"Sekarang kamu sudah menjadi pahlawan di mata semua orang. Kalau tadi aku yang turun tangan, apa kamu masih bisa merasakan kemuliaan seperti ini?"Thalia memelototi Wira karena merasa Wira ini hanya membela dirinya saja. Mana ada suami yang membiarkan istrinya yang turun tangan menangani masalahnya sendiri."Malas berdebat denganmu! Kalau kelak ada orang yang menggangguku dan kamu hanya menonton dari samping lagi, aku nggak akan melayangkan tinjuku pada mereka. Tapi, akan jatuh ke kepalamu!" kata Thalia dengan marah.Wira tersenyum dan menganggukkan kepala. "Baiklah. Hanya kali ini saja, nggak akan terulang lagi."Keduanya segera berjalan-jalan dengan santai lagi di jalanan. Mereka melihat barang-barang baru dan mencicipi berbagai makan enak dengan sangat bahagia.Namun, ada yang bersuka cita dan ada juga yang bersedih. Saat Wira dan Thalia sedang bersantai di jalanan, Andrian dan yang lainnya sudah kembali ke rumah mereka dan berita itu segera tersebar. Menteri Ritus Bilal yang awalny
"Sampah! Benar-benar sampah yang nggak berguna!" Setelah memaki-maki, Bilal langsung melempar cangkir di tangannya ke lantai hingga pengurus rumah dan yang lainnya segera datang."Segera cari jejak kedua orang itu. Nggak peduli siapa pun itu, mereka harus membayar harganya. Beraninya melukai putraku, aku nggak akan membiarkannya begitu saja."Pengurus rumah segera merespons dan langsung pergi."Bawa aku pergi melihat anak durhaka itu," kata Bilal lagi, lalu keluar dari aula utama bersama dengan Anissa.Pada saat yang bersamaan, Wira dan Thalia sudah berkeliling di jalanan selama dua jam. Hanya makan di beberapa warung pinggir jalan saja, mereka sudah kenyang. Mereka masih belum puas, tetapi sayangnya, perut mereka sudah tidak bisa menampung makanan lagi.Thalia menghela napas. "Kalau aku tahu ada begitu banyak makanan lezat di jalanan, makan malam tadi aku harusnya nggak makan sebanyak itu.""Lagi pula, kita masih akan tinggal di sini selama beberapa hari lagi, paling-paling besok kita
Meskipun orang-orang itu adalah pejabat tinggi, mereka juga harus mempertimbangkan kemampuan mereka sendiri. Namun, mereka tidak berdaya dan tidak bisa membantu Wira, mereka hanya bisa diam-diam mendoakan yang terbaik untuk Wira dan Thalia.Dalam sekejap, Wira dan Thalia sudah tiba di kediaman Keluarga Pardiyana. Setelah pengurus rumah mengumumkan kedatangan mereka, Bilal sudah berada di aula utama dengan ekspresi yang sangat muram. Sementara itu, Anissa duduk di samping Bilal karena dia ingin melihat siapa orang yang sudah berani melukai putranya.Wira melangkah masuk ke aula utama dengan santai bersama dengan Thalia. Setelah melihat Bilal yang duduk di kursi utama, dia berkata dengan tenang, "Kamu adalah Bilal? Menteri Ritus dari Kerajaan Nuala?""Dari cara bicaramu, sepertinya kamu bukan orang dari Kerajaan Nuala," kata Bilal menatap Wira dengan menyipitkan mata. Meskipun Wira masih muda, dia merasa sepertinya pernah melihat Wira di suatu tempat. Namun, dia tidak bisa mengingatnya.
