Sekarang Osman sudah datang ke sini, Wira tentu saja tidak bisa mengatakan lebih banyak lagi. Dia pun menyerahkan semua hal selanjutnya untuk ditangani Osman.Osman menganggukkan kepala dan menatap Bilal, lalu berkata dengan dingin, "Segera cabut posisinya sebagai Menteri Ritus. Untuk Andrian, kurung dia di penjara bawah tanah dulu dan serahkan dia pada pengadilan untuk diperiksa."Bilal langsung terduduk di lantai karena pandangannya menjadi gelap dan hampir saja pingsan. Ternyata situasinya lebih buruk daripada yang dia bayangkan."Tuan Wira ...." Bilal langsung menatap Wira, menaruh semua harapannya pada Wira. Di seluruh kerajaan ini, mungkin hanya Wira yang bisa mengubah pemikiran Osman.Mendengar kata itu, Wira terbatuk-batuk.Sementara itu, dua pengawal yang siap untuk membawa pergi Bilal masih berdiri di tempat dan menunggu perintah dari Wira dan Bilal.Wira tersenyum dan berkata, "Masalah ini cukup sampai di sini saja. Meskipun Andrian sudah menyinggungku, aku juga sudah membua
"Oh ya. Raja sudah datang ke sini, bagaimana kalau kita berbicara di luar saja? Kebetulan ada sesuatu yang ingin kubicarakan denganmu," kata Wira sambil tersenyum.Bilal segera bangkit dan berkata, "Raja dan Tuan Wira sudah datang ke kediamanku, lebih baik kalian berbicara di sini saja. Kalau merasa tempat ini nggak nyaman, ada sebuah taman besar di belakang rumahku. Aku bisa meminta orang untuk menyiapkan beberapa makanan ringan dan teh, nggak akan ada orang yang mengganggu kalian."Dia melakukan ini juga untuk menunjukkan kelebihannya. Putranya tadi sudah melakukan kesalahan yang begitu besar. Jika tidak ada bantuan dari Wira, mungkin sekarang dia sudah dipenjara. Sekarang, posisinya juga sudah terancam di hadapan Osman. Oleh karena itu, dia harus menunjukkan kemampuannya."Kak Wira, bagaimana menurutmu?" Osman tidak langsung menyetujuinya, melainkan menatap ke arah Wira dan bertanya sambil tersenyum.Wira menjawab, "Kalau begitu, maaf sudah merepotkan Tuan Bilal.""Nggak merepotkan.
Menjadi seorang pengembara dan dikurung cukup lama, bahkan hampir kehilangan nyawanya. Siapa yang bisa menahan semua itu?"Aku nggak sependapat denganmu," kata Wira sambil menggelengkan kepala.Melihat Osman langsung tertegun, Wira melanjutkan, "Izhar adalah orang yang benar-benar berbakat. Dia berbeda dengan Sucipto. Orang ini nggak punya kekuasaan militer, tapi malah mampu untuk menjaga stabilitas negara.""Saat ini kamu baru saja naik takhta, butuh seseorang yang membantumu. Aku merasa dia adalah tangan kanan yang bagus. Kalau kamu bisa mendapat bantuannya, itu akan sangat bermanfaat bagimu. Selain itu, aku sudah meyakinkannya. Asalkan kamu bersedia, dia akan langsung kembali ke sisimu dan kelak nggak akan berani punya niat lain lagi."Wira langsung menyampaikan pemikirannya. Dia juga mempertimbangkan ini untuk kepentingan Osman.Hubungan Wira dengan orang-orang dari Kerajaan Beluana tidak begitu baik dan sebelumnya terus saling berperang. Dia memang tidak takut dengan Kerajaan Belu
"Kalau begitu, kelak kamu harus sering berhubungan dengan Tuan Wira. Bisa mengenal orang seperti itu akan sangat membantu kariermu," kata Anissa dengan segera, berusaha sebaik mungkin untuk menyenangkan Bilal.Bilal malah mendengus dan berkata, "Apa kamu pikir aku bisa berhubungan dengan Tuan Wira dengan posisiku ini? Kali ini memang benar-benar berkat keberuntungan putra baikmu itu, tapi dia juga membuat kita nyaris kehilangan kepala.""Untungnya, Tuan Wira itu orang yang baik hati, jadi nggak mempermasalahkan hal ini. Kalau kelak melihat Tuan Wira, sebaiknya kita menghindar. Kalau menyinggung orang ini, mungkin akan membawa bencana besar bagi keluarga kita."Kali ini Wira sudah memaafkan Keluarga Pardiyana, tetapi bukan berarti masalah ini akan berakhir begitu saja. Jika suatu saat nanti suasana hati Wira sedang buruk dan kebetulan mereka membuat kesalahan, kemungkinan mereka tetap akan menghadapi nasib yang sama.Bilal tidak berani untuk mengalami kejadian yang sama seperti ini lagi
