Suara yang tiba-tiba itu membuat ekspresi Wira dan Thalia berubah. Saat menoleh ke belakang, mereka melihat beberapa pria berpakaian sangat mewah mendekat. Meskipun mengenakan pakaian sutra yang mahal, wajah pria-pria itu terlihat kasar dan jelas bukan orang yang baik. Hanya melihat pria-pria itu sekilas saja, Wira sudah merasa kesal.Melihat kedatangan para pria itu, orang-orang di sekitar langsung menjauh dan tidak berani mendekat."Mereka ini Empat Tuan Muda Kota Nasaka.""Mereka berempat ini bukan orang-orang yang boleh disinggung.""Lebih baik kita jangan melihat keributan ini lagi. Ayo cepat pulang agar nggak terkena masalah.""Wanita itu benar-benar malam. Sepertinya Empat Tuan Muda Kota Nasaka tertarik pada wanita itu."Orang-orang di jalan mulai berbicara, tetapi banyak yang sudah pergi. Suara mereka memang tidak terlalu keras, tetapi tetap terdengar ke telinga Wira.Setelah mendengar kata-kata orang itu, ekspresi Wira menjadi makin muram dan menatap Empat Tuan Muda Kota Nasak
Di tengah kerumunan penonton, banyak orang yang matanya mulai bersinar saat melihat uang-uang yang menggoda itu."Dasar berengsek! Apa maksudmu ini?" Sudut mulut pemuda buruk rupa itu berkedut. Di antara generasi muda di ibu kota ini tidak ada orang yang berani tidak menghormatinya, selain Tengku. Saat ini, dia sudah inisiatif melempar uang kepada Wira, tetapi Wira malah mengabaikannya. Sungguh menyebalkan!"Kenapa? Nggak mau?"Tepat pada saat pemuda buruk rupa itu hendak marah, terlihat Andrian sudah berjalan ke depan Wira dan menghentikan langkah pemuda itu.Wira tidak marah, melainkan tersenyum. Dia menatap Thalia, lalu menunjuk Thalia dan berkata, "Terserah kalian saja. Asalkan kalian bisa membawa pergi istriku, kalian bebas melakukan apa pun malam ini. Aku nggak peduli.""Kamu ...."Wajah Thalia memerah dan menatap Wira dengan tajam. Namun, dia mengerti maksud di balik kata-kata Wira. Jelas Wira ingin dia sendiri yang turun tangan untuk menghajar keempat orang itu.Keempat pria it
Ketiga pria yang berada di samping Andrian juga terkejut dan segera memapah Andrian. Pemuda buruk rupa itu menunjuk Thalia, lalu melihat tangan di tanah dan berteriak dengan marah."Kamu tahu siapa dia? Dia ini putra dari Menteri Ritus, kamu sudah membuat masalah besar. Dasar wanita berengsek, berani-beraninya melukai Tuan Andrian. Jangan harap bisa keluar dari ibu kota hidup-hidup!"Orang-orang yang menyaksikan kejadian itu juga terkejut, tetapi mereka lebih merasa puas. Anak-anak orang kaya ini memang harus diberi pelajaran. Jika tidak, orang-orang itu benar-benar tidak tahu batasan.Thalia mendengus. Dia mengelap noda darah di pisau dengan pakaian dan terus mendekati keempat pria itu. "Aku nggak peduli siapa ayahnya. Aku hanya tahu dia sudah menggangguku, jadi ini akibatnya. Kalian semua juga nggak akan lolos dari balasan kalian. Setiap orang harus bertanggung jawab atas tindakannya."Setelah mengatakan itu, terlihat Thalia segera bergerak ke depan keempat pria itu. Setiap kali dia
"Sekarang kamu sudah menjadi pahlawan di mata semua orang. Kalau tadi aku yang turun tangan, apa kamu masih bisa merasakan kemuliaan seperti ini?"Thalia memelototi Wira karena merasa Wira ini hanya membela dirinya saja. Mana ada suami yang membiarkan istrinya yang turun tangan menangani masalahnya sendiri."Malas berdebat denganmu! Kalau kelak ada orang yang menggangguku dan kamu hanya menonton dari samping lagi, aku nggak akan melayangkan tinjuku pada mereka. Tapi, akan jatuh ke kepalamu!" kata Thalia dengan marah.Wira tersenyum dan menganggukkan kepala. "Baiklah. Hanya kali ini saja, nggak akan terulang lagi."Keduanya segera berjalan-jalan dengan santai lagi di jalanan. Mereka melihat barang-barang baru dan mencicipi berbagai makan enak dengan sangat bahagia.Namun, ada yang bersuka cita dan ada juga yang bersedih. Saat Wira dan Thalia sedang bersantai di jalanan, Andrian dan yang lainnya sudah kembali ke rumah mereka dan berita itu segera tersebar. Menteri Ritus Bilal yang awalny