"Tuan Wira, nggak perlu merepotkan Raja dalam hal ini, 'kan? Mohon Anda berbelas kasih, saya pasti akan mendidik anak saya dengan baik. Bisakah Anda menganggap hal ini selesai di sini saja?" kata Bilal dengan segera.Seorang pejabat yang baru dilantik harus melakukan beberapa hal yang berpengaruh terlebih dahulu untuk menunjukkan bakat dan keberaniannya. Hal ini berlaku untuk semua orang, begitu juga dengan raja. Saat ini, Osman baru saja naik takhta.Mengingat sebelumnya terjadi banyak kekacauan di istana dan banyak pihak yang setia pada Sucipto serta Izhar. Meskipun sekarang Osman sudah memegang kekuasaan penuh, Osman tetap waspada. Tidak ada yang tahu apa yang dilakukan Osman di belakang, sehingga Bilal juga tidak berani menyinggungnya.Sementara itu, Anissa yang berdiri di samping juga tertegun. Dia pikir Wira hanya seorang anak pejabat biasa, tidak mungkin memiliki kemampuan yang besar.Namun, Anissa tidak menyangka Bilal malah mengungkit raja di hadapan Wira dan Wira juga terliha
Sekarang Osman sudah datang ke sini, Wira tentu saja tidak bisa mengatakan lebih banyak lagi. Dia pun menyerahkan semua hal selanjutnya untuk ditangani Osman.Osman menganggukkan kepala dan menatap Bilal, lalu berkata dengan dingin, "Segera cabut posisinya sebagai Menteri Ritus. Untuk Andrian, kurung dia di penjara bawah tanah dulu dan serahkan dia pada pengadilan untuk diperiksa."Bilal langsung terduduk di lantai karena pandangannya menjadi gelap dan hampir saja pingsan. Ternyata situasinya lebih buruk daripada yang dia bayangkan."Tuan Wira ...." Bilal langsung menatap Wira, menaruh semua harapannya pada Wira. Di seluruh kerajaan ini, mungkin hanya Wira yang bisa mengubah pemikiran Osman.Mendengar kata itu, Wira terbatuk-batuk.Sementara itu, dua pengawal yang siap untuk membawa pergi Bilal masih berdiri di tempat dan menunggu perintah dari Wira dan Bilal.Wira tersenyum dan berkata, "Masalah ini cukup sampai di sini saja. Meskipun Andrian sudah menyinggungku, aku juga sudah membua
"Oh ya. Raja sudah datang ke sini, bagaimana kalau kita berbicara di luar saja? Kebetulan ada sesuatu yang ingin kubicarakan denganmu," kata Wira sambil tersenyum.Bilal segera bangkit dan berkata, "Raja dan Tuan Wira sudah datang ke kediamanku, lebih baik kalian berbicara di sini saja. Kalau merasa tempat ini nggak nyaman, ada sebuah taman besar di belakang rumahku. Aku bisa meminta orang untuk menyiapkan beberapa makanan ringan dan teh, nggak akan ada orang yang mengganggu kalian."Dia melakukan ini juga untuk menunjukkan kelebihannya. Putranya tadi sudah melakukan kesalahan yang begitu besar. Jika tidak ada bantuan dari Wira, mungkin sekarang dia sudah dipenjara. Sekarang, posisinya juga sudah terancam di hadapan Osman. Oleh karena itu, dia harus menunjukkan kemampuannya."Kak Wira, bagaimana menurutmu?" Osman tidak langsung menyetujuinya, melainkan menatap ke arah Wira dan bertanya sambil tersenyum.Wira menjawab, "Kalau begitu, maaf sudah merepotkan Tuan Bilal.""Nggak merepotkan.
