Trenggi berbicara sambil tertawa terbahak-bahak.Setelah itu, Trenggi menatap Wira dan berkata, "Pangeran Osman, kamu benar-benar hebat sampai bisa menarik Tuan Wira ke pihakmu dan bahkan memintanya untuk bertarung bersamamu. Dengan bantuan besar seperti ini, mungkin hanya tinggal menunggu waktu saja untuk menggulingkan pemerintahan Sucipto dan Izhar."Osman tidak berbicara karena dia tahu bukan hal yang mudah untuk merebut kembali kekuasaan. Bagaimanapun juga, Sucipto sudah memimpin sebagian besar pasukan Kerajaan Nuala. Kecuali Wira memimpin pasukan besarnya untuk datang membantu, mungkin dia masih ada kesempatan menang. Namun, dengan begitu, baik Provinsi Lowala yang dipimpin Wira ataupun Kerajaan Nuala akan menjadi kacau.Masih ada dua kerajaan besar lainnya di sembilan provinsi ini yang sedang menunggu kesempatan. Ditambah lagi, ada banyak suku kecil di sekitar yang selalu mencari peluang untuk masuk ke wilayah sembilan provinsi. Situasinya sangat buruk."Kita lihat saja nanti. Ak
Wira berkata dengan tenang sambil minum araknya, "Aku sudah punya rencana. Sekarang Sucipto mengendalikan kekuasaan, tapi ini masih kerajaan Keluarga Barus dan yang berkuasa masih Baris. Untuk beberapa saat ini, Sucipto nggak akan berani melakukan apa pun padanya.""Dia hanya ingin memanfaatkan status Baris untuk mengendalikan pemerintahan. Setelah kekuasaannya sudah benar-benar stabil, Baris baru nggak berguna lagi. Tapi, saat itu masih lama, jadi kita masih punya kesempatan."Melihat semua orang menatapnya, Wira kembali melanjutkan, "Sucipto dan Izhar memang bukan orang bodoh, tapi mereka pasti sudah menjadi sombong karena bisa meraih prestasi besar dalam waktu singkat dan bahkan memiliki posisi di bawah raja. Selain itu, dia juga sudah menyingkirkan semua mata-mataku di ibu kota, sekarang dia pasti sudah lebih lengah. Kalau begitu, kita bisa menyerang dan memanfaatkan titik kelemahannya untuk menghancurkannya."Wira berpikir mereka memang bukan tandingan Sucipto jika menghadapinya s
Meskipun semua orang sudah tahu Wira memiliki jaringan mata-mata dan Biantara adalah penanggung jawab jaringan itu, Biantara tetap harus berhati-hati dan tidak boleh sombong. Hanya dengan cara ini, dia baru bisa memastikan tidak terjadi kesalahan sedikit pun.Biantara tidak ingin kejadian di ibu kota Kerajaan Nuala terulang kembali. Orang-orang yang ditempatkan di Penginapan Giri adalah prajurit elite yang dipilihnya dan mereka adalah saudara yang telah bersamanya selama ini juga. Sayangnya, sekarang semua saudaranya itu sudah menjadi korban dan ini membuat hatinya merasa sakit."Tuan Biantara, nggak perlu terlalu merendahkan diri. Sekarang kamu juga sudah datang ke sini, hatiku yang cemas pun jadi tenang."Setelah mengatakan itu sambil tersenyum, Trenggi kembali menatap Wira dan segera menjelaskan, "Tuan Wira, jangan salah paham. Bukannya aku nggak percaya, tapi hatiku jadi lebih tenang setelah melihat Tuan Biantara. Pasukanku nggak banyak, tapi dengan adanya kamu dan Tuan Biantara sa
