemikiran itu, Wira langsung menyerahkan wewenang untuk memimpin para praj
Saat memikirkan hal itu, Trenggi mengernyitkan alis dan berkata, "Kalau lawan kita hanya punya 100 ribu pasukan, kita bisa melawannya. Tapi, apa kita sudah tahu posisi mereka sekarang?"Melihat Trenggi yang menunjukkan sikap mendukung, Wira memberi hormat dan perlahan-lahan berkata, "Sebelum kalian datang, aku sudah memeriksa peta. Menurutku, saat ini mereka seharusnya berada di sekitar Pulau Hulu. Aku tentu saja memperkirakan ini berdasarkan rute perjalanan mereka yang lebih cepat."Mendengar penjelasan itu, Trenggi dan yang lainnya menganggukkan kepala.Beberapa saat kemudian, Trenggi tiba-tiba teringat dengan sesuatu dan perlahan-lahan berkata, "Kalau begitu, mereka pasti akan beristirahat di Pulau Hulu baru melanjutkan pencarian. Kalau kita mengirim beberapa pasukan kavaleri ke sana sekarang, kita harusnya bisa mengganggu dan mencegat perjalanan mereka, 'kan?"Ide dari Trenggi memang bagus, tetapi Wira langsung menolaknya. Bukan karena khawatir, tetapi pasukan utara ini sudah terbi
Sepanjang perjalanan, Trenggi terus berpikir apa yang harus dilakukannya saat bertemu dengan Wira dari Provinsi Lowala. Namun, setelah bertemu Wira, dia merasa sangat terharu. Dia benar-benar tidak menyangka Wira begitu tampan dan karismatik, pantas saja banyak orang di sembilan provinsi yang merasa Wira sangat bisa diandalkan. Hari ini, dia membuktikan sendiri kabar itu memang benar.Setelah semua pasukan besar dari Kerajaan Nuala memasuki kota, Wira langsung memerintahkan bawahannya untuk menutup gerbang kota.....Di dalam kediaman wali kota, Wira menatap Trenggi dan para jenderalnya yang masuk. Latif dan Agha yang sebelumnya pergi untuk membujuk orang-orang di kota juga sudah kembali. Saat melihat Trenggi dan Hayam, semua orang basa-basi terlebih dahulu.Setelah itu, Wira menarik Latif dan berkata, "Ayo, aku perkenalkan kamu dulu. Ini adalah saudara baru kami. Kalau bukan karena dia, mungkin nyawa kami sudah tiada saat sedang bersembunyi di hutan. Untung saja dia bersedia membantu
Wira menatap Nafis dan berkata, "Tinggalkan satu mata-mata untuk memandu pasukan besar Jenderal Trenggi, yang lainnya kembali ke sini. Kirim mereka ke utara dan minta mereka untuk terus memantau gerakan di sana. Kalau mereka menemukan pasukan utara, segera laporkan ke sini.""Baik," jawab Nafis.Setelah keduanya pergi, Wira baru mencari peta. Setelah melihat bagian atas peta itu, dia berkata dengan tenang, "Sekarang kita belum tahu pasukan utara itu ada di mana. Tapi, kalau mereka bergerak dengan cepat dan menurut waktu yang diberi tahu Kunaf tadi, sekarang mereka harusnya sedang melintasi Pulau Hulu."Mengingat jenderal tangguh dari pihak musuh adalah Zaki yang merupakan tangan kanan Bimala, Wira berpikir apakah dia bisa menggunakan Zaki ini untuk mengancam Bimala agar menyerahkan Bobby. Meskipun sekarang dia belum mengetahui kabar tentang Bobby, Zaki sebagai tangan kanan Bimala ini seharusnya tahu. Jika bahkan hal ini pun tidak tahu, Zaki ini benar-benar tidak berguna.Saat sedang me
Semua orang tertegun sejenak saat mendengar perkataan Latif. Menurut mereka, sepuluh orang memang terlalu sedikit.Saat Latif hendak menjelaskan maksudnya, saat itu Wira malah berkata, "Benar, sepuluh orang memang terlalu sedikit. Lebih baik mengikuti saran Adjie, bawa 100 orang bersamamu saja. Kalau terjadi masalah, kalian juga bisa saling membantu."Latif yang merasa terharu oleh kata-kata Wira segera memberi hormat pada Wira, lalu berdiri dan berkata, "Tuan, kalian sudah salah paham, aku nggak ingin bertindak secara besar-besaran. Kalau bukan karena takut kamu akan khawatir atau nggak ada yang melaporkan padamu, aku bisa pergi ke sana sendirian.""Para prajurit ini nggak penting, yang perlu ditangani adalah wakil jenderal yang memimpin mereka. Dia adalah orang kepercayaan Kunaf. Sekarang Kunaf sudah ditangkap, mereka pasti nggak akan menyerah pada kita. Karena Kunaf ini memegang kekuasaan besar, jadi wakil jenderal ini lebih seperti boneka. Justru karena itulah, aku yakin bisa menan
Wira sendiri juga tidak menyangka Adjie adalah orang seperti ini, perasaannya terhadap Adjie menjadi lebih rumit.Mendengar perkataan itu, ekspresi Kunaf yang terikat erat langsung menjadi muram dan berteriak, "Tunggu sebentar. Aku akan beri tahu, orang yang dikirim untuk memimpin pasukan utara ini adalah asisten andalan Bimala, Zaki."Mendengar nama Zaki itu, Wira pun mengernyitkan alis karena dia benar-benar belum pernah mendengar nama itu sebelumnya.Melihat yang lainnya sangat kebingungan, Latif yang berdiri di samping langsung maju dan berkata, "Aku mengenal orang ini, dia ini tangan kanannya Bimala. Dulu dia pernah datang ke sini untuk menginspeksi kami, tapi orang ini penuh dengan gairah seksual. Soal kelemahan lainnya, aku belum pernah mendengarnya."Agha yang berdiri di samping langsung berteriak dengan keras, "Nggak perlu peduli siapa dia. Kalau dia berani datang ke sini, aku pasti akan membuatnya nggak bisa kembali."Mendengar perkataan Agha, semua orang tertawa terbahak-bah