Menjadi seorang pengembara dan dikurung cukup lama, bahkan hampir kehilangan nyawanya. Siapa yang bisa menahan semua itu?"Aku nggak sependapat denganmu," kata Wira sambil menggelengkan kepala.Melihat Osman langsung tertegun, Wira melanjutkan, "Izhar adalah orang yang benar-benar berbakat. Dia berbeda dengan Sucipto. Orang ini nggak punya kekuasaan militer, tapi malah mampu untuk menjaga stabilitas negara.""Saat ini kamu baru saja naik takhta, butuh seseorang yang membantumu. Aku merasa dia adalah tangan kanan yang bagus. Kalau kamu bisa mendapat bantuannya, itu akan sangat bermanfaat bagimu. Selain itu, aku sudah meyakinkannya. Asalkan kamu bersedia, dia akan langsung kembali ke sisimu dan kelak nggak akan berani punya niat lain lagi."Wira langsung menyampaikan pemikirannya. Dia juga mempertimbangkan ini untuk kepentingan Osman.Hubungan Wira dengan orang-orang dari Kerajaan Beluana tidak begitu baik dan sebelumnya terus saling berperang. Dia memang tidak takut dengan Kerajaan Belu
"Kalau begitu, kelak kamu harus sering berhubungan dengan Tuan Wira. Bisa mengenal orang seperti itu akan sangat membantu kariermu," kata Anissa dengan segera, berusaha sebaik mungkin untuk menyenangkan Bilal.Bilal malah mendengus dan berkata, "Apa kamu pikir aku bisa berhubungan dengan Tuan Wira dengan posisiku ini? Kali ini memang benar-benar berkat keberuntungan putra baikmu itu, tapi dia juga membuat kita nyaris kehilangan kepala.""Untungnya, Tuan Wira itu orang yang baik hati, jadi nggak mempermasalahkan hal ini. Kalau kelak melihat Tuan Wira, sebaiknya kita menghindar. Kalau menyinggung orang ini, mungkin akan membawa bencana besar bagi keluarga kita."Kali ini Wira sudah memaafkan Keluarga Pardiyana, tetapi bukan berarti masalah ini akan berakhir begitu saja. Jika suatu saat nanti suasana hati Wira sedang buruk dan kebetulan mereka membuat kesalahan, kemungkinan mereka tetap akan menghadapi nasib yang sama.Bilal tidak berani untuk mengalami kejadian yang sama seperti ini lagi
Dalam sejarah, para jenderal perang yang menggunakan trisula sangatlah langka. Ini karena satu trisula setidaknya memiliki berat sekitar 90 kilogram. Orang yang mampu mengayunkan senjata semacam ini sudah pasti sangat ganas dan kuat.Di bawah komando Wira, selain Agha yang menggunakan palu berat dengan kedua tangan, tak ada orang lain yang mampu menggunakan senjata berat semacam ini.Dari sini pula bisa dilihat bahwa Zaki, yang disebut sebagai salah satu tangan kanan Bimala, jelas bukan seseorang yang hanya memiliki nama besar tanpa kekuatan nyata.Wakil jenderal yang mengikuti Zaki tersenyum tipis setelah mendengar kabar itu. Dia menangkupkan tangan dan berkata, "Jenderal, aku nggak setuju. Bertempur seperti ini jauh lebih baik daripada yang kita bayangkan sebelumnya. Kita nggak bisa terus bersembunyi di dalam suku sambil bermain intrik dengan mereka yang bermuka dua."Zaki mendengus dingin dan berkata, "Siapa pun yang berani bermain intrik denganku akan langsung kusingkirkan dengan t
"Apa?" Wira langsung terkejut dan berpikir mengapa bisa muncul masalah merepotkan seperti ini pada saat krisis ini. Jika para pengungsi ini benar-benar nekat, kekuatan mereka tidak akan jauh berbeda dengan orang biasa. Namun, saat ini mereka sedang bersiap melawan pasukan utara, kehadiran orang-orang ini bisa menjadi faktor yang sangat tidak stabil.Setelah berpikir sejenak, Wira pun memerintah tanpa ragu, "Tutup gerbang kota dan jangan membiarkan para pengungsi itu keluar dulu. Selain itu, buka gudang persediaan dan bagikan makanannya, sebisa mungkin menenangkan para pengungsi itu. Pada saat seperti ini, kita nggak boleh menghadapi masalah seperti ini."Wira berkata dengan ekspresi muram setelah berhenti sejenak, seolah-olah merasa tidak tenang, "Kalau masih ada yang nggak tahu diri, beri tahu Jenderal Trenggi bahwa dia berhak menentukan hidup dan mati mereka. Tapi, itu hanya untuk menakut-nakuti saja, jangan sampai terlalu kejam.""Baik," jawab mata-mata itu.....Di sekitar Dataran
