"Sampah! Benar-benar sampah yang nggak berguna!" Setelah memaki-maki, Bilal langsung melempar cangkir di tangannya ke lantai hingga pengurus rumah dan yang lainnya segera datang."Segera cari jejak kedua orang itu. Nggak peduli siapa pun itu, mereka harus membayar harganya. Beraninya melukai putraku, aku nggak akan membiarkannya begitu saja."Pengurus rumah segera merespons dan langsung pergi."Bawa aku pergi melihat anak durhaka itu," kata Bilal lagi, lalu keluar dari aula utama bersama dengan Anissa.Pada saat yang bersamaan, Wira dan Thalia sudah berkeliling di jalanan selama dua jam. Hanya makan di beberapa warung pinggir jalan saja, mereka sudah kenyang. Mereka masih belum puas, tetapi sayangnya, perut mereka sudah tidak bisa menampung makanan lagi.Thalia menghela napas. "Kalau aku tahu ada begitu banyak makanan lezat di jalanan, makan malam tadi aku harusnya nggak makan sebanyak itu.""Lagi pula, kita masih akan tinggal di sini selama beberapa hari lagi, paling-paling besok kita
Meskipun orang-orang itu adalah pejabat tinggi, mereka juga harus mempertimbangkan kemampuan mereka sendiri. Namun, mereka tidak berdaya dan tidak bisa membantu Wira, mereka hanya bisa diam-diam mendoakan yang terbaik untuk Wira dan Thalia.Dalam sekejap, Wira dan Thalia sudah tiba di kediaman Keluarga Pardiyana. Setelah pengurus rumah mengumumkan kedatangan mereka, Bilal sudah berada di aula utama dengan ekspresi yang sangat muram. Sementara itu, Anissa duduk di samping Bilal karena dia ingin melihat siapa orang yang sudah berani melukai putranya.Wira melangkah masuk ke aula utama dengan santai bersama dengan Thalia. Setelah melihat Bilal yang duduk di kursi utama, dia berkata dengan tenang, "Kamu adalah Bilal? Menteri Ritus dari Kerajaan Nuala?""Dari cara bicaramu, sepertinya kamu bukan orang dari Kerajaan Nuala," kata Bilal menatap Wira dengan menyipitkan mata. Meskipun Wira masih muda, dia merasa sepertinya pernah melihat Wira di suatu tempat. Namun, dia tidak bisa mengingatnya.
"Tuan Wira, nggak perlu merepotkan Raja dalam hal ini, 'kan? Mohon Anda berbelas kasih, saya pasti akan mendidik anak saya dengan baik. Bisakah Anda menganggap hal ini selesai di sini saja?" kata Bilal dengan segera.Seorang pejabat yang baru dilantik harus melakukan beberapa hal yang berpengaruh terlebih dahulu untuk menunjukkan bakat dan keberaniannya. Hal ini berlaku untuk semua orang, begitu juga dengan raja. Saat ini, Osman baru saja naik takhta.Mengingat sebelumnya terjadi banyak kekacauan di istana dan banyak pihak yang setia pada Sucipto serta Izhar. Meskipun sekarang Osman sudah memegang kekuasaan penuh, Osman tetap waspada. Tidak ada yang tahu apa yang dilakukan Osman di belakang, sehingga Bilal juga tidak berani menyinggungnya.Sementara itu, Anissa yang berdiri di samping juga tertegun. Dia pikir Wira hanya seorang anak pejabat biasa, tidak mungkin memiliki kemampuan yang besar.Namun, Anissa tidak menyangka Bilal malah mengungkit raja di hadapan Wira dan Wira juga terliha
Sekarang Osman sudah datang ke sini, Wira tentu saja tidak bisa mengatakan lebih banyak lagi. Dia pun menyerahkan semua hal selanjutnya untuk ditangani Osman.Osman menganggukkan kepala dan menatap Bilal, lalu berkata dengan dingin, "Segera cabut posisinya sebagai Menteri Ritus. Untuk Andrian, kurung dia di penjara bawah tanah dulu dan serahkan dia pada pengadilan untuk diperiksa."Bilal langsung terduduk di lantai karena pandangannya menjadi gelap dan hampir saja pingsan. Ternyata situasinya lebih buruk daripada yang dia bayangkan."Tuan Wira ...." Bilal langsung menatap Wira, menaruh semua harapannya pada Wira. Di seluruh kerajaan ini, mungkin hanya Wira yang bisa mengubah pemikiran Osman.Mendengar kata itu, Wira terbatuk-batuk.Sementara itu, dua pengawal yang siap untuk membawa pergi Bilal masih berdiri di tempat dan menunggu perintah dari Wira dan Bilal.Wira tersenyum dan berkata, "Masalah ini cukup sampai di sini saja. Meskipun Andrian sudah menyinggungku, aku juga sudah membua
"Oh ya. Raja sudah datang ke sini, bagaimana kalau kita berbicara di luar saja? Kebetulan ada sesuatu yang ingin kubicarakan denganmu," kata Wira sambil tersenyum.Bilal segera bangkit dan berkata, "Raja dan Tuan Wira sudah datang ke kediamanku, lebih baik kalian berbicara di sini saja. Kalau merasa tempat ini nggak nyaman, ada sebuah taman besar di belakang rumahku. Aku bisa meminta orang untuk menyiapkan beberapa makanan ringan dan teh, nggak akan ada orang yang mengganggu kalian."Dia melakukan ini juga untuk menunjukkan kelebihannya. Putranya tadi sudah melakukan kesalahan yang begitu besar. Jika tidak ada bantuan dari Wira, mungkin sekarang dia sudah dipenjara. Sekarang, posisinya juga sudah terancam di hadapan Osman. Oleh karena itu, dia harus menunjukkan kemampuannya."Kak Wira, bagaimana menurutmu?" Osman tidak langsung menyetujuinya, melainkan menatap ke arah Wira dan bertanya sambil tersenyum.Wira menjawab, "Kalau begitu, maaf sudah merepotkan Tuan Bilal.""Nggak merepotkan.