Setelah mendengar penjelasan Biantara, semua orang langsung mengerti rencana kali ini adalah menggunakan Tengku untuk mengancam Sucipto.Trenggi berkata sambil mengelus dagunya dan mengernyitkan alis, "Risiko dari rencana ini sangat besar. Sekarang adalah masa yang genting, Sucipto yang waspada pasti akan melindungi putranya.""Selain itu, situasi di ibu kota sudah dalam keadaan siaga penuh, gambar wajah kita mungkin sudah disebarkan ke semua penjaga kota. Mungkin akan sulit untuk menyusup ke dalam kota, apalagi menangkap Tengku. Lagi pula, kalau benar-benar meminta Sucipto untuk memilih kekuasaan atau Tengku, aku pikir dia akan memilih kekuasaan."Sucipto memiliki ambisi yang besar dan sangat mementingkan ketenaran. Meskipun dia sebenarnya memiliki kemampuan, dia juga sangat ambisius hingga menyebabkan situasi hari ini. Jangankan menggunakan putranya untuk menukar kekuasaan, dia juga mungkin tidak akan ragu untuk mempertaruhkan nyawanya sendiri."Kami juga sudah memikirkan hal ini seb
Wira pasti akan membalas dendam ini pada Sucipto suatu hari nanti."Kalau begitu, aku pamit dulu. Aku akan segera mengatur rencana kita selanjutnya. Silakan kalian makan pelan-pelan," kata Biantara, lalu mundur dan pergi."Tuan Wira, biarkan Biantara makan di sini bersama kita saja. Lagi pula, kita juga nggak terdesak, kenapa harus terburu-buru bergerak?" kata Trenggi dengan ekspresi tidak rela saat melihat punggung Biantara, tampaknya dia kecewa. Dia masih ingin mengobrol dengan Biantara lebih lama lagi. Jika bisa menjadi saudara dengan Biantara, kelak pasti ada keuntungannya.Wira tersenyum dan berkata, "Kita saja yang makan, aku mengerti dia. Dia selalu bertindak tegas dan cepat. Kalau rencananya sudah ditetapkan, dia pasti khawatir akan terjadi perubahan. Jenderal Trenggi, kamu nggak perlu memedulikannya. Ayo kita lanjut minum saja."Trenggi menghela napas dengan tak berdaya, lalu kembali makan bersama Wira dan yang lainnya.....Kerajaan Beluana, dia kediaman jenderal besar. Bhure
"Ini ...." Bhurek juga mulai merasa ragu dan tatapannya menjadi dingin. Dia juga ingin menghabisi Wira secepat mungkin."Sucipto dan Izhar nggak bodoh. Kalau aku yang inisiatif mencari mereka, mereka mungkin nggak akan memilih bekerja sama denganku. Wira nggak berani mengerahkan pasukannya melawan Kerajaan Nuala karena nggak ingin kita punya kesempatan menyerangnya. Meskipun dia berada di dalam Kerajaan Nuala, dia hanya terlibat dalam keributan internal saja.""Tapi, Sucipto sudah memegang kekuasaan militer dan Wira hanya sendirian, mungkin nggak akan bisa membuat keributan besar. Begini saja ...."Bhurek tiba-tiba menunjuk seseorang dan melanjutkan, "Kamu memimpin bawahanmu diam-diam masuk ke Kerajaan Nuala. Nggak perlu menghubungi orang-orang Sucipto, cukup menonton dari kegelapan saja. Kalau ada kesempatan, usahakan untuk mengadu domba. Konflik antara Wira dan Izhar makin sengit, kita akan makin beruntung."Orang itu segera menganggukkan kepala. "Siap!"....Di sisi lain, di dalam i
Sucipto sudah mengalihkan topik pembicaraan dan bertanya. Menurut pendapatnya, mereka seharusnya langsung mengejar dan membunuh Wira serta kelompoknya. Hanya dengan membunuh Osman dan Wira, mereka baru bisa tenang sepenuhnya dan Kerajaan Nuala juga akan jatuh ke tangannya. Meskipun kelak Baris sudah dewasa dan ingin merebut kembali kekuasaan, Baris juga tidak akan memiliki kesempatan lagi.Izhar berkata dengan ekspresi serius, "Menurutku, sebaiknya kita jangan bergerak dulu. Sesuai laporan