Setelah terdiam cukup lama, Nafis mengernyitkan alis dan berkata, "Kalau mereka melewati jalur cabang ini, mereka akan berputar jauh. Dengan begitu, mereka akan menghindari Dataran Haloam dan laju mereka akan menjadi sangat lambat."Wira juga menganggukkan kepala karena memang ini yang dikhawatirkannya.Beberapa saat kemudian, Arhan memberi hormat dan berkata, "Tuan Wira, aku punya ide, tapi aku nggak tahu apa ini bisa berhasil."Wira tertegun sejenak saat mendengar perkataan itu, lalu matanya bersinar sebagai isyarat agar Arhan melanjutkan perkataannya. Sejak Arhan memimpin pasukannya untuk mengikutinya, Arhan tidak banyak berbicara. Sekarang kesempatan itu sudah datang, dia tentu saja ingin mendengar lebih banyak pemikiran Arhan.Setelah memberi hormat, Arhan menunjuk pada peta dan berkata, "Tuan, coba lihat di sini. Kalau mereka melalui jalur cabang dari Dataran Haloam, mereka akan melewati gunung berbatu. Aku berniat untuk menempatkan pasukan kecil di sini untuk memaksa mereka meng
Sekelompok pasukan keluarga dari gerbang utara dengan sangat bersemangat dan langsung menuju Dataran Haloam dan Hutan Bambu Mayu.Begitu tiba di Hutan Bambu Mayu, Wira segera mulai membagi pasukannya sesuai dengan rencana mereka sebelumnya. Hutan ini sangat lebat, sehingga orang yang berjalan di luar tidak akan mengetahui ada orang yang bersembunyi di dalamnya.Selain itu, celah-celah di dalam Hutan Bambu Mayu ini juga cukup lebar dan daerah penyangga yang luasnya beberapa mil. Jangankan tiga ribu Pasukan Harimau yang dipimpin Wira sekarang, mereka juga tetap bisa bersembunyi sepenuhnya jika ditambah dua ribu Pasukan Harimau lagi.Saat Agha dan Latif bersiap untuk memimpin sepuluh ribu prajurit itu berangkat, Latif maju dan berkata, "Tuan, apa perlu kami meninggalkan beberapa prajurit untuk kalian?"Setelah berpikir sejenak, Wira perlahan-lahan berkata, "Nggak perlu, ingat untuk menggunakan mata-mata sebaik mungkin. Kamu dan Agha harus membagi tugas, jangan terus berkumpul bersama. Pas
Wira beserta Adjie dan Nafis berjalan perlahan-lahan menuju kemah utama untuk kavaleri. Kemah untuk kavaleri dari Kerajaan Nuala letaknya berdampingan dengan kemah di tengah kota, sehingga saat ini mereka bisa melihat sudah ada banyak tali perangkap kuda yang terhampar di luar kemah tengah itu.Melihat begitu banyak tali perangkap kuda, Wira merasa agak bersemangat. Jika semua benda ini bisa diletakkan di Dataran Haloam, pasukan utara pasti akan kesulitan.Begitu memasuki kemah Pasukan Harimau, dua pria yang mengenakan zirah langsung menghentikan langkah Wira dan yang lainnya. Mereka membawa pedang militer di pinggang dan busur serta dua set anak panah di punggung mereka.Wira langsung mengeluarkan lencana dan berkata, "Aku ini Wira, aku ingin mengerahkan tiga ribu pasukan. Siapa yang memimpin di sini? Panggil dia ke sini untuk bertemu denganku."Orang yang membawa bendera biasanya adalah komandan utama pasukan. Di medan perang, dia akan bertarung mati-matian sambil mengangkat bendera.