Menjadi seorang pengembara dan dikurung cukup lama, bahkan hampir kehilangan nyawanya. Siapa yang bisa menahan semua itu?"Aku nggak sependapat denganmu," kata Wira sambil menggelengkan kepala.Melihat Osman langsung tertegun, Wira melanjutkan, "Izhar adalah orang yang benar-benar berbakat. Dia berbeda dengan Sucipto. Orang ini nggak punya kekuasaan militer, tapi malah mampu untuk menjaga stabilitas negara.""Saat ini kamu baru saja naik takhta, butuh seseorang yang membantumu. Aku merasa dia adalah tangan kanan yang bagus. Kalau kamu bisa mendapat bantuannya, itu akan sangat bermanfaat bagimu. Selain itu, aku sudah meyakinkannya. Asalkan kamu bersedia, dia akan langsung kembali ke sisimu dan kelak nggak akan berani punya niat lain lagi."Wira langsung menyampaikan pemikirannya. Dia juga mempertimbangkan ini untuk kepentingan Osman.Hubungan Wira dengan orang-orang dari Kerajaan Beluana tidak begitu baik dan sebelumnya terus saling berperang. Dia memang tidak takut dengan Kerajaan Belu
"Kalau begitu, kelak kamu harus sering berhubungan dengan Tuan Wira. Bisa mengenal orang seperti itu akan sangat membantu kariermu," kata Anissa dengan segera, berusaha sebaik mungkin untuk menyenangkan Bilal.Bilal malah mendengus dan berkata, "Apa kamu pikir aku bisa berhubungan dengan Tuan Wira dengan posisiku ini? Kali ini memang benar-benar berkat keberuntungan putra baikmu itu, tapi dia juga membuat kita nyaris kehilangan kepala.""Untungnya, Tuan Wira itu orang yang baik hati, jadi nggak mempermasalahkan hal ini. Kalau kelak melihat Tuan Wira, sebaiknya kita menghindar. Kalau menyinggung orang ini, mungkin akan membawa bencana besar bagi keluarga kita."Kali ini Wira sudah memaafkan Keluarga Pardiyana, tetapi bukan berarti masalah ini akan berakhir begitu saja. Jika suatu saat nanti suasana hati Wira sedang buruk dan kebetulan mereka membuat kesalahan, kemungkinan mereka tetap akan menghadapi nasib yang sama.Bilal tidak berani untuk mengalami kejadian yang sama seperti ini lagi
Namun, Wira dan Thalia memang merasa lelah dengan perlakuan seperti ini. Wira mengetuk kepalanya, lalu bertanya, "Kalau begitu, kita pulang saja besok?""Aku akan menyuruh Biantara membuat persiapan nanti. Kebetulan sekali, kita sudah lama nggak memeriksa situasi di Kota Limaran. Ini sudah saatnya untuk pulang, 'kan?"Jalur perairan sedang dibangun di berbagai tempat. Meskipun jalur perairan di Kota Limaran sudah selesai, masih ada banyak tempat di Provinsi Lowala yang sedang mengembangkannya.Osmaro dan lainnya memang selalu memperhatikan perkembangannya, tetapi Wira tidak mungkin mengabaikannya begitu saja. Bagaimanapun, ini tidak masuk akal.Thalia mengangguk dan menyahut, "Oke. Kita istirahat lebih awal hari ini supaya bisa pulang besok pagi."Setibanya di depan penginapan, langkah kaki Wira sontak terhenti. Thalia bertanya, "Ada apa?"Wira melirik ke belakang sekilas. Terlihat beberapa sosok mendekati mereka dengan perlahan. Lantaran langit sudah malam dan orang-orang itu memakai