mata-mata, Wira sudah pergi ke Kota Hanoe dan sekarang sudah bekerja sama dengan Trenggi. Kita sudah pernah mencoba untuk menghubungi Trenggi sebelumnya, tapi orang ini selalu menghindar dan nggak mau menyerahkan token militernya. Sepertinya, dia ingin membantu Osman untuk merebut kembali kekuasaannya."Sucipto langsung berkata dengan cuek, "Jadi, kenapa? Trenggi itu hanya punya seratus ribu pasukan, nggak berarti apa-apa dan nggak bisa melakukan apa-apa juga di hadapan kita. Kalau dia ingin bermain-
"Bajingan mana yang melakukan ini? Kenapa bisa sekejam ini?" teriak Trenggi dengan marah setelah tergesa-gesa datang dan melihat mayat Nusa di lantai. Membunuh seseorang saja sudah cukup buruk, malah menyiksa orang itu sampai seperti ini lagi. Orang yang melakukan ini benar-benar tidak berhati nurani.Ekspresi Osman muram dan berkata sambil menggertakkan gigi, "Tentu saja di bajingan Sucipto itu.""Saat itu aku bahkan salah paham terhadap Nusa. Aku berpikir Nusa sudah mengkhianati kita, jadi semua orang di Penginapan Giri mati dengan sia-sia. Melihat keadaan Nusa yang menyedihkan ini, sekarang aku baru tahu betapa besar penderitaannya yang dialaminya. Dia terpaksa mengungkapkan rahasia Penginapan Giri, mungkin juga karena ingin segera mengakhiri hidupnya."Hati Osman merasa sangat sedih karena kesalahannya yang membuat Nusa menjadi seperti ini. Sucipto ini memang kejam dan tak berperasaan sampai menyiksa orang hingga seperti ini. Benar-benar membuat orang merasa sangat sakit hati."Kal
Dalam sejarah, para jenderal perang yang menggunakan trisula sangatlah langka. Ini karena satu trisula setidaknya memiliki berat sekitar 90 kilogram. Orang yang mampu mengayunkan senjata semacam ini sudah pasti sangat ganas dan kuat.Di bawah komando Wira, selain Agha yang menggunakan palu berat dengan kedua tangan, tak ada orang lain yang mampu menggunakan senjata berat semacam ini.Dari sini pula bisa dilihat bahwa Zaki, yang disebut sebagai salah satu tangan kanan Bimala, jelas bukan seseorang yang hanya memiliki nama besar tanpa kekuatan nyata.Wakil jenderal yang mengikuti Zaki tersenyum tipis setelah mendengar kabar itu. Dia menangkupkan tangan dan berkata, "Jenderal, aku nggak setuju. Bertempur seperti ini jauh lebih baik daripada yang kita bayangkan sebelumnya. Kita nggak bisa terus bersembunyi di dalam suku sambil bermain intrik dengan mereka yang bermuka dua."Zaki mendengus dingin dan berkata, "Siapa pun yang berani bermain intrik denganku akan langsung kusingkirkan dengan t
"Apa?" Wira langsung terkejut dan berpikir mengapa bisa muncul masalah merepotkan seperti ini pada saat krisis ini. Jika para pengungsi ini benar-benar nekat, kekuatan mereka tidak akan jauh berbeda dengan orang biasa. Namun, saat ini mereka sedang bersiap melawan pasukan utara, kehadiran orang-orang ini bisa menjadi faktor yang sangat tidak stabil.Setelah berpikir sejenak, Wira pun memerintah tanpa ragu, "Tutup gerbang kota dan jangan membiarkan para pengungsi itu keluar dulu. Selain itu, buka gudang persediaan dan bagikan makanannya, sebisa mungkin menenangkan para pengungsi itu. Pada saat seperti ini, kita nggak boleh menghadapi masalah seperti ini."Wira berkata dengan ekspresi muram setelah berhenti sejenak, seolah-olah merasa tidak tenang, "Kalau masih ada yang nggak tahu diri, beri tahu Jenderal Trenggi bahwa dia berhak menentukan hidup dan mati mereka. Tapi, itu hanya untuk menakut-nakuti saja, jangan sampai terlalu kejam.""Baik," jawab mata-mata itu.....Di sekitar Dataran