"Sampah! Benar-benar sampah yang nggak berguna!" Setelah memaki-maki, Bilal langsung melempar cangkir di tangannya ke lantai hingga pengurus rumah dan yang lainnya segera datang."Segera cari jejak kedua orang itu. Nggak peduli siapa pun itu, mereka harus membayar harganya. Beraninya melukai putraku, aku nggak akan membiarkannya begitu saja."Pengurus rumah segera merespons dan langsung pergi."Bawa aku pergi melihat anak durhaka itu," kata Bilal lagi, lalu keluar dari aula utama bersama dengan Anissa.Pada saat yang bersamaan, Wira dan Thalia sudah berkeliling di jalanan selama dua jam. Hanya makan di beberapa warung pinggir jalan saja, mereka sudah kenyang. Mereka masih belum puas, tetapi sayangnya, perut mereka sudah tidak bisa menampung makanan lagi.Thalia menghela napas. "Kalau aku tahu ada begitu banyak makanan lezat di jalanan, makan malam tadi aku harusnya nggak makan sebanyak itu.""Lagi pula, kita masih akan tinggal di sini selama beberapa hari lagi, paling-paling besok kita
Meskipun orang-orang itu adalah pejabat tinggi, mereka juga harus mempertimbangkan kemampuan mereka sendiri. Namun, mereka tidak berdaya dan tidak bisa membantu Wira, mereka hanya bisa diam-diam mendoakan yang terbaik untuk Wira dan Thalia.Dalam sekejap, Wira dan Thalia sudah tiba di kediaman Keluarga Pardiyana. Setelah pengurus rumah mengumumkan kedatangan mereka, Bilal sudah berada di aula utama dengan ekspresi yang sangat muram. Sementara itu, Anissa duduk di samping Bilal karena dia ingin melihat siapa orang yang sudah berani melukai putranya.Wira melangkah masuk ke aula utama dengan santai bersama dengan Thalia. Setelah melihat Bilal yang duduk di kursi utama, dia berkata dengan tenang, "Kamu adalah Bilal? Menteri Ritus dari Kerajaan Nuala?""Dari cara bicaramu, sepertinya kamu bukan orang dari Kerajaan Nuala," kata Bilal menatap Wira dengan menyipitkan mata. Meskipun Wira masih muda, dia merasa sepertinya pernah melihat Wira di suatu tempat. Namun, dia tidak bisa mengingatnya.
"Tuan Wira, nggak perlu merepotkan Raja dalam hal ini, 'kan? Mohon Anda berbelas kasih, saya pasti akan mendidik anak saya dengan baik. Bisakah Anda menganggap hal ini selesai di sini saja?" kata Bilal dengan segera.Seorang pejabat yang baru dilantik harus melakukan beberapa hal yang berpengaruh terlebih dahulu untuk menunjukkan bakat dan keberaniannya. Hal ini berlaku untuk semua orang, begitu juga dengan raja. Saat ini, Osman baru saja naik takhta.Mengingat sebelumnya terjadi banyak kekacauan di istana dan banyak pihak yang setia pada Sucipto serta Izhar. Meskipun sekarang Osman sudah memegang kekuasaan penuh, Osman tetap waspada. Tidak ada yang tahu apa yang dilakukan Osman di belakang, sehingga Bilal juga tidak berani menyinggungnya.Sementara itu, Anissa yang berdiri di samping juga tertegun. Dia pikir Wira hanya seorang anak pejabat biasa, tidak mungkin memiliki kemampuan yang besar.Namun, Anissa tidak menyangka Bilal malah mengungkit raja di hadapan Wira dan Wira juga terliha
Sekarang Osman sudah datang ke sini, Wira tentu saja tidak bisa mengatakan lebih banyak lagi. Dia pun menyerahkan semua hal selanjutnya untuk ditangani Osman.Osman menganggukkan kepala dan menatap Bilal, lalu berkata dengan dingin, "Segera cabut posisinya sebagai Menteri Ritus. Untuk Andrian, kurung dia di penjara bawah tanah dulu dan serahkan dia pada pengadilan untuk diperiksa."Bilal langsung terduduk di lantai karena pandangannya menjadi gelap dan hampir saja pingsan. Ternyata situasinya lebih buruk daripada yang dia bayangkan."Tuan Wira ...." Bilal langsung menatap Wira, menaruh semua harapannya pada Wira. Di seluruh kerajaan ini, mungkin hanya Wira yang bisa mengubah pemikiran Osman.Mendengar kata itu, Wira terbatuk-batuk.Sementara itu, dua pengawal yang siap untuk membawa pergi Bilal masih berdiri di tempat dan menunggu perintah dari Wira dan Bilal.Wira tersenyum dan berkata, "Masalah ini cukup sampai di sini saja. Meskipun Andrian sudah menyinggungku, aku juga sudah membua