Wira terlihat tertegun sejenak setelah mendengar laporan dari mata-mata, lalu dia tiba-tiba merasa sangat senang dan berkata, "Baiklah. Kalau begitu, kita jalankan sesuai rencana kita. Jenderal Trenggi, aku percayakan kota ini padamu."Trenggi menganggukkan kepala. Setelah itu, dia mengeluarkan sebuah lencana, lalu langsung menyerahkannya pada Wira dan berkata, "Tuan Wira, lencana ini bisa memungkinkanmu untuk langsung membawa pergi tiga ribu Pasukan Harimau. Untuk berjaga-jaga, aku serahkan wewenang untuk mengatur Pasukan Harimau ini padamu untuk sementara."Wira langsung tertegun sejenak saat mendengar perkataan Trenggi, jelas tidak menyangka Trenggi bisa begitu percaya padanya. Meskipun hubungannya dan Osman cukup baik, dia jarang berurusan dengan Trenggi sebelumnya.Namun, sekarang Trenggi malah langsung memberikan kesempatan besar ini pada Wira, sehingga dia benar-benar merasa sangat terharu. Meskipun lencana itu hanya bisa mengerahkan tiga ribu Pasukan Harimau, itu juga sudah ter
Tempat seperti Hutan Bambu Mayu memang sangat cocok untuk digunakan sebagai tempat penyergapan.Melihat tempat itu, Wira menganggukkan kepala dan berkata, "Kalau begitu, ini memang nggak bermasalah bagi kita. Tapi, aku penasaran, bagaimana kalau kita mengatur penyergapan di Hutan Bambu Mayu ini?"Mata Adjie langsung bersinar dan segera berkata, "Tuan, aku juga berpikir seperti itu. Kalau kita menyiapkan penyergapan di sini, pasukan musuh juga nggak akan bisa menemukan kita. Selama kita terus bertarung sambil melangkah mundur dan ditambah lagi adanya tali perangkap kuda, aku jamin mereka nggak akan selamat."Wira menganggukkan kepala. Jika memang seperti itu, rencana ini memang cukup baik. Namun, jika hanya sebatas itu saja, dia malah merasa ada sesuatu yang tidak beres. Setelah terdiam sejenak, dia sepertinya teringat sesuatu dan perlahan-lahan berkata, "Aku merasa sepertinya ada yang kurang. Rencana ini akan berhasil kalau pasukan musuh mengejar kita.""Bagaimana kalau mereka memutusk
Mendengar perkataan itu, Agha yang di samping pun tersenyum dan berkata, "Tuan, tali untuk perangkap kuda ini ada. Saat aku dan Latif pergi membujuk orang-orang itu, kami menemukan banyak tali perangkap kuda di kemah utama di sana. Cukup untuk kita gunakan."Ekspresi Wira langsung terlihat senang, lalu menatap ke arah Latif.Latif pun tersenyum, lalu maju dan berkata, "Benar. Kami memang menemukan banyak tali perangkap kuda di sana, jadi ini bukan masalah lagi. Aku akan pergi menyuruh mereka untuk memindahkannya ke sini sekarang juga."Setelah berhasil membujuk para prajurit di dalam kita untuk menyerah, Latif memeriksa dan menemukan jumlah mereka tidak sampai sepuluh ribu orang. Meskipun jumlahnya masih kalah dibandingkan dengan pasukan Trenggi, jumlah ini juga tidak termasuk sedikit. Oleh karena itu, dia berniat menyerahkan tanggung jawab ini pada Agha untuk menghindari kesalahpahaman.Namun, setelah mendengar pemikiran itu, Wira langsung menyerahkan wewenang untuk memimpin para praj
Saat memikirkan hal itu, Trenggi mengernyitkan alis dan berkata, "Kalau lawan kita hanya punya 100 ribu pasukan, kita bisa melawannya. Tapi, apa kita sudah tahu posisi mereka sekarang?"Melihat Trenggi yang menunjukkan sikap mendukung, Wira memberi hormat dan perlahan-lahan berkata, "Sebelum kalian datang, aku sudah memeriksa peta. Menurutku, saat ini mereka seharusnya berada di sekitar Pulau Hulu. Aku tentu saja memperkirakan ini berdasarkan rute perjalanan mereka yang lebih cepat."Mendengar penjelasan itu, Trenggi dan yang lainnya menganggukkan kepala.Beberapa saat kemudian, Trenggi tiba-tiba teringat dengan sesuatu dan perlahan-lahan berkata, "Kalau begitu, mereka pasti akan beristirahat di Pulau Hulu baru melanjutkan pencarian. Kalau kita mengirim beberapa pasukan kavaleri ke sana sekarang, kita harusnya bisa mengganggu dan mencegat perjalanan mereka, 'kan?"Ide dari Trenggi memang bagus, tetapi Wira langsung menolaknya. Bukan karena khawatir, tetapi pasukan utara ini sudah terbi