Setelah terdiam cukup lama, Nafis mengernyitkan alis dan berkata, "Kalau mereka melewati jalur cabang ini, mereka akan berputar jauh. Dengan begitu, mereka akan menghindari Dataran Haloam dan laju mereka akan menjadi sangat lambat."Wira juga menganggukkan kepala karena memang ini yang dikhawatirkannya.Beberapa saat kemudian, Arhan memberi hormat dan berkata, "Tuan Wira, aku punya ide, tapi aku nggak tahu apa ini bisa berhasil."Wira tertegun sejenak saat mendengar perkataan itu, lalu matanya bersinar sebagai isyarat agar Arhan melanjutkan perkataannya. Sejak Arhan memimpin pasukannya untuk mengikutinya, Arhan tidak banyak berbicara. Sekarang kesempatan itu sudah datang, dia tentu saja ingin mendengar lebih banyak pemikiran Arhan.Setelah memberi hormat, Arhan menunjuk pada peta dan berkata, "Tuan, coba lihat di sini. Kalau mereka melalui jalur cabang dari Dataran Haloam, mereka akan melewati gunung berbatu. Aku berniat untuk menempatkan pasukan kecil di sini untuk memaksa mereka meng
Sekelompok pasukan keluarga dari gerbang utara dengan sangat bersemangat dan langsung menuju Dataran Haloam dan Hutan Bambu Mayu.Begitu tiba di Hutan Bambu Mayu, Wira segera mulai membagi pasukannya sesuai dengan rencana mereka sebelumnya. Hutan ini sangat lebat, sehingga orang yang berjalan di luar tidak akan mengetahui ada orang yang bersembunyi di dalamnya.Selain itu, celah-celah di dalam Hutan Bambu Mayu ini juga cukup lebar dan daerah penyangga yang luasnya beberapa mil. Jangankan tiga ribu Pasukan Harimau yang dipimpin Wira sekarang, mereka juga tetap bisa bersembunyi sepenuhnya jika ditambah dua ribu Pasukan Harimau lagi.Saat Agha dan Latif bersiap untuk memimpin sepuluh ribu prajurit itu berangkat, Latif maju dan berkata, "Tuan, apa perlu kami meninggalkan beberapa prajurit untuk kalian?"Setelah berpikir sejenak, Wira perlahan-lahan berkata, "Nggak perlu, ingat untuk menggunakan mata-mata sebaik mungkin. Kamu dan Agha harus membagi tugas, jangan terus berkumpul bersama. Pas
Wira beserta Adjie dan Nafis berjalan perlahan-lahan menuju kemah utama untuk kavaleri. Kemah untuk kavaleri dari Kerajaan Nuala letaknya berdampingan dengan kemah di tengah kota, sehingga saat ini mereka bisa melihat sudah ada banyak tali perangkap kuda yang terhampar di luar kemah tengah itu.Melihat begitu banyak tali perangkap kuda, Wira merasa agak bersemangat. Jika semua benda ini bisa diletakkan di Dataran Haloam, pasukan utara pasti akan kesulitan.Begitu memasuki kemah Pasukan Harimau, dua pria yang mengenakan zirah langsung menghentikan langkah Wira dan yang lainnya. Mereka membawa pedang militer di pinggang dan busur serta dua set anak panah di punggung mereka.Wira langsung mengeluarkan lencana dan berkata, "Aku ini Wira, aku ingin mengerahkan tiga ribu pasukan. Siapa yang memimpin di sini? Panggil dia ke sini untuk bertemu denganku."Orang yang membawa bendera biasanya adalah komandan utama pasukan. Di medan perang, dia akan bertarung mati-matian sambil mengangkat bendera.