Namun, Wira dan Thalia memang merasa lelah dengan perlakuan seperti ini. Wira mengetuk kepalanya, lalu bertanya, "Kalau begitu, kita pulang saja besok?""Aku akan menyuruh Biantara membuat persiapan nanti. Kebetulan sekali, kita sudah lama nggak memeriksa situasi di Kota Limaran. Ini sudah saatnya untuk pulang, 'kan?"Jalur perairan sedang dibangun di berbagai tempat. Meskipun jalur perairan di Kota Limaran sudah selesai, masih ada banyak tempat di Provinsi Lowala yang sedang mengembangkannya.Osmaro dan lainnya memang selalu memperhatikan perkembangannya, tetapi Wira tidak mungkin mengabaikannya begitu saja. Bagaimanapun, ini tidak masuk akal.Thalia mengangguk dan menyahut, "Oke. Kita istirahat lebih awal hari ini supaya bisa pulang besok pagi."Setibanya di depan penginapan, langkah kaki Wira sontak terhenti. Thalia bertanya, "Ada apa?"Wira melirik ke belakang sekilas. Terlihat beberapa sosok mendekati mereka dengan perlahan. Lantaran langit sudah malam dan orang-orang itu memakai
Bam! Di situasi genting ini, tiba-tiba terdengar suara benturan keras! Terlihat salah satu jendela di penginapan hancur!Saat berikutnya, sebuah sosok mendarat dari langit. Itu tidak lain adalah Agha! Beberapa hari ini, dia terus bersantai di penginapan karena Wira dan Thalia sibuk menikmati dunia berdua."Agha! Kamu datang tepat waktu!" seru Wira dengan lega, seolah-olah bertemu penyelamatnya. Dia harus menjaga Thalia sekaligus menghadapi orang-orang ini. Tidak peduli sekuat apa pun Wira, dia pasti akan kewalahan."Kak, kamu pergi saja dulu. Serahkan mereka kepadaku. Mereka cuma pecundang lemah." Sesudah mengatakan itu, Agha memulai pertarungan dengan mereka."Aku baik-baik saja, cuma tertusuk sedikit. Aku masih bisa bertahan, sebaiknya kamu bantu Agha," ucap Thalia."Tenang saja, Agha pasti bisa menangani mereka sendirian. Biantara juga akan datang sebentar lagi. Aku bawa kamu berobat dulu." Wira langsung menggendong Thalia dan menuju ke klinik."Apa ada orang di dalam? Buka pintunya
"Kabur? Kamu rasa bisa kabur? Wira menguasai Provinsi Lowala dan punya hubungan dengan penguasa lainnya. Kalaupun kabur ke Kerajaan Beluana, kita harus melewati wilayah yang dikuasai Wira! Kamu rasa kita bisa kabur ke mana?" tegur Bilal yang merasa panik.Istrinya itu pun tidak berbicara lagi. Dia tidak tahu apa yang harus dilakukan untuk sekarang. Bilal akhirnya membulatkan tekadnya."Karena Wira sudah datang, sebaiknya kita nggak menghindar. Aku akan menemuinya dan tanyakan tujuan kedatangannya. Mungkin situasi nggak segawat yang kita bayangkan. Mungkin kita berpikir terlalu jauh," ujar Bilal.Sekarang mereka hanya bisa berpikir optimis. Jika bertindak gegabah, mereka mungkin hanya akan memperburuk situasi. Jadi, lebih baik menghadapinya dengan berani."Kalau begitu, hati-hati," pesan istrinya. Bilal pun tidak meladeninya lagi dan langsung keluar.Begitu tiba di ruang tamu, Bilal langsung melihat darah dan Thalia yang berwajah pucat. Kesadaran wanita itu bahkan mulai menurun.Wira te
Setelah kamar menjadi sepi kembali, dokter kembali ke pinggir ranjang dan mulai membuka baju Thalia.Seperti yang dikatakannya, terlihat sebuah luka pisau di perut Thalia. Luka itu terlihat cukup mengerikan, bahkan masih bercucuran darah."Apa lukanya parah sekali?" tanya Wira.Thalia sudah kehilangan kesadaran, mungkin karena kesakitan atau kehilangan terlalu banyak darah. Wajah dan bibirnya tampak pucat pasi.Dokter menyeka keringat dingin sambil membalas, "Tuan, tolong maafkan aku. Ilmu medisku kurang hebat. Aku nggak pernah mengobati luka seperti ini. Takutnya, aku nggak bisa mengobati Nyonya.""Itu cuma luka biasa, 'kan? Masa kamu nggak bisa mengobatinya?" tanya Wira sambil mengernyit.Dokter menyahut, "Bukannya luka ini nggak bisa diobati. Cuma perlu didisinfeksi dan dijahit. Tapi, masalahnya adalah Nyonya keracunan. Ada racun di pisau itu. Aku nggak tahu racun apa yang ada di tubuh Nyonya, makanya nggak bisa mengobatinya."Dokter itu tentu tidak berani menyinggung Wira. Meskipun