Wira terlihat tertegun sejenak setelah mendengar laporan dari mata-mata, lalu dia tiba-tiba merasa sangat senang dan berkata, "Baiklah. Kalau begitu, kita jalankan sesuai rencana kita. Jenderal Trenggi, aku percayakan kota ini padamu."Trenggi menganggukkan kepala. Setelah itu, dia mengeluarkan sebuah lencana, lalu langsung menyerahkannya pada Wira dan berkata, "Tuan Wira, lencana ini bisa memungkinkanmu untuk langsung membawa pergi tiga ribu Pasukan Harimau. Untuk berjaga-jaga, aku serahkan wewenang untuk mengatur Pasukan Harimau ini padamu untuk sementara."Wira langsung tertegun sejenak saat mendengar perkataan Trenggi, jelas tidak menyangka Trenggi bisa begitu percaya padanya. Meskipun hubungannya dan Osman cukup baik, dia jarang berurusan dengan Trenggi sebelumnya.Namun, sekarang Trenggi malah langsung memberikan kesempatan besar ini pada Wira, sehingga dia benar-benar merasa sangat terharu. Meskipun lencana itu hanya bisa mengerahkan tiga ribu Pasukan Harimau, itu juga sudah ter
Tempat seperti Hutan Bambu Mayu memang sangat cocok untuk digunakan sebagai tempat penyergapan.Melihat tempat itu, Wira menganggukkan kepala dan berkata, "Kalau begitu, ini memang nggak bermasalah bagi kita. Tapi, aku penasaran, bagaimana kalau kita mengatur penyergapan di Hutan Bambu Mayu ini?"Mata Adjie langsung bersinar dan segera berkata, "Tuan, aku juga berpikir seperti itu. Kalau kita menyiapkan penyergapan di sini, pasukan musuh juga nggak akan bisa menemukan kita. Selama kita terus bertarung sambil melangkah mundur dan ditambah lagi adanya tali perangkap kuda, aku jamin mereka nggak akan selamat."Wira menganggukkan kepala. Jika memang seperti itu, rencana ini memang cukup baik. Namun, jika hanya sebatas itu saja, dia malah merasa ada sesuatu yang tidak beres. Setelah terdiam sejenak, dia sepertinya teringat sesuatu dan perlahan-lahan berkata, "Aku merasa sepertinya ada yang kurang. Rencana ini akan berhasil kalau pasukan musuh mengejar kita.""Bagaimana kalau mereka memutusk
Mendengar perkataan itu, Agha yang di samping pun tersenyum dan berkata, "Tuan, tali untuk perangkap kuda ini ada. Saat aku dan Latif pergi membujuk orang-orang itu, kami menemukan banyak tali perangkap kuda di kemah utama di sana. Cukup untuk kita gunakan."Ekspresi Wira langsung terlihat senang, lalu menatap ke arah Latif.Latif pun tersenyum, lalu maju dan berkata, "Benar. Kami memang menemukan banyak tali perangkap kuda di sana, jadi ini bukan masalah lagi. Aku akan pergi menyuruh mereka untuk memindahkannya ke sini sekarang juga."Setelah berhasil membujuk para prajurit di dalam kita untuk menyerah, Latif memeriksa dan menemukan jumlah mereka tidak sampai sepuluh ribu orang. Meskipun jumlahnya masih kalah dibandingkan dengan pasukan Trenggi, jumlah ini juga tidak termasuk sedikit. Oleh karena itu, dia berniat menyerahkan tanggung jawab ini pada Agha untuk menghindari kesalahpahaman.Namun, setelah mendengar pemikiran itu, Wira langsung menyerahkan wewenang untuk memimpin para praj
Saat memikirkan hal itu, Trenggi mengernyitkan alis dan berkata, "Kalau lawan kita hanya punya 100 ribu pasukan, kita bisa melawannya. Tapi, apa kita sudah tahu posisi mereka sekarang?"Melihat Trenggi yang menunjukkan sikap mendukung, Wira memberi hormat dan perlahan-lahan berkata, "Sebelum kalian datang, aku sudah memeriksa peta. Menurutku, saat ini mereka seharusnya berada di sekitar Pulau Hulu. Aku tentu saja memperkirakan ini berdasarkan rute perjalanan mereka yang lebih cepat."Mendengar penjelasan itu, Trenggi dan yang lainnya menganggukkan kepala.Beberapa saat kemudian, Trenggi tiba-tiba teringat dengan sesuatu dan perlahan-lahan berkata, "Kalau begitu, mereka pasti akan beristirahat di Pulau Hulu baru melanjutkan pencarian. Kalau kita mengirim beberapa pasukan kavaleri ke sana sekarang, kita harusnya bisa mengganggu dan mencegat perjalanan mereka, 'kan?"Ide dari Trenggi memang bagus, tetapi Wira langsung menolaknya. Bukan karena khawatir, tetapi pasukan utara ini